Ramadan 2025 akan segera tiba. Muhammadiyah telah menentukan awal Ramadan 2025 jatuh pada Sabtu, 1 Maret 2025, sedangkan Pemerintah Indonesia akan menentukan usai sidang isbat.
Berdasarkan keterangan dari Kementerian Agama (Kemenag), sidang isbat akan dilakukan pada esok Jumat, 28 Februari 2025. Sidang isbat akan memutuskan awal 1 Ramadan jatuh pada 1 Maret atau keesokannya lagi.
Selain sidang isbat, momen jelang Ramadan menjadi perayaan tersendiri bagi masyarakat di berbagai daerah di Indonesia. Ada banyak tradisi menyambut Ramadan, yang erat dengan nilai-nilai silaturahmi, doa bersama, hingga ungkapan rasa syukur.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Berikut ini, sederet tradisi menyambut Ramadan di Indonesia, dari wilayah Sumatra hingga Jakarta, yang dirangkum dari berbagai sumber.
8 Tradisi Unik Menyambut Ramadan di Indonesia
1. Munggahan
![]() |
Salah satu tradisi unik dalam menyambut Ramadan yakni munggahan. Tradisi ini banyak dilakukan oleh masyarakat muslim yang berasal dari suku Sunda.
Mengutip laman Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Bandung, munggahan berasal dari kata 'munggah' yang berarti berjalan/naik. Kata ini juga memiliki arti keluar dari kebiasaan kehidupan sehari-hari.
Dalam tradisi ini, masyarakat biasanya melakukan serangkaian agenda, mulai dari membersihkan badan, makan bersama, hingga meminta maaf kepada orang tua, teman, sahabat, hingga saudara.
2. Membuat Makanan Lemang atau Malamang
Masyarakat muslim di Sumatra Barat memiliki tradisi menyambut Ramadan bernama 'malamang'. Tradisi ini dilakukan dengan membuat makanan tradisional lemang.
Tak hanya itu, tradisi ini juga bisa ditemui di Aceh. Warga Aceh memiliki tradisi memasak lemang bambu jelang Ramadan untuk dibagikan ke warga lain.
Tujuan tradisi ini, yakni untuk mempererat silaturahmi dan memupuk rasa kebersamaan.
3. Mattunu Solong
Di Sulawesi Barat, masyarakat muslim memiliki tradisi bernama Mattunu Solong. Tradisi ini dilakukan dengan menyalakan api atau cahaya.
Cahaya tersebut terbuat dari buah kemiri dan ditumpuk dengan kapuk, lalu dililitkan pada potongan bambu. Nantinya, pelita yang sudah jadi akan ditempel di pagar, halaman, anak tangga, pintu masuk, hingga dapur.
Mengutip laman Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, tradisi Mattunu Solong memiliki makna yakni masyarakat ingin mendapatkan keberkahan dari Tuhan jelang bulan suci Ramadan. Selain itu, masyarakat juga memohon agar senantiasa memberikan kesehatan dan umur panjang, sehingga bisa menunaikan ibadah puasa dengan lancar.
4. Megibung
Masyarakat muslim di Bali juga memiliki tradisi menyambut Ramadan bernama 'megibung'. Tradisi ini dimulai dengan proses memasak bersama untuk membuat makanan-makanan tradisional Bali.
Setelah itu, masyarakat akan melakukan makan bersama dalam satu wadah. Tradisi ini memiliki makna yakni untuk kebersamaan dan persaudaraan.
![]() |
Melansir detikBali, megibung tak hanya dilakukan sebelum bulan puasa Ramadan tiba. Di wilayah Kepaon, Denpasar, masyarakat muslim juga melakukan tradisi megibung selama bulan Ramadan, tepatnya pada malam ke-10, 20, dan 30.
Biasanya, tradisi dilakukan usai khatam Al Qur'an. Makan bersama dilakukan sebagai ungkapan rasa syukur.
5. Padusan
Masyarakat di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa Tengah, memiliki tradisi bernama 'padusan'. Tradisi ini dilakukan dengan menyucikan diri sebelum Ramadan tiba.
Padusan berasal dari kata 'adus' yang berarti mandi. Tradisi ini telah turun temurun dari leluhur di tanah Jawa untuk menyucikan diri lahir dan batin, demikian dilansir situs Museum Sonobudoyo, DIY.
Biasanya, tradisi ini dilakukan dengan berendam atau mandi di sumber mata air satu hari sebelum bulan Ramadan tiba.
6. Tradisi Tabuh Bedug
![]() |
Masjid-masjid tradisional atau kuno di Pulau Jawa, banyak yang memiliki bedug, yang ditabuh sebagai penanda waktu sholat. Jelang Ramadan, masyarakat muslim khususnya di wilayah Jawa Tengah, bedug ini akan ditabuh sebagai tradisi untuk menyambut bulan suci Ramadan.
Salah satu tradisi 'tabuh bedug' ini ada di Kudus. Bedug yang ditabuh akan mengiringi lantunan sholawat tanpa menggunakan pengeras suara. Tradisi ini biasanya dilakukan sehari sebelum puasa Ramadan dimulai.
7. Assuro Maca
Tradisi menyambut Ramadan juga dilakukan oleh suku Bugis-Makassar dengan 'assuro maca'. Tradisi ini dilakukan sebagai ungkapan rasa syukur jelang Ramadan tiba.
Mengutip laman Universitas Negeri Makassar, assuro maca berarti membaca doa secara bersama-sama. Doa dilakukan dengan disertai hidangan makanan, seperti nasi, ayam, hingga lauk pauk lainnya.
Tradisi ini dilakukan sehari sebelum Ramadan dimulai, sebagai ungkapan rasa syukur atas rezeki serta untuk menjalin silaturahmi dengan masyarakat sekitar.
8. Nyorog Betawi
Orang-orang Betawi memiliki tradisi dalam menyambut bulan Ramadan. Tradisi itu yakni 'nyorog', yang dilakukan sehari sebelum Ramadan dimulai.
Mengutip studi yang terbit di Jurnal Ilmiah Sosiologi Agama (JISA) Vol 4, No 1 (2021), karya Ajat Hidayat dan kawan-kawan, tradisi nyorog merupakan tradisi orang-orang Betawi mengirimkan makanan kepada orang atau kerabat yang lebih tua. Tradisi ini memiliki makna mempererat silaturahmi dan penghormatan.
Nilai-nilai yang terkadung dalam tradisi ini antara lain rasa hormat kepada orang tua, kebersamaan, hingga gotong royong.
(faz/nwk)