Indonesia telah resmi bergabung sebagai anggota dari BRICS yang merupakan akronim dari Brasil, Rusia, India, China, dan South Africa (Afrika Selatan).
Indonesia adalah negara pertama yang bergabung dengan BRICS sebagai anggota penuh sejak forum tersebut menyampaikan sikap terbuka untuk melakukan perluasan dalam pertemuan puncaknya pada 2023 di Johannesburg, Afrika Selatan.
Anggota awal BRICS adalah Brasil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan. Di bawah kepemimpinan Rusia tahun 2023 lalu, BRICS memperkenalkan kategori negara mitra, yang kemudian menerima 11 negara, termasuk Bolivia, Malaysia, Nigeria, Thailand, Turki, Uganda, dan Vietnam.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dikutip dari South China Morning Post, Indonesia telah menyatakan minatnya untuk menjadi anggota penuh pada 2023, tetapi penerimaannya ditunda karena pemilihan umum di Indonesia yang dijadwalkan pada 2024.
Menurut juru bicara pemerintah Brasil, proses tersebut dilanjutkan setelah pemerintahan baru Indonesia yang dipimpin oleh Presiden Prabowo Subianto dibentuk pada Oktober 2024.
"Negara-negara BRICS, secara konsensus, menyetujui masuknya Indonesia ke dalam organisasi, sesuai dengan prinsip-prinsip panduan, kriteria, dan prosedur untuk memperluas kerangka keanggotaan yang disepakati di Johannesburg," kata kementerian luar negeri Brasil.
Asal Usul BRICS
Pada 2001, para peneliti di bank investasi Goldman Sachs menerbitkan sebuah makalah yang merinci bagaimana empat negara dengan ekonomi yang meningkat yakni Brasil, Rusia, India, dan China membentuk kembali ekonomi global di tahun-tahun mendatang.
Makalah tersebut mencatat disebut blok BRIC ini memiliki lingkungan yang lebih sehat untuk pertumbuhan ekonomi daripada banyak negara maju dan bahwa pangsa mereka terhadap PDB global akan meningkat. '
"Sudah saatnya bagi dunia untuk membangun BRIC ekonomi global yang lebih baik," kata makalah tersebut, dikutip dari World Economic Forum.
Bertahun-tahun kemudian, pada 2006, para pemimpin negara-negara BRIC secara resmi membentuk kelompok BRIC, sebuah koalisi informal yang hendak membantu pemerintah-pemerintahnya mengoordinasikan upaya ekonomi dan politik untuk tujuan bersama.
Pada 2009, blok tersebut mengadakan KTT BRIC perdana di Yekaterinburg, Rusia. Setahun kemudian, Afrika Selatan secara resmi bergabung dengan kelompok tersebut dan memperluas akronim menjadi BRICS.
Tujuan BRICS
Dijelaskan dalam artikel bertajuk "Pengaruh Good Governance dan Trade Openness terhadap Pertumbuhan Ekonomi"oleh Nova Elia dan Marselina dana jurnal Unbara, tujuan dibentuknya BRICS adalah menjunjung tinggi perdamaian, keamanan, dan kesejahteraan bersama.
BRICS berusaha membantu negara berkembang dalam berbagai bidang misalnya ekonomi, militer, teknologi, serta hubungan diplomasi antarnegara. BRICS juga didirikan dengan tujuan menyusun strategi dalam bidang kerja sama tropikal, mulai dari memerangi perdagangan obat-obatan terlarang, penggunaan dan pengembangan teknologi dengan prinsip serta norma yang berlaku secara umum, sampai menciptakan perdagangan bebas hambatan.
Sementara, dikutip dari CBS News, negara-negara anggota BRICS bertujuan menciptakan sistem ekonomi dan perdagangan baru yang terpisah dari sistem barat yang dipimpin Amerika Serikat (AS).
Pada KTT BRICS 2023 lalu, forum ini ingin mengurangi ketergantungan terhadap dolar AS dan mempromosikan penggunaan mata uang nasional dalam perdagangan internasional. Hal ini karena dolar AS mempengaruhi mata uang lain.
Saat ekonomi AS dan dolar menguat, maka mata uang lain melemah. Ini sebabnya BRICS ingin mengubah hal tersebut.
Mengapa Negara-negara Ingin Bergabung dengan BRICS?
Dikutip dari Reuters, sebelum Indonesia dan sejumlah negara lain masuk sebagai anggota terbaru BRICS, ada puluhan negara yang ingin masuk ke forum ini termasuk Argentina, Aljazair, Bolivia, Kuba, Republik Demokratik Kongo, Komoro, Gabon, dan Kazakhstan. Menurut ketua KTT 2023 Afrika Selatan berbagai negara tersebut telah menyatakan minatnya untuk bergabung.
Mereka memandang BRICS sebagai alternatif badan-badan global yang dipandang didominasi oleh kekuatan-kekuatan Barat tradisional. Para negara ini juga berharap keanggotaan BRICS akan membuka manfaat termasuk pembiayaan pembangunan, dan peningkatan perdagangan dan investasi.
Selain itu, vaksin ditimbun oleh negara-negara kaya pada saat COVID-19 juga memperburuk ketidakpuasan negara-negara berkembang terhadap tatanan global.
(nah/nwk)