AI Dipredikasi Hasilkan Jutaan Ton Sampah Elektronik, Ilmuwan Beri Peringatan

ADVERTISEMENT

AI Dipredikasi Hasilkan Jutaan Ton Sampah Elektronik, Ilmuwan Beri Peringatan

Muhammad Alfathir - detikEdu
Kamis, 14 Nov 2024 11:30 WIB
TV sets about to be recycled are seen in a warehouse at the government-sponsored recycling park in the township of Guiyu, Guangdong Province, China January 12, 2018. Picture taken January 12, 2018. REUTERS/Aly Song
Foto: Dok. REUTERS/Aly Song/tempat pembuangan sampah elektronik di Guiyu, China
Jakarta -

Artificial Intelligence (AI) atau kecerdasan buatan kini telah berkembang pesat. Namun, tahukah kamu bahwa produk AI bisa menghasilkan sampah elektronik yang sangat banyak?

Seperti yang diketahui, teknologi AI telah digunakan untuk berbagai kebutuhan, mulai dari memecahkan masalah, membuat poster, menulis, hingga membuat film. Namun, penelitian terbaru mengungkapkan bahwa penggunaan AI ternyata memiliki dampak signifikan terhadap lingkungan.

Studi berjudul "E-waste challenges of generative artificial intelligence" yang terbit di Nature Computational Science pada 28 Oktober 2024 oleh Peng Wang dan kawan-kawan, menunjukkan bahwa sampah elektronik yang dihasilkan oleh AI diperkirakan akan mencapai sekitar 1,2 juta hingga 5 juta ton pada akhir dekade.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sampah Elektronik pada AI

Ahli manajemen sumber daya dari Laboratorium Lingkungan dan Kesehatan Perkotaan di Akademi Ilmu Pengetahuan China, Peng Wang, memperkirakan bahwa sampah elektronik yang dihasilkan oleh AI pada rentang 2020 hingga 2030 dapat mencapai hingga 5 juta metrik ton.

Jumlah sampah elektronik ini diperkirakan akan terus meningkat, dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang hanya mencapai 2,6 ribu ton. Wang bahkan menyebutkan bahwa jumlah sampah elektronik dari AI ini setara dengan setiap orang di Bumi yang membuang satu perangkat elektronik.

ADVERTISEMENT

"Jika mempertimbangkan jumlah total sampah elektronik dari teknologi secara umum yang diperkirakan akan meningkat sekitar sepertiga menjadi 82 juta ton pada tahun 2030, jelaslah bahwa AI memperparah masalah yang sudah serius," kata Wang dalam Science Alert, dikutip Senin (11/11/2024).

Wang menambahkan bahwa sampah elektronik ini dapat sangat berbahaya bagi lingkungan karena mengandung bahan berbahaya seperti timbal, merkuri, dan kromium.

Produk AI Apa yang Menghasilkan Banyak Sampah Elektronik?

Dalam studinya, Wang dan tim berfokus pada Large Language Models (LLMs) atau Model Bahasa Besar, yakni jenis program AI yang dirancang untuk memahami dan menghasilkan bahasa manusia dari data dalam jumlah besar.

LLMs ini memungkinkan AI untuk mengidentifikasi masalah, menganalisis pola dan makna dari kata-kata untuk memberikan jawaban sesuai dengan perintah. Namun, penggunaan LLMs pada AI ini menghasilkan sampah elektronik dalam jumlah besar karena membutuhkan energi yang tinggi dan pembaharuan perangkat keras.

"LLM membutuhkan sumber daya komputasi yang besar untuk pelatihan dan inferensi, yang memerlukan perangkat keras dan infrastruktur komputasi yang ekstensif," ujar Wang.

"Kebutuhan ini menimbulkan masalah keberlanjutan yang kritis, termasuk konsumsi energi dan jejak karbon yang terkait dengan operasi ini," tambahnya.

Bagaimana Cara Mengurangi Sampah Elektronik?

Menurut Wang, masalah sampah elektronik ini sebenarnya dapat diminimalisasi dengan memperpanjang umur dan menggunakan kembali infrastruktur serta perangkat keras AI. Hal ini dilakukan untuk membantu mengurangi sampah elektronik yang dihasilkan oleh LLMs.

Badan Energi Internasional dan beberapa perusahaan teknologi yang menggunakan AI saat ini sudah mulai menerapkan strategi ekonomi sirkular untuk mengurangi dampak sampah elektronik akibat penggunaan AI.

"Menerapkan strategi ekonomi sirkular seperti ini dapat mengurangi beban limbah elektronik dari AI generatif hingga 86 persen," tutur Wang.




(faz/faz)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads