Manusia tak pernah lepas dari perbuatan salah, termasuk para siswa di sekolah. Sayangnya, guru maupun orang dewasa lebih fokus pada kesalahan yang diperbuat siswa daripada mencari cara untuk memperbaiki diri atas kesalahan yang dilakukan siswa.
Padahal, murid tidak hanya memperoleh ilmu saja di sekolah, tapi juga turut membentuk karakter individu. Jika peran guru atau orang tua dapat membentuk karakter yang baik, maka seorang siswa bisa menjadi individu yang positif.
Nah, salah satu cara agar murid bisa memiliki kepribadian yang positif adalah dengan menerapkan segitiga restitusi. Agar lebih jelas, simak pembahasannya dalam artikel ini.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Mengenal Segitiga Restitusi
Segitiga restitusi merupakan pendekatan disiplin yang menekankan pada pemulihan dan tanggung jawab. Mengutip KBBI daring, restitusi artinya pemulihan kondisi korban atau penggantian kerugian yang dialami korban, baik secara fisik maupun mental.
Dalam buku Restitusi: Pendekatan Restoratif Mengelola Kenakalan Siswa oleh Rasidi, M.Pd, segitiga restitusi dapat membantu siswa terlepas dari hukuman atas kesalahan yang diperbuat. Daripada menghukumnya, pendekatan ini mengarahkan mereka untuk memahami dampak dari tindakannya, memperbaiki kesalahannya, dan belajar bagaimana untuk bersikap lebih baik di masa depan.
![]() |
Segitiga restitusi dikembangkan oleh Diane Gossen sebagai bagian dari metode disiplin positif. Pendekatan ini didasarkan pada tiga langkah utama, yaitu menstabilkan identitas (stabilize the identity), validasi tindakan yang salah (validate the misbehaviour), dan menanyakan keyakinan (seek the belief).
Ketiga langkah tersebut dirancang untuk membantu para siswa merasa aman secara emosional, lalu mengakui kesalahan mereka, dan menghubungkan tindakan mereka dengan nilai-nilai yang lebih baik.
3 Langkah Utama dalam Segitiga Restitusi
Agar lebih memahami mengenai tiga langkah utama dalam segitiga restitusi, simak penjelasannya di bawah ini yang dikutip dari e-jurnal SIMPKB:
1. Menstabilkan Identitas
Langkah yang pertama adalah menstabilkan identitas. Cara ini bertujuan untuk memastikan siswa merasa dihargai dan aman secara emosional, meskipun mereka telah melakukan kesalahan.
Guru memastikan bahwa identitas positif siswa tetap utuh, sehingga mereka tidak merasa diserang atau dihakimi atas perbuatannya. Adapun beberapa kalimat yang bisa membantu meredam emosional siswa, yaitu:
- Berbuat salah tidak apa-apa.
- Tidak ada manusia yang sempurna.
- Saya juga pernah melakukan kesalahan seperti itu.
- Kita pasti bisa menyelesaikan masalah ini.
Perlu diingat, ketika seseorang merasa sedih dan emosional maka akan sulit untuk berpikir secara rasional. Dalam kondisi tersebut, guru harus menstabilkan identitas siswa sebelum terjadi hal-hal lain yang bisa memperburuk keadaan.
2. Validasi Tindakan yang Salah
Di tahap kedua, guru mulai membantu siswa untuk mengenali dan mengakui tindakan salah mereka, tetapi tidak perlu menghakimi atas kesalahannya. Proses ini melibatkan guru dalam mengetahui alasan di balik tindakan tersebut dan memahami konteks yang menyebabkan siswa bertindak seperti itu.
Menurut Teori Kontrol, semua tindakan manusia pasti memiliki maksud atau tujuan tertentu, entah itu baik atau buruk. Jadi, lebih baik mengetahui apa alasan dibalik seorang murid melakukan kesalahan tersebut, misalnya menanyakan hal seperti:
- Kamu pasti punya alasan mengapa melakukan hal seperti itu, kan?
- Padahal kamu bisa melakukan hal yang lebih baik dari tindakan kamu sekarang, betul bukan?
3. Menanyakan Keyakinan
Langkah yang terakhir adalah mendorong siswa untuk merefleksikan diri dan menghubungkan tindakan mereka dengan keyakinan atau nilai yang lebih baik. Cara ini dapat membantu siswa untuk berpikir 'Bagaimana saya dapat bertindak lebih baik di masa depan dan merencanakan langkah-langkah konkret untuk memperbaiki diri'.
Teori Kontrol menyatakan bahwa pada dasarnya manusia bisa termotivasi karena dirinya sendiri (internal). Apabila menstabilkan identitas dan validasi tingkah laku yang salah sudah tercapai, maka siswa mulai yakin dan semangat untuk berubah menjadi anak yang lebih baik, disiplin, dan berkarakter positif.
Tujuan Segitiga Restitusi bagi Murid di Sekolah
Segitiga restitusi menjadi cara yang efektif dalam menangani siswa bermasalah di sekolah. Dengan menerapkan segitiga restitusi, siswa harus bertanggung jawab atas kesalahannya, meminta maaf atas perbuatannya, dan memperbaiki diri agar lebih baik.
Tujuan dari segitiga restitusi adalah memberikan peluang para murid untuk memahami konsekuensi dari tindakan mereka. Lalu, para siswa dapat belajar dari kesalahan dan berjanji tidak mengulangi perbuatannya lagi.
Selain itu, para siswa perlu memperbaiki hubungan dengan teman, guru, maupun orang tuanya atas kesalahan yang telah diperbuat. Dengan begitu, siswa akan kembali bahagia sekaligus membentuk karakter disiplin positif di sekolah.
Demikian pembahasan mengenai segitiga restitusi. Semoga dapat membantu detikers!
(ilf/fds)