Teknologi Tepat Guna: Pengertian dan Contoh Penerapannya

ADVERTISEMENT

Teknologi Tepat Guna: Pengertian dan Contoh Penerapannya

Muhammad Alfathir - detikEdu
Selasa, 22 Okt 2024 06:00 WIB
Pengurus koperasi memeriksa instrumen pengolahan biogas di Koperasi Serba Usaha (KSU) Nugraha Jaya, Cigugur, Kuningan, Jawa Barat, Sabtu (10/8/2024). KSU Nugraha Jaya memanfaatkan limbah kotoran sapi untuk dijadikan biogas yang dikonversi menjadi energi listrik untuk kebutuhan sehari-hari. ANTARA FOTO/Dedhez Anggara/nz.
Foto: ANTARA FOTO/Dedhez Anggara/Pengolahan biogas di Koperasi Serba Usaha (KSU) Nugraha Jaya, Cigugur, Kuningan, Jawa Barat, pada Sabtu (10/8/2024).
Jakarta -

Pernah dengar istilah Teknologi Tepat Guna (TTG)? Ternyata TTG pertama kali diperkenalkan oleh Mahatma Gandhi pada 1925 melalui organisasi All-India Spinners Association. Awalnya, konsep ini dimaksudkan untuk memanfaatkan teknologi sesuai dengan kebutuhan masyarakat.

Pada 1980-an, 'Teknologi Tepat Guna' mulai masuk ke Indonesia melalui program yang dipimpin oleh Direktorat Jenderal Pemberdayaan Masyarakat dan Desa. Tujuannya adalah untuk mempercepat pembangunan melalui pemanfaatan teknologi yang relevan dengan kebutuhan lokal.

Kemudian pada 2003, pemerintah semakin memperkuat implementasi TTG dengan mengadakan berbagai program, seperti Fasilitas Pengelolaan Sumber Daya Alam (SDA) dan Pendayagunaan Teknologi Tepat Guna.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pengertian Teknologi Tepat Guna

Menurut Peraturan Menteri Desa Nomor 23 Tahun 2017, Teknologi Tepat Guna adalah teknologi yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat, mampu menyelesaikan masalah, ramah lingkungan, mudah digunakan dan dipelihara, serta memberikan manfaat ekonomi dan lingkungan.

Dijelaskan dalam buku "Teknologi Tepat Guna" (2022) karya Muhammad Ischak dan kawan-kawan, yang dikutip Selasa (15/10/2024), Teknologi Tepat Guna adalah teknologi peralihan antara teknologi tradisional dan modern, yang dirancang sesuai dengan kondisi lingkungan, sosial, budaya, politik, dan ekonomi masyarakat.

ADVERTISEMENT

Sementara itu, dalam studi yang diterbitkan oleh Jurnal Sociopolitico (2022) karya Tangkasiang dan Syarif, Teknologi Tepat Guna diartikan sebagai "appropriate technology" atau teknologi yang layak.

Istilah "layak" di sini mengacu pada aspek teknis, yakni memperhatikan kelestarian lingkungan, memaksimalkan penggunaan bahan baku, serta menjamin mutu dan kuantitas produksi secara efektif dan efisien.

Dengan demikian, Teknologi Tepat Guna dapat diartikan sebagai teknologi yang dirancang untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dengan mudah, ramah lingkungan, serta efektif, dan efisien. Teknologi ini bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi masyarakat dengan tetap mempertimbangkan kelestarian lingkungan, yang disesuaikan dengan kondisi sosial, budaya, ekonomi, serta lingkungan setempat.

Contoh Penerapan Teknologi Tepat Guna

Muhammad Ischak, dkk, dalam bukunya "Teknologi Tepat Guna" menerangkan beberapa contoh penerapan Teknologi Tepat Guna, yakni:

1. Biogas

Biogas adalah gas yang dihasilkan dari fermentasi bahan organik seperti kotoran ternak atau sampah rumah tangga. Biogas biasanya digunakan sebagai bahan bakar untuk memasak atau penerangan.

Di beberapa wilayah Indonesia, biogas sudah diterapkan, salah satunya di Desa Karanganyar, Kabupaten Sukoharjo. Di desa ini, para petani yang juga peternak dapat menghasilkan sekitar 20 kg kotoran sapi setiap harinya. Kotoran ini diolah menjadi biogas yang dapat mengurangi pencemaran lingkungan akibat limbah ternak.

2. Mesin Kukus Telur Asian

Mesin Kukus Telur Asin atau MEKUTUS merupakan teknologi yang digunakan untuk mengurangi waktu pemasakan telur asin. Mesin ini dapat menghemat energi dan bahan bakar yang digunakan untuk memasak.

MEKUTUS sudah diterapkan di Jawa Timur, dengan target pasar Usaha Kecil Menengah (UKM) yang bergerak di bidang peternakan bebek dan produsen telur asin. Mesin ini dirancang untuk mempermudah para pelaku UKM dalam memproduksi telur asin kukus dengan mempersingkat waktu proses pengukusan dan menghemat biaya bahan bakar.

3. Budidaya Tumpang Sari

Tumpang sari adalah sistem budidaya pertanian yang menggunakan penggabungan dua jenis tanaman berbeda dalam satu lahan yang sama. Budidaya ini berfungsi untuk mempertahankan dan meningkatkan produktivitas pertanian di tengah lahan yang kian menipis.

Misalnya, tanaman bawang daun yang memiliki senyawa repellent untuk mencegah hama dan tanaman bunga matahari yang menjadi refugia atau tempat berlindung bagi para serangga. Kombinasi kedua tanaman ini berguna untuk mengurangi kerusakan tanaman akibat hama dan serangga.

4. Teknologi EMP

Teknologi Effective Microorganism Procedure (EMP) adalah biostimulan atau formulasi senyawa bioaktif tanaman dan mikroorganisme, yang berfungsi untuk meningkatkan efisiensi penyerapan nutrisi.

Penggunaan EMP dapat dilakukan dengan cara menyiram atau menyemprotkan secara langsung pada tanaman. EMP dapat bermanfaat untuk memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah sehingga nutrisi dapat lebih mudah diserap oleh tanaman

5. Teknologi Edible Coating

Teknologi edible coating merupakan metode pemberian lapisan tipis pada permukaan buah untuk memperlambat proses pemasakan. Hal ini dilakukan agar buah tidak cepat membusuk.

Edible coating dibuat menggunakan bahan yang aman untuk dikonsumsi, dan memiliki sifat permeabel atau kemampuan yang memungkinkan terjadinya pertukaran gas dan kelembaban pada buah. Dengan metode ini, buah dapat bertahan lebih lama sehingga para petani buah dapat bersaing dalam tingkat internasional.




(faz/faz)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads