Bukan Momen Proklamasi, Indonesia Raya Diperkenalkan Pertama Kali Saat Sumpah Pemuda

ADVERTISEMENT

Bukan Momen Proklamasi, Indonesia Raya Diperkenalkan Pertama Kali Saat Sumpah Pemuda

Devita Savitri - detikEdu
Senin, 28 Okt 2024 11:30 WIB
Memperingati hari musik nasional, komunitas seni di Surabaya berziarah ke makam WR Soepratman. Sekaligus memperingati hari kelahiran pencipta lagu Indonesia Raya tersebut, Rabu, 9/3/2022.
Sejarah kehadiran lagu Indoensia Raya di Hari Sumpah Pemuda. Foto: Esti Widiyana
Jakarta -

Momen Sumpah Pemuda menjadi catatan sejarah yang tak terlupakan dari pergerakan pemuda Indonesia. Namun, tak banyak yang tahu, pada momen ini juga lagu Indonesia Raya pertama kali dilantunkan oleh Wage Rudolf (WR) Soepratman (Supratman).

WR Supratman merupakan salah satu tokoh yang hadir pada Kongres Pemuda II pada 27-28 Oktober 2024. Mengutip laman Museum Sumpah Pemuda, Minggu (27/10/2024), Kongres Pemuda II tersebut berlangsung selama tiga sesi di tiga tempat berbeda.

Dari Gedung Perhimpunan Pemuda Katolik, Gedung Oost Java Bioscoop dan gedung Indonesische Clubgebouw di Jakarta Pusat. Pada malam 28 Oktober 1928, WR Supratman dengan berani memberikan surat kepada pemimpin kongres, yakni Sugondo Djojopuspito.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Melalui secarik surat itu, sebuah awal sejarah tercipta. Meskipun ketika Proklamasi Kemerdekaan dan lagu Indonesia Raya dikumandangkan di seluruh negeri ia tak bisa menyaksikannya.

Indonesia Raya dan Sumpah Pemuda

Pada 28 Oktober 1928 malam, peserta Kongres Pemuda II tengah berpindah tempat dari Gedung Oost Java Bioscoop ke gedung Indonesische Clubgebouw di Jakarta Pusat. Seluruh peserta tengah menunggu putusan ikrar Sumpah Pemuda yang dirumuskan oleh Mohammad Yamin.

ADVERTISEMENT

Melalui secarik surat, WR Supratman yang juga sahabat dari Sugondo Djojopuspito bertanya bolehkah membawakan lagu kebangsaan ciptaannya. Tetapi, permintaan ini tidak dijawab karena kongres pemuda diawasi ketat Polisi Rahasia Belanda.

Sugondo takut jika lagu Indonesia Raya diperdengarkan, kongres harus dihentikan. Karena pada saat itu, tinggal satu langkah lagi untuk pembacaan ikrar Sumpah Pemuda.

Lantaran tidak mendapat jawaban, WR Supratman bertanya langsung kepada Sugondo.

"Bung Gondo, apakah saya dapat memperdengarkannya sekarang?," tanyanya.

Melihat kesungguhan itu dan menyelesaikan kegelisahannya, Sugondo akhirnya bertanya langsung kepada petinggi pemerintah Belanda yang ada saat itu, var Der Plas.

Jawabannya tidak memuaskan lantaran van Der Plas menyarankan Sugondo memperlihatkan lirik lagu itu ke Komisaris Polisi Belanda, der Vlugt yang juga hadir di tempat kongres.

Karena semakin ragu, Sugondo akhirnya mengambil keputusan memperbolehkan Supratman memperkenalkan lagu itu. Dengan catatan tidak dinyanyikan melainkan hanya melodi biola.

Ketentuan itu disetujui WR Supratman, dan lantunan indah lagu Indonesia Raya yang partitur dan liriknya kala itu hanya berjudul Indonesia siap dimainkan. Ia berdiri di hadapan peserta kongres, mengeluarkan biolanya, dan menggesek alat musik itu penuh semangat.

Hadirin yang mendengarnya antusias dan bangkit berdiri dan menikmati dengan penuh khidmat. Lagu dan melodi yang dibawakan membuat para peserta kongres terpukau.

Bahkan hingga selesai, WR Supratman dirangkul dengan mata berkaca-kaca hingga riuh tepuk tangan berbunyi. Pemerintah dan polisi Belanda yang hadir hanya bisa terbengong-bengong lantaran tak mengerti apa yang sedang terjadi.

Setelah selesai, pemuda yang hadir menuntut lagu tersebut dinyanyikan WR Supratman.

"Bis! Bis! Bis!," kata para pemuda dalam bahasa Belanda yang berarti minta diulangi.

Tetapi ia tidak menanggapi hal itu. WR Supratmann berusaha menepati janjinya kepada Sugondo.

Diburu Polisi Belanda-Jepang

Diperkenalkan tahun 1928, kehadiran lagu Indonesia Raya awalnya hadir ketika WR Supratman membaca tulisan sayembara di sebuah majalah tahun 1924. Sayembara itu berbunyi "Dicari Warga Negara Kita yang Bisa Membuat Lagu Kebangsaan'.

Seolah tertantang, pada tahun inilah yang menjadi jawaban kapan lagu Indonesia Raya pertama kali digubah. Ia menciptakan komposisi musik dan lirik orisinil dari pemikirannya sendiri.

Usai resmi diperkenalkan pada malam Sumpah Pemuda, nama WR Supratman terkenal. Indonesia Raya juga riuh dinyanyikan sebagai lagu kebangsaan. Daya magis lagu ini perlahan-lahan menuai ancaman Belanda.

Karena para muda suka memelesetkan lirik dari "Indonesia Raya Mulia.. Mulia.." menjadi "Indonesia Raya.. Merdeka... Merdeka". Seperti lirik yang kita ketahui saat ini.

Saking kuatnya lagu ini, Gubernur Jenderal Belanda, De Graeff sampai harus menegaskan lagu Indonesia Raya bukan lagu kebangsaan dan dilarang diperdengarkan secara umum pada tahun 1930. Hal ini juga berujung pemanggilan WR Supratman oleh aparat Belanda.

Ia diinterogasi maksud dan tujuan menciptakan lagu Indonesia Raya. Dalam pernyataannya, ia membantah tuduhan menghasut rakyat dengan penyematan kata "Merdeka" untuk memberontak kepada pemerintah kolonial.

Tak ragu, ia memberikan bukti pamflet lirik lagu Indonesia Raya yang asli. Aparat kolonial memeriksa dan mendapatkan kata "Mulia" bukan "Merdeka". Karena kekurangan bukti, ia dibiarkan pulang.

Sejak penangkapan itu di tahun 1933-1937, Supratman hidup berpindah-pindah. Dari Jakarta, Cimahi (Bandung), lalu ke Pemalang. Hingga akhirnya pada bulan April 1937 ia dibawa oleh kakaknya ke Surabaya dalam keadaan sakit.

Kabar ini juga didengar oleh teman-teman seperjuangannya yang pada akhirnya menjenguk WR Supratman. Pada 7 Agustus 1938, Supratman ditangkap Belanda lantaran lagunya berjudul "Matahari Terbit".

Lagu ini dianggap wujud simpati terhadap Kekaisaran Jepang. Walau sempat ditahan, ia dibebaskan kembali karena tidak adanya bukti.

Sejak saat itu, kondisi kesehatannya menurun dan akhirnya meninggal dunia. Ia wafat 7 tahun sebelum naskah proklamasi dibacakan yakni pada 17 Agustus 1938.




(det/faz)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads