Fenomena deflasi menimpa Indonesia hingga 5 bulan berturut-turut. Pakar berpendapat jika salah satu alasannya adalah masyarakat yang menghemat pengeluaran.
Seperti diketahui, deflasi merupakan fenomena di mana harga yang beredar di pasar menurun dan membuahkan ketidakstabilan ekonomi. Lawan dari inflasi, deflasi dapat terjadi ketika barang yang ditawarkan oleh pasar lebih tinggi dibanding jumlah permintaan konsumen sendiri.
Deflasi di Indonesia memuncak pada Mei hingga September lalu memberi pengaruh bagi kestabilan ekonomi. Dosen Departemen Statistika Bisnis Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Fausania Hibatullah mengungkapkan penyebab deflasi di Indonesia. Salah satunya keinginan berhemat.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Masyarakat Enggan Belanja
Menurut Fausania, keinginan masyarakat untuk tidak membelanjakan uang yang dimiliki menjadi salah satu faktor terjadinya deflasi. Namun ia membeberkan, tidak selamanya kebiasaan menghemat menjadi nilai positif. Terlalu banyak menghemat dan menyimpan uang mampu berakibat buruk bagi kestabilan ekonomi yakni menumbuhkan deflasi.
"Terlalu banyak atau terlalu sedikit membelanjakan uang juga tidak baik," ujarnya dalam laman ITS dikutip Senin (11/11/2024).
Fenomena deflasi yang marak terjadi berdampak besar bagi pasar Indonesia, salah satu sektor yang terdampak dampak ialah sektor bahan bakar minyak (BBM). Pada lima bulan terakhir, harga BBM kian menurun karena permintaan BBM oleh masyarakat semakin sedikit.
Fungsi Bank Indonesia
Mengatasi segala fenomena ketidakstabilan ekonomi di Indonesia, Bank Indonesia (BI) sebagai bank sentral memiliki tiga fungsi utama yakni menetapkan kebijakan moneter, mengatur stabilitas dan sistem keuangan, dan mengatur sistem keuangan serta mengelola uang rupiah.
"Kebijakan BI selalu terbuka setiap bulan melalui konferensi sehingga masyarakat mengetahui ketetapan BI," jelasnya.
Denganperannya, ketika fenomena deflasi diperkirakan akan terjadi, BI sigap mencetus kebijakan-kebijakan yang dapat mengatasi deflasi tersebut. Terlebih perilaku konsumen bukanlah hal yang dapat dikendalikan, sehingga BI hanya mampu mengawasi dan membuat kebijakan sebagai cara preventif fenomena deflasi.
Fausania berharap masyarakat dan pemerintah Indonesia dapat bersinergi dengan baik dalam menghadapi maupun mencegah terjadinya fenomena deflasi, inflasi, dan situasi krisis dalam ekosistem ekonomi lainnya. Ia juga menegaskan masyarakat untuk menjaga sifat konsumsinya.
"Semoga masyarakat lebih memperhatikan perilaku konsumsinya sehingga dapat mengurangi kemungkinan fenomena deflasi maupun inflasi terjadi," tutupnya.
Sebagai informasi, data terbaru Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan jika deflasi di Indonesia telah berakhir di sejumlah wilayah. Inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) mencapai 0,08% pada Oktober 2024 secara bulanan, mengakhiri tren deflasi lima bulan terakhir.
(nir/nwk)