Dengan keragaman suku dan budaya di Indonesia, banyak tarian tradisional yang hadir sebagai cerminan identitas masing-masing daerah di Indonesia. Salah satu tari tradisional yang cukup populer adalah tari saman.
Tarian ini tidak hanya terkenal di dalam negeri, tetapi juga telah banyak dipentaskan dalam acara berskala internasional maupun perlombaan di luar negeri. Tidak hanya kekompakan gerakannya yang membuatnya memukau, tetapi juga makna di balik lahirnya tarian ini.
Dalam beberapa sumber disebutkan bahwa tari ini awalnya digunakan sebagai media dakwah agama Islam. Artikel ini akan membahas lebih lanjut mengenai makna, sejarah, fungsi, properti, dan pola lantai tari saman.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Apa Itu Tari Saman?
Tari saman adalah tari tradisional yang berasal dari suku Gayo, yang mendiami daerah Gayo Lues, Aceh Tenggara, dan sebagian Aceh Timur.
Dalam tarian ini, para penari bergerak dengan kompak dan serempak dan menciptakan kesan harmoni dan kesatuan. Uniknya, tarian ini tidak diiringi dengan alat musik, tetapi iringan irama dan tepuk tangan para penari.
Keunikan ini membuat tari saman mendapat julukan "Tari tangan Seribu" karena gerakan tangan yang cepat dan dinamis seakan menciptakan ribuan tangan yang bergerak dalam satu kesatuan.
Mengutip dari laman Kemendikbud, tari saman telah diakui oleh Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNESCO) sebagai warisan dunia tak benda.
Fungsi Tari Saman
Setiap tarian memiliki fungsinya masing-masing termasuk tari saman. Melansir dari laman Kemendikbud, disebutkan terdapat enam fungsi dari tari saman, berikut penjelasannya:
1. Fungsi Integrasi Sosial
Tari ini berfungsi sebagai alat pemersatu karena dalam pertunjukan saman, masyarakat dapat berkumpul, berkoordinasi, bekerja sama, hingga menciptakan rasa kebersamaan.
2. Pelestarian Budaya
Fungsi selanjutnya adalah sebagai sarana dalam melestarikan budaya Gayo. Karena baik syair maupun gerakannya memiliki nilai sejarah dan tradisi yang harus disampaikan kepada generasi berikutnya.
3. Sarana Kreativitas dan Ekspresi Emosi
Tari ini juga berfungsi sebagai wadah dalam mengekspresikan berbagai emosi. Pertunjukan ini tidak hanya indah untuk dilihat, tetapi juga memberikan perasaan gembira melalui gerakan dan musik yang ditampilkan.
4. Fungsi Hiburan
Selain fungsi sosial dan fungsi budaya, tari saman juga berfungsi sebagai hiburan, karena tarian ini menyenangkan untuk ditonton.
5. Fungsi Dakwah
Melalui syair-syairnya yang mengandung pujian-pujian kepada Allah dan nilai-nilai agama, tarian ini menyampaikan pesan-pesan moral spiritual kepada penonton.
6. Fungsi Ekonomi
Karena tarian ini menarik banyak orang untuk menonton, sehingga menciptakan keramaian yang bermanfaat secara ekonomi. Saat acara berlangsung, banyak pedagang yang berjualan makanan dan minuman, sehingga membuka peluang usaha bagi mereka.
Sejarah Tari Saman
Menurut buku Saman Kesenian dari Tanah Gayo, tari saman adalah tarian tradisional yang berasal dari suku Gayo, yaitu salah satu suku yang mendiami daerah Gayo Lues, Aceh Tenggara dan sebagian Aceh Timur.
Disebutkan bahwa asal usul tari ini masih belum jelas. Namun, banyak yang percaya bahwa tari ini sudah ada sebelum kedatangan Belanda, bahkan disebutkan dalam catatan Marcopolo pada tahun 1292.
Asal kata "Saman" diyakini berasal dari seorang ulama yang bernama Syekh Saman, yang menyebarkan agama Islam di daerah Gayo.
Dari Syekh Saman inilah masyarakat terinspirasi menari sambil menanamkan unsur-unsur ketauhidan dalam syair tari ini. Sayangnya pendapat ini tidak ada bukti ilmiah yang kuat karena tari ini sudah ada sebelum Syekh Saman lahir.
Sementara teori lain menyebutkan bahwa nama "Saman" mungkin saja berasal dari bahasa Arab yang memiliki arti "delapan", merujuk pada jumlah penari awal.
Selain itu ada juga yang mengutarakan saman adalah kesenian yang tercipta dari aliran atau tarekat Sammaniyah yang memengaruhi gerakan dan syairnya.
Pada awalnya, tari ini hanya berfungsi sebagai media hiburan bagi masyarakat Gayo, di mana muda mudi menari sambil bernyanyi dan melakukan tepukan tangan serta pukulan dada dan paha.
Seiring waktu, fungsi tari saman berkembang menjadi sarana penyebaran nilai-nilai agama Islam. Karena banyak syair dalam tari ini mengandung pesan moral dan ajaran agama.
Kemudian, barulah dikenal luas ketika diikutsertakan dalam festival seni, seperti Pekan Kebudayaan Aceh (PKA) pada tahun 1972, di mana tari ini mendapat julukan "Tari Tangan Seribu" dari Ibu Tien Soeharto. Sejak saat itu tari saman sering dibawakan di berbagai acara nasional dan internasional.
Pola Lantai pada Tari Saman
Tari saman adalah salah satu tarian tradisional yang berasal dari Aceh. Salah satu ciri khas dari tarian ini adalah cara penari bergerak. Dalam tari ini, penari hanya menggunakan gerakan tangan, badan, dan kepala, sementara kaki tetap berada di tempat duduknya.
Menurut buku Saman Kesenian dan Tanah Gayo, tari saman memiliki pola lantai yang sederhana yaitu pola lantai garis lurus karena penari tidak banyak bergerak. Pola ini berbentuk garis lurus yang sejajar secara horizontal dari sudut pandang penonton. Ketika dilihat dari depan, penari akan tampak berbaris dalam satu garis yang lurus.
Kesederhanaan pola lantai inilah yang membantu penonton fokus pada gerakan dan harmonisasi dari bagian tubuh yang bergerak, seperti tangan dan kepala.
(pal/pal)