Mimpi adalah salah satu fenomena biologis yang terjadi ketika manusia tidur. Mimpi bisa sangat beragam, bahkan terkadang tidak masuk akal. Di berbagai budaya, mimpi sering dianggap sebagai sarana sakral untuk mendapatkan wawasan atau memecahkan masalah melalui interpretasi mimpi.
Seiring dengan perkembangan teknologi, para ahli saraf kini berusaha memahami tujuan sebenarnya dari mimpi melalui penelitian yang lebih mendalam. Lantas, kenapa kita bermimpi?
Untuk itu, simak penjelasan para ahli dari Mcgovern Institute berikut ini:
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Gelombang Otak
Otak terdiri dari sekitar 80 puluh miliar neuron yang menghasilkan impuls listrik. Impuls ini kemudian menciptakan pola getaran yang disebut sebagai gelombang otak. Gelombang ini terdiri dari gelombang alfa, beta, theta, delta, dan gamma. Menariknya, setiap gelombang menunjukkan kondisi yang berbeda saat tidur dan terjaga.
Dengan menggunakan Electroencephalogram (EEG), sebuah tes yang merekam aktivitas listrik di otak, para ilmuwan menemukan bahwa ketika kita terjaga, otak memancarkan gelombang beta dan gamma. Gelombang ini memiliki efek stimulasi yang membantu seseorang tetap terlibat aktif dalam aktivitas mental atau tersadar.
Sedangkan, selama transisi tidur, jumlah gelombang beta akan menurun secara signifikan, dan otak akan menghasilkan gelombang alfa dalam jumlah tinggi. Gelombang ini membantu menyaring gangguan ketika tidur.
Ilmuwan sekaligus direktur Mcgovern Institute, Robert Desimone, mengatakan bahwa "orang benar-benar dapat meningkatkan perhatian mereka dengan mengendalikan gelombang otak alfa mereka sendiri menggunakan pelatihan neurofeedback," ujarnya kepada Mcgovern Institute.
Kendati demikian, tidak diketahui berapa lama efek dari pelatihan ini akan berlangsung dan apakah kontrol tersebut dapat dicapai dengan jenis gelombang otak lainnya, tetapi para peneliti kini sedang merencanakan studi tambahan untuk mengeksplorasi pertanyaan-pertanyaan ini.
Selain itu, gelombang alfa juga berperan saat kita sedang melamun, bermeditasi, atau mendengarkan suara hujan. Namun, apa yang membuat seseorang bermimpi?
Mengapa Kita Bermimpi?
Saat mimpi berlangsung, korteks prefrontal otak yang bertanggung jawab untuk mengendalikan impuls, perlahan-lahan menjadi kurang aktif. Hal ini terjadi saat lonjakan gelombang theta mengarah ke jendela kesadaran yang tidak terbatas. Akibatnya, seseorang akan mulai bermimpi.
Dalam hal ini, memori baru dalam otak secara bertahap akan distabilkan ke dalam memori jangka panjang untuk disimpan. Pemindahan memori ini kemudian menghasilkan skenario dalam mimpi yang berasal dari potongan memori tersebut.
Ilmuwan dari McGovern Institute, Dheeraj Roy, kepada Mcgovern Institute, mengatakan sebagian besar mimpi terdiri dari pengalaman, pikiran, emosi, tempat, dan orang yang pernah kita temui dalam hidup kita.
Potongan memori yang acak terkadang menghasilkan skenario mimpi yang aneh dan tidak masuk akal. Hal ini yang menyebabkan mengapa mimpi sangat bervariasi. Namun, sebenarnya skenario ini diatur berdasarkan keterkaitan antara satu dengan yang lainnya.
"Mungkin Anda bermimpi tentang saudara perempuan Anda. Karena baru-baru ini Anda berada di sebuah toko tempat lilin beraroma seperti parfumnya yang beraroma mawar," kata Roy kepada Mcgovern Institute.
Lebih lanjut, Roy menjelaskan mimpi hanya mencerminkan proses biologis yang terjadi di otak. Jadi, mimpi sebenarnya tidak mengandung makna, simbolisme, atau kebijaksanaan seperti yang sering dianggap dalam tafsir mimpi.
"Namun, dengan semua yang telah diungkap sains tentang mimpi dan cara-cara yang menghubungkannya dengan kreativitas dan memori, esensi magis dari pengalaman manusia universal ini tidak akan pernah hilang," kata Roy sebagaimana dikutip dari Mcgovern Institute.
(nwy/nwy)