Miris! Lumba-lumba di Wilayah Ini Positif Terpapar Obat-obatan

ADVERTISEMENT

Miris! Lumba-lumba di Wilayah Ini Positif Terpapar Obat-obatan

Muhammad Alfathir - detikEdu
Kamis, 19 Des 2024 18:30 WIB
Beberapa bulan setelah penemuan kokain terdeteksi di tubuh hiu di lepas pantai Amerika Selatan, penelitian menemukan fentanyl dan obat-obatan lainnya pada puluhan lumba-lumba di Teluk Meksiko. Temuan ini menambah catatan pencemaran laut oleh obat-obatan.
Foto: iScience via Science Alert/Lumba-lumba di Teluk Meksiko tercemar fentanyl
Jakarta -

Manusia ternyata tidak hanya mencemari lingkungan daratan di bumi, melainkan di lautan yang menjadi habitat bagi banyak spesies laut. Terbaru, pencemaran obat-obatan yang diakibatkan manusia telah membuat lumba-lumba terpapar.

Dalam studi yang terbit di iScience Volume 27, Issue 12, 20 Desember 2024 oleh Anya Isabelle Ocampos dan kawan-kawan, ditemukan bahwa puluhan lumba-lumba hidung botol di Teluk Meksiko positif terpapar fentanyl dan obat-obatan lainnya.

"Obat-obatan telah menjadi polutan mikro yang baru dan menjadi perhatian global yang berkembang karena keberadaannya telah dilaporkan di ekosistem air tawar, sungai, dan lautan di seluruh dunia," ujar Dara Orbach, pakar dari Texas A&M University-Corpus Christi (TAMU-CC) sekaligus salah satu peneliti dalam studi, dikutip dari Science Alert.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

24 Lumba-lumba Terpapar

Orbach menjelaskan bahwa fentanyl adalah obat penghilang rasa sakit yang 100 kali lebih keras dibandingkan dengan morfin. Untuk jenis obat-obatan lainnya, seperti obat penenang meprobamate dan relaksan otot rangka carisoprodol juga ditemukan dalam lemak mamalia laut tersebut.

Dalam studi ini, Orbach dan timnya, melakukan penelitian terhadap sekitar 89 lumba-lumba hidung botol menggunakan spektrometer massa untuk mengukur kontaminasi dari paparan obat berbahaya.

ADVERTISEMENT

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa hampir 24 sampel lumba-lumba tersebut "positif" terpapar fentanyl dan obat-obatan berbahaya lainnya.

"Lumba-lumba ini kemungkinan memperoleh paparan zat kimia tersebut melalui makanan mereka atau menyerapnya melalui kulit. Hal ini karena lumba-lumba secara alami tidak minum air laut," ungkap Orbach.

Selama ini, lumba-lumba sering digunakan sebagai bioindikator kesehatan ekosistem dalam penelitian kontaminan. Hal ini karena lemaknya yang kaya akan lipid dapat menyimpan kontaminan dan diambil sampelnya dengan cara yang relatif minimal invasif pada hewan hidup.

Sebelumnya, peneliti juga telah menemukan seekor lumba-lumba mati di Teluk Baffin di Texas Selatan dalam kurun waktu satu tahun. Termasuk lumba-lumba Mississippi yang mencakup 40 persen dari total deteksi farmasi yang dilakukan peneliti.

Dampak Paparan Zat Kimia

Orbach menjelaskan bahwa pencemaran air yang disebabkan oleh bahan kimia tidak hanya mencemari laut, tetapi juga hampir seperempat sungai di bumi.

"Meskipun kita belum mengukur secara langsung dampak ekologis dari jejak farmasi, keberadaannya hanya menambah masalah yang lebih luas dari stresor yang disebabkan manusia yang mencakup plastik, tumpahan bahan kimia , pengerukan, lalu lintas kapal, polusi suara, dan perubahan iklim," paparnya.

Dalam hal ini, paparan zat kimia ini bisa sangat berbahaya. Hal ini karena paparan dapat mengganggu sistem kekebalan tubuh spesies laut yang berisiko terhadap masalah reproduksi dan berujung pada kematian.

"Paparan kronis terhadap obat-obatan dan efek kumulatifnya pada mamalia laut belum sepenuhnya dipahami, tapi keberadaannya pada tiga populasi lumba-lumba di Teluk Meksiko menggarisbawahi perlunya studi skala besar untuk menilai tingkat dan sumber kontaminasi," desak Orbach.




(faz/faz)

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads