Belanda adalah negara yang paling dikenal masyarakat sebagai penjajah Indonesia. Namun, ternyata sebelum Belanda datang ada negara lain dari Eropa yang lebih dahulu menjajah.
Mereka adalah bangsa Portugis. Negara tersebut datang ke Indonesia sebelum Spanyol, Belanda, Inggris, dan Jepang menjajah Indonesia.
Rata-rata negara di Eropa menjajah Indonesia karena melimpahnya sumber daya alam seperti rempah-rempah yang ada. Terutama sejak jatuhnya Konstantinopel ke tangan Turki Usmani pada 1453 mengakibatkan hubungan perdagangan antara Eropa dan Asia Barat (Timur Tengah) terputus.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Akhirnya, Eropa mencari daerah penghasil rempah baru. Lewat penjelajahan samudra, mereka berhasil menemukan wilayah Indonesia.
Bagaimana proses kedatangan Portugis sebagai penjajah Indonesia pertama? Mengutip buku Modul Pembelajaran SMA Sejarah Indonesia kelas XI oleh Alin Rizkiana Putra (2020), berikut penjelasannya.
Kuasai Wilayah dan Monopoli Perdagangan
Setelah melakukan penjelajahan, bangsa Portugis berhasil masuk ke wilayah Gowa Indonesia. Pada tahun 1509, mereka langsung mendirikan kantor dagang di sana.
Selang waktu dua tahun, Portugis di bawah kepemimpinan d'Albuquerque berhasil menguasai Malaka. Pada tahun 1512, mereka pun berhasil mencapai Maluku dan disambut baik oleh Sultan Ternate.
Saat itu, Kerajaan Tidore bermusuhan dengan Kerajaan Ternate. Selain berhasil mendapatkan wilayah kekuasaan di Maluku, Portugis juga mendapatkan hak monopoli perdagangan hingga mendirikan benteng.
Kemudian, pada tahun 1522 Portugis datang ke Kerajaan Pajajaran di bawah pemimpin Henry Leme. Sama seperti di Ternate, mereka pun disambut baik oleh Kerajaan Pajajaran.
Bangsa Portugis menjanjikan memberi bantuan ekspansi Demak. Alhasil terjadilah Perjanjian Sunda Kelapa yang berisikan izin Portugis mendirikan benteng di Sunda Kelapa, Kerajaan Pajajaran menerima bantuan senjata dari Portugis, dan Portugis berhak menerima lada dari Pajajaran.
Tak sekadar untuk kepentingan ekonomi, Portugis pun berusaha menyebarkan agama Kristen (Katolik). Tokoh dari Portugis yang terkenal sebagai penyebar agama tersebut adalah Franciscus Xaverius.
Perlawanan Indonesia terhadap Portugis
Salah satu perjuangan rakyat Indonesia melawan bangsa Portugis terjadi Aceh, seperti dilansir dari buku Sejarah Indonesia untuk SMA/MA/SMK/MAK Kelas XI oleh Abdurakhman dan Arif Pradono (2019). Kesultanan Aceh melawan Portugis yang datang lalu menguasai Sumatera dan Malaka.
Portugis berupaya menghancurkan Kesultanan Aceh. Tahun 1523, mereka pun melakukan serangan di Aceh.
Namun, serangan mendapati kegagalan beberapa kali. Pasalnya, Aceh mendatangkan senjata dari Turki, Calicut dan Jepara untuk mengalahkan Portugis.
Selain itu, rakyat Maluku pun secara besar-besaran melawan Portugis. Di bawah pimpinan Sultah Khairun, rakyat Maluku melawan Portugis.
Namun, selama kepemimpinan Sultan Khairun Portugis melakukan serangan dengan siasat. Portugis mengkhianati Ternate lalu kemudian menangkap Sultan Khairun.
Akhirnya, Ternate dan Tidore menyatu untuk melakukan serangan besar-besaran terhadap Portugis. Di bawah kepemimpinan Sultan Baabullah, mereka memerangi Portugis selama lima tahun.
Perjuangan rakyat Maluku pun berbuah hasil. Akhirnya Portugis kalah dan meninggalkan wilayah Maluku dan hak monopoli mereka pun dihapus.
Dampak Penjajahan Portugis di Indonesia
Mengutip buku Sejarah Nasional Indonesia oleh Tim Nasional Penulisan Sejarah Indonesia (2019), sejak kedatangan Portugis, bangsa Indonesia mendapatkan perspektif baru dalam hal perdagangan, agama, hingga seni. Khususnya dalam ekonomi, suplai rempah-rempah jadi meningkat.
Saat itu cengkeh menjadi komoditas yang banyak dibutuhkan. Sejak awal abad ke-15, rempah-rempah menjadi primadona dalam ekspor Nusantara.
Bangsa Portugis membutuhkan rempah-rempah tersebut sebagai makanan dan bahan obat-obatan. Meski sejak Portugis datang perdagangan dimonopoli mereka, tetapi pedagang Nusantara masih bisa melakukan ekspor hingga ke Mesir.
Salah satu perbedaan bangsa Portugis dengan bangsa Eropa lainnya selama menjajah adalah pembauran. Bangsa Portugis dikenal lebih berbaur dengan penduduk lokal.
Dikarenakan kondisi pelayaran saat itu tak memungkinkan bagi wanita Portugis, tak sedikit dari mereka yang menetap di Indonesia dan menikah dengan penduduk lokal.
Dampak lain kehadiran bangsa Portugis juga terlihat dari segi budaya. Bahasa Portugis pada masanya menyebar di pelabuhan-pelabuhan Nusantara.
Bahkan, hingga akhir abad ke-19 bahasa Portugis masih menjadi bahasa pengantar di Batavia dibandingkan bahasa Inggris. Selain itu, busana orang-orang Portugis turut diserap oleh masyarakat Maluku dan Ambon pada masanya.
(cyu/pal)