Bumi telah berusia sekitar 4,5 miliar tahun. Planet ini setidaknya mengalami beberapa macam periode jauh sebelum manusia dan dinosaurus berkembang. Salah satu periode yang menarik adalah periode bumi bola salju atau "snowball earth".
Periode bumi bola salju adalah ketika seluruh permukaan Bumi tertutup oleh lapisan es sekitar 600 hingga 700 juta tahun yang lalu.
Periode bola salju ini ternyata salah satu yang berperan penting dalam memicu terjadinya "ledakan kambrium," yang kemudian melahirkan organisme multiseluler kompleks di Bumi. Lantas, bagaimana periode ini bisa terjadi?
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Periode Bumi Bola Salju
Seorang geolog dari University of Victoria, Paul Hoffman, menjelaskan awal mula bukti dari adanya periode bumi bola salju berasal dari penemuan bebatuan dengan lapisan glasial kuno yang bercampur dengan batu kapur.
Menurut Hoffman, batu kapur biasanya terbentuk di perairan hangat, sehingga keberadaan lapisan glasial di antara batu kapur menunjukkan bahwa es pernah menutupi hampir seluruh permukaan Bumi, termasuk lautan di daerah hangat.
"Saat itu, permukaan es sebagian besar dilapisi oleh embun beku dan kristal-kristal es kecil yang terbentuk dari udara kering yang dingin, yang jauh di bawah titik beku di mana-mana," terang Hoffman kepada Astronomy, dikutip (22/11/2024).
"Di bawah lapisan es yang mengapung, lautan yang gelap dan asin terus-menerus diaduk oleh pasang surut dan pusaran turbulen yang dihasilkan oleh panas bumi yang perlahan-lahan masuk dari dasar laut," tuturnya.
Apa Penyebabnya?
Menurut Hoffman, ketika periode bola salju terjadi, benua super Rodinia atau gabungan seluruh benua sedang mengalami pemecahan menjadi bagian-bagian yang lebih kecil. Pemecahan ini menyebabkan peningkatan curah hujan di wilayah daratan, yang mempercepat proses pelapukan batuan.
Akibatnya, pelapukan ini menyerap karbon dioksida dari atmosfer yang mengakibatkan turunnya suhu bumi.
Hoffman menambahkan letusan gunung berapi di wilayah Arktik Kanada sekitar 717 hingga 719 juta tahun lalu, juga menjadi pemicu langsung dari terjadinya periode bumi bola salju. Hal ini karena letusan tersebut melepaskan aerosol sulfur ke atmosfer dalam jumlah besar hingga menyebabkan pendinginan global.
Bagaimana Kehidupan di Bumi Saat itu?
Pada periode bumi bola salju, kehidupan baru diisi oleh bakteri, alga, dan hewan primitif uniseluler. Namun, periode ini juga dipercaya sebagai pemicu lahirnya hewan multiseluler, seperti spons.
"Ada beberapa teori tentang hal ini, tetapi sulit dibuktikan. Salah satu teorinya adalah bahwa selama periode bumi bola salju, ekosistem mungkin lebih terisolasi. Kondisi ini bisa mendorong evolusi bentuk kehidupan baru, terutama organisme altruistik, di mana sel-sel bekerja sama untuk keuntungan bersama daripada bertindak sendiri-sendiri," kata Hoffman.
"Jadi, isolasi ini mungkin membantu ekosistem dengan organisme multiseluler altruistik bertahan dan berkembang lebih baik dibandingkan yang lain," tambahnya.
Studi Terbaru
Studi yang diterbitkan dalam Geological Society of London, Volume 181 pada Agustus 2024 oleh Elias J Rugen dan kawan-kawan, menemukan bukti baru dari kemunculan periode bumi bola salju.
Para peneliti mengambil sampel bebatuan dari gugusan pulau Skotlandia dan menggunakan peluruhan uranium untuk menentukan usia batuan tersebut. Hasilnya, mereka menemukan batuan ini terbentuk selama glasiasi Sturtian atau periode ketika pembekuan besar pertama terjadi di Bumi.
"Sebagian besar wilayah di dunia tidak mengalami transisi luar biasa ini karena gletser kuno mengikis dan mengikis bebatuan di bawahnya, namun di Skotlandia, secara ajaib, transisi ini dapat terlihat," ujar peneliti sekaligus penulis utama studi, Elias Rugen kepada Popular Mechanics.
Transisi ini memicu terbentuknya bumi bola salju. Dalam hal ini, es memantulkan cahaya matahari dan mendinginkan Bumi sehingga menyebabkan lebih banyak es terbentuk. Proses ini terjadi secara berulang hingga menutup seluruh permukaan bumi.
"Begitu bumi menghangat, semua makhluk hidup harus bersaing dalam perlombaan senjata untuk beradaptasi," kata profesor lmu bumi dari University College London, Graham Shields.
"Apa pun yang bertahan hidup adalah nenek moyang semua hewan," tambahnya.
(nah/nah)