Peneliti Ciptakan Teknologi Panen Air di Gurun dari Udara

ADVERTISEMENT

Peneliti Ciptakan Teknologi Panen Air di Gurun dari Udara

Hani Muthmainnah - detikEdu
Senin, 06 Jan 2025 08:00 WIB
A man stands at the top of a dune at the Erg Chebbi sand dunes in the Sahara desert outside Merzouga, Morocco December 5, 2024. REUTERS/Darrin Zammit Lupi
Peneliti menciptakan teknologi panen air di gurun dari udara dengan kelembaban rendah. Satu meteri persegi area di Las Vegas bisa hasilkan 1 galon air per hari. Foto: REUTERS/Darrin Zammit Lupi
Jakarta -

Tim peneliti Universitas Nevada, Las Vegas (UNLV) baru-baru ini menciptakan teknologi panen air dari udara di gurun. Teknologi ini rencananya akan dimanfaatkan di kawasan iklim kering yang krisis air.

Panen Air di Gurun

Sebelumnya, teknologi panen air atmosfer terbatas dan hasilnya rendah, serta makin menurun ketika kelembaban udara di bawah 30%. Namun, hasil penelitian terbaru ini mendapati teknologi mereka bisa bekerja di daerah dengan kelembaban udara serendah 10%.

"Kita dapat mulai memperkirakan seberapa besar sistem yang kita perlukan untuk menghasilkan sejumlah air tertentu. Jika saya memiliki satu meter persegi, yaitu sekitar tiga kaki kali tiga kaki, kita dapat menghasilkan sekitar satu galon air per hari di Las Vegas, dan hingga tiga kali lebih banyak di lingkungan yang lembap," kata Profesor Teknik UNLV Jeremy Cho yang memimpin penelitian, dilansir laman kampus.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Teknologi panen air dari udara UNLV ini bekerja dengan cara langsung menangkap uap air dalam larutan garam cair. Air yang tertangkap kemudian diproses menjadi air minum, atau digunakan untuk produksi energi.

Terinspirasi Kulit Katak

Mechanical engineering professor H. Jeremy Cho's research has led to WAVR Technologies, Inc., a UNLV startup focused on solutions for water sustainability. The company is working with industry to provide atmospherically sourced water to supplement their conventional water demands.(Jeff Scheid for UNLV)Startup UNLV kini bekerja sama dengan industri untuk menyediakan produk pemanen air. Foto: Jeff Scheid for UNLV

Salah satu bahan utama dalam proses ini adalah "kulit", membran hidrogel yang terinspirasi dari alam. Membran ini bekerja dengan cara yang serupa dengan mekanisme kulit katak pohon untuk menangkap air dari udara sekitar dan menyimpannya dalam bentuk cair.

ADVERTISEMENT

"Kami mengambil ide biologis itu dan mencoba melakukannya dengan cara kami sendiri. Ada begitu banyak hal yang terjadi di alam -- Anda hanya perlu melihat-lihat, belajar, dan mendapatkan inspirasi," kata Cho.

Bisa Pakai Tenaga Surya

Selain itu, penelitian ini juga menunjukkan bahwa teknologi pemanenan air atmosfer ini dapat menggunakan tenaga surya untuk mengurangi biaya produksi air. Terlebih, ada banyak sinar Matahari yang diterima oleh tempat-tempat seperti Lembah Las Vegas, yang rata-rata memiliki 300 hari cerah per tahun. Tenaga surya dapat menyediakan energi yang cukup untuk meminimalkan biaya teoritis dan biaya produksi air.

"Sumber daya air kita menipis dan iklim kita berubah. Untuk mencapai keberlanjutan, kita harus mengubah kebiasaan kita. Seluruh ide ini tampak seperti fiksi ilmiah, tetapi ini mungkin dan kita benar-benar melakukannya," kata Cho.

Sameer Rao, seorang profesor teknik mesin dan rekan penulis dari University of Utah menambahkan, proyek ini menurutnya merupakan perubahan signifikan dalam pemanenan air atmosfer.

"Membuka pintu bagi operasi berkelanjutan dan aplikasi baru produksi air. Inovasi ini sangat penting bagi wilayah gurun di barat daya dan upaya berkelanjutan," ucapnya.

Diproduksi

Teknologi UNLV ini tengah diterapkan secara praktis melalui WAVR Technologies, Inc., sebuah perusahaan rintisan UNLV yang didirikan oleh Cho. WAVR Technologies menciptakan perangkat yang dapat menangkap uap air dari udara untuk keperluan komersial dan individu.

Perusahaan tersebut merupakan hasil spinoff dari program National Science Foundation (NSF) Regional Innovation Engines, yang bertujuan untuk memasarkan teknologi untuk mengatasi masalah keberlangsungan dan iklim.




(twu/twu)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads