Studi: Kehidupan Masyarakat Adat di Australia Bisa Mengatasi Krisis Kebakaran Hutan

ADVERTISEMENT

Studi: Kehidupan Masyarakat Adat di Australia Bisa Mengatasi Krisis Kebakaran Hutan

Hani Muthmainnah - detikEdu
Rabu, 20 Nov 2024 17:30 WIB
Sekitar 71 rumah telah hancur akibat kebakaran hutan yang tak terkendali di dekat Perth, Australia pada Rabu (3/1).
Foto: Getty Images/Paul Kane/Kebakaran Hutan Australia pada Februari 2021
Jakarta -

Kehidupan masyarakat adat dikenal masih alami dan selalu memperhitungkan lingkungan. Hal ini jauh berbanding terbalik dengan masyarakat konsumtif modern yang cenderung merusak alam.

Berbagai penelitian telah menjangkau kehidupan masyarakat adat yang ramah lingkungan. Salah satunya penelitian terhadap tradisi pembakaran kuno pada masyarakat ada di Australia.

Dalam studi yang terbit di jurnal Science Vol. 386, No. 6721, 31 Oktober 2024, Dr Simon Connor dan timnya, menemukan bahwa pembakaran kuno yang menjadi budaya pendudukan asli Australia bisa mengatasi krisis kebakaran hutan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Seperti yang diketahui, kebakaran hutan menjadi salah satu dampak nyata yang dirasakan manusia akibat perubahan iklim. Dalam hal ini, selain iklim, manusia berperan besar dalam memperparah perubahan iklim.

Teknik Pembakaran Kuno Terbukti Bisa Mencegah Kebakaran Hutan di Australia

Tim peneliti dari The Australian National University (ANU) dan University of Nottingham, menjelaskan bahwa pembakaran kuno yang dilakukan masyarakat adat di Australia perlu dihidupkan kembali untuk menanggulangi kebakaran hutan di Australia.

ADVERTISEMENT

Menurut penemuan mereka, pembakaran kuno tersebut bisa mencegah penumpukan bahan bakar yang memicu kebakaran hutan, seperti semak-semak.

Studi menunjukkan bahwa intensitas kebakaran hutan di Australia Tenggara menurun seiring peningkatan jumlah penduduk asli (masyarakat adat) di daerah tersebut. Menurut peneliti, hal ini karena masyarakat adat sangat paham dengan alam, termasuk cara mengatasi kebakaran selama ribuan tahun.

"Pemahaman yang lebih baik tentang hubungan antara perubahan iklim dan peningkatan kebakaran hutan akan membantu memperbaiki pengelolaan dan konservasi hutan di Australia," kata Dr Connor, sebagaimana dikutip dari laman resmi kampus ANU.

"Masyarakat adat telah membentuk lanskap Australia selama puluhan ribu tahun menggunakan praktik budaya yang mereka miliki. Kita perlu mengingat hal itu ketika kita memikirkan cara terbaik untuk hidup dan merawat lingkungan Australia," imbuhnya.

Dampak Kehidupan Masyarakat Adat terhadap Vegetasi di Australia Tenggara

Pada gilirannya, cara masyarakat adat di Australia mengatasi kebakaran hutan akan berdampak pada vegetasi yang tumbuh setelahnya. Dalam hal ini, para peneliti mencoba menelusurinya.

Mereka menggunakan fosil-fosil kecil yang terawetkan dalam sedimen purba, kemudian melakukan rekonstruksi lanskap purba di seluruh Australia Tenggara untuk memahami bagaimana vegetasi berubah seiring waktu.

Para peneliti berfokus pada lapisan semak karena lapisan inilah yang memungkinkan api merambat dari tanah ke pohon, sehingga menyebabkan kebakaran dengan intensitas tinggi.

Setelah itu, tim peneliti kemudian membandingkannya dengan data arkeologi untuk menganalisis bagaimana aktivitas manusia telah memengaruhi tingkat tutupan semak di lanskap Australia dari waktu ke waktu.

"Populasi penduduk asli yang meluas dan meningkatnya budaya pembakaran (kuno) ini menyebabkan penurunan kebakaran (hutan) yang diakibatkan karena semak yang menumpuk sebesar 50 persen," ucap Dr Michela Mariani, peneliti utama dari Universitas Nottingham.

Selama ini, banyak yang berpikir bahwa kebakaran hutan di Australia berkaitan dengan pohon-pohonnya. Namun nyatanya, lapisan semak di hutan sering kali berperan sebagai tangga bagi api liar untuk merambat ke pohon dan menyebar.

Dengan adanya kehidupan masyarakat adat, semak-semak yang banyak memicu kebakaran hutan terbukti teratasi.

"Krisis kebakaran di Australia dapat dikendalikan dengan melibatkan penduduk asli (masyarakat adat) dalam pengelolaan kebakaran. Penting untuk menghidupkan kembali praktik pembakaran budaya kuno bersama dengan pemilik adat tersebut untuk mengurangi risiko kebakaran besar," tutur peneliti.




(faz/faz)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads