Studi menunjukkan bahwa menonton film ternyata bisa mengaktifkan sekitar 24 jaringan otak. Begini penjelasannya.
Menonton film adalah aktivitas yang umum dilakukan untuk bersantai dan melepas penat. Bagi kebanyakan orang, menonton menjadi cara untuk menghibur diri setelah menjalani serangkaian kegiatan yang melelahkan. Namun, penelitian terbaru menunjukkan bahwa menonton film sebenarnya mengaktifkan sekitar 24 jaringan otak, bukannya memberi otak waktu istirahat.
Studi berjudul Functional architecture of cerebral cortex during naturalistic movie watching, yang diterbitkan oleh Neuron pada November 2024 oleh Reza Rajimehr dan kawan-kawan, menunjukkan bahwa menonton berbagai jenis film dapat mengaktifkan jaringan fungsional otak secara signifikan. Mengapa demikian?
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Untuk itu, simak penjelasan ahli berikut ini.
Studi Jaringan Otak
Seorang ahli saraf dari Massachusetts Institute of Technology (MIT), Reza Rajimehr, menjelaskan bahwa otak manusia sebenarnya sangat aktif ketika menonton film, berdasarkan hasil pemetaan yang dilakukan pada otak.
Rajimehr dan timnya, melakukan penelitian terhadap 176 orang dewasa menggunakan teknologi Functional Magnetic Resonance Imaging (fMRI) untuk memindai aktivitas otak saat menonton film, dengan cara melacak aliran darah dalam otak.
Dalam hal ini, para peneliti meminta peserta untuk menonton film Hollywood, seperti "Inception", "Home Alone", "Star Wars: The Empire Strikes Back", dan "Ocean's 11", dengan durasi sekitar 60 menit.
"Penelitian kami merupakan upaya pertama untuk mendapatkan tata letak berbagai area dan jaringan otak dalam kondisi alamiah," kata Rajimehr dikutip Live Science.
Dengan menghitung rata-rata aktivitas otak, para peneliti berhasil memetakan dan mempelajari respons dari jaringan otak pada saat menonton film. Hasilnya, secara keseluruhan terdapat sekitar 24 jaringan otak yang aktif pada saat menonton film.
Menurut Rajimehr, jaringan otak ini sangat beragam yang bergantung pada genre dan adegan dari setiap film. Namun, secara garis besar, terdapat sekitar 24 jaringan otak yang aktif di otak.
Rajimehr menambahkan bahwa menonton film dapat menstimulasi jaringan otak yang berhubungan dengan proses kognitif, seperti mengenali wajah manusia, mengamati orang yang berinteraksi, dan mengamati lingkungan dan tempat yang dikenal.
"Stimulus film merupakan stimulus yang kaya. Tetapi di sisi lain, stimulus tersebut tidak terkontrol dengan baik," ujar Rajimehr kepada Live Science.
"Ketika Anda menayangkan film kepada subjek, Anda mungkin mendapatkan beberapa respons yang tidak lazim, yang tidak dapat digeneralisasikan ke subjek lain. Artinya, tidak semua orang bereaksi atau memproses film dengan cara yang sama," tambahnya.
Domain Kontrol Eksekutif
Dalam penelitian ini, para peneliti juga menemukan adanya hubungan terbalik antara "domain kontrol eksekutif" atau bagian otak yang terlibat dengan perencanaan dan pengambilan keputusan, dengan bagian otak lainnya.
Misalnya, saat karakter utama dalam "Ocean's 11" merencanakan perampokan di Las Vegas, bagian otak yang terkait dengan kontrol eksekutif penonton secara tidak sadar ikut aktif, seolah-olah mereka turut terlibat dalam aksi tersebut.
"Salah satu hasil yang cukup mengejutkan adalah bahwa setiap kali klip berakhir, ada juga respons yang sangat besar dalam jaringan kontrol eksekutif ini, yakni sirkuit memori yang mencoba mengingat kembali adegan dalam klip tersebut," terang Rajimehr.
Dengan demikian, penelitian ini memberikan pemahaman baru tentang cara otak merespons film, dengan mengaktifkan berbagai jaringan fungsional.
"Penelitian ini, bahkan dapat mendorong industri Hollywood untuk menciptakan film yang lebih menarik," ujar Rajimehr.
(nwy/nwy)