Jalan Cepat Vs Jalan Lambat, Mana yang Bakar Energi Lebih Banyak?

ADVERTISEMENT

Jalan Cepat Vs Jalan Lambat, Mana yang Bakar Energi Lebih Banyak?

Hani Muthmainnah - detikEdu
Kamis, 24 Okt 2024 08:00 WIB
Ilustrasi jalan kaki
ο»ΏPeneliti ungkap aktivitas yang lebih ampuh membakar energi antara jalan cepat dan jalan lambat. Simak penjelasannya, yuk! Foto: Getty Images/Visual Art Agency
Jakarta -

Mana yang paling ampuh membakar energi, jalan cepat atau jalan lambat? Penelitian terbaru menunjukkan ada perbedaan antara keduanya dalam jarak tempuh yang sama.

Hasil studi tim patofisiologi di Universitas Milan menunjukkan bahwa berjalan dalam waktu yang singkat dapat menghabiskan hingga 60% lebih banyak energi dibandingkan dengan berjalan lambat terus-menerus untuk jarak yang sama. Temuan ini menurut peneliti dapat jadi wawasan baru untuk mengoptimalkan rutinitas olahraga sehari-hari, dikutip dari Phys.org.

Olahraga Singkat yang Habiskan Energi Lebih Banyak

Saat berjalan, manusia membuat berbagai pilihan, seperti kecepatan dan jarak tempuh. Kecepatan yang tetap sering kali dipilih untuk meminimalkan pengeluaran energi.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Namun, penelitian menunjukkan bahwa dengan jarak tempuh yang sama, berjalan dalam waktu singkat justru menggunakan energi yang lebih banyak.

Penelitian ini dilakukan dengan mengukur asupan oksigen para responden saat mereka berjalan di treadmill atau menaiki tangga. Hasilnya, para peneliti menemukan bahwa pengeluaran energi justru meningkat ketika responden memulai dan menghentikan aktivitas beberapa kali dibandingkan terus menerus dalam waktu yang lebih lama.

ADVERTISEMENT

Fenomena konsumsi energi pada manusia ini ibarat mobil yang membutuhkan lebih banyak bahan bakar saat akselerasi dari posisi diam. Dalam beberapa sesi singkat, pengeluaran energi bisa lebih tinggi sekitar 20-60%.

Kabar Baik bagi yang Terbatas Fisik

Temuan ini didukung dengan penelitian lainnya dalam artikel ilmiah berjudul Estimation of Metabolic Energy Expenditure during Short Walking Bouts dalam International Journal of Sports Medicine. Dalam studi tersebut, peneliti mengevaluasi metode pengukuran pengeluaran energi dengan membandingkan total penyerapan oksigen dan konsumsi oksigen stabil . Dari situ, ditemukan bahwa metode penyerapan oksigen menunjukkan reliabilitas yang baik, meskipun ada beberapa variabel antar individu.

Temuan ini menunjukkan bahwa meskipun terdapat keterbatasan dalam beraktivitas, konsumsi oksigen stabil dapat menjadi alternatif yang baik untuk mengukur pengeluaran energi, terutama bagi mereka yang tidak dapat melakukan aktivitas cukup lama untuk mencapai kondisi stabil.

Berdasarkan hasil penelitian, para peneliti menyarankan agar orang-orang yang ingin mendapatkan manfaat maksimal aktivitas fisik untuk melakukan beberapa sesi singkat daripada satu sesi panjang dengan kecepatan yang stabil.

Metode penyerapan oksigen total juga memberikan cara praktis untuk memperkirakan pengeluaran energi tanpa memerlukan aktivitas berkelanjutan. Dengan reliabilitas yang baik dan korelasi tinggi dengan pengukuran kondisi stabil, metode ini bisa menjadi cara yang efektif, terutama bagi mereka yang memiliki keterbatasan fisik.




(twu/twu)

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads