Orang Neolitikum Ini Diduga Pakai Perahu Kulit buat Berburu, Emang Kuat?

ADVERTISEMENT

Orang Neolitikum Ini Diduga Pakai Perahu Kulit buat Berburu, Emang Kuat?

Hani Muthmainnah - detikEdu
Selasa, 08 Okt 2024 09:00 WIB
Ilustrasi perahu kulit Zaman Neolitikum.
Orang Neolitikum ini diperkirakan menggunakan perahu kulit untuk berburu, berdagang, dan perjalanan. Namun, apakah kuat? Foto: Mikael Fauvelle et al
Jakarta -

Orang-orang Budaya Pitted Ware (PWC) di Skandinavia dari Zaman Neolitikum Awal dan Tengah diperkirakan menggunakan perahu kulit untuk kegiatan sehari-hari. Mereka bermigrasi, berdagang, dan berburu dengan memanfatkan perahu tersebut.

Dari mana perkiraan tersebut muncul? Lantas, apakah perahu kulit kuat untuk menampung mereka selama mengarungi laut yang dingin? Simak hasil studi Dr Mikael Fauvelle dan rekan-rekannya yang dipublikasi di Journal of Maritime Technology di bawah ini.

Orang Neolitikum Skandinavia

Orang-orang Budaya Pitted Ware (PWC) melakukan migrasi dari Timur ke Skandinavia sekitar 3.500-2.300 SM. Mereka terkenal dengan kerajinan tembikar dengan ciri khas dihiasi lubang-lubang dalam sepanjang kelilingnya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Berbeda dengan kelompok berburu-pengumpul Eropa lainnya yang mulai mengadopsi pertanian, PWC tetap melakukan perburuan anjing laut dan memancing. Selain itu, mereka juga melakukan pelayaran jauh melintasi Laut Baltik dan Selat Kattegat serta Skagerrak, seperti yang tertera pada peralatan batu, sisa-sisa hewan, dan beberapa keramik yang ditemukan di Swedia, Denmark, dan Finlandia.

Butuh Perahu

Supaya dapat mencapai berbagai lokasi, orang PWC memerlukan kapal yang dapat berlayar di laut. Namun, bukti mengenai kapal semacam ini sangat jarang.

ADVERTISEMENT

Umumnya, budaya Neolitikum menggunakan kano atau perahu kayu yang dilubangi. Beberapa di antaranya ditemukan di situs PWC.

Namun, kano-kano ini berukuran kecil dan hanya cocok untuk perairan yang tenang seperti danau atau rawa. Dengan begitu, kano-kano prasejarah tersebut sehingga tidak ideal untuk dipakai mengarungi laut lepas yang lebih berisiko.

"Dibandingkan dengan perahu kayu, kami berpendapat di artikel ilmiah bahwa perahu kulit lebih cocok untuk perjalanan jarak jauh dan transportasi laut lepas," kata Dr Fauvelle, dikutip dari Phys.org.

Ia meyakini, teknologi baru perahu kulit saat itu juga menjadi penyebab meluasnya perampokan dan perdagangan selama periode tersebut.

"Saya pikir, kemungkinan besar teknologi baru ini mempercepat tren perampokan dan perdagangan maritim yang kini kita lihat, misalnya, pada PWC selama masa Neolitikum," imbuh Dr Fauvelle.

Bukti Arkeologis

Berdasarkan catatan arkeologis, perahu kulit cenderung sulit terawetkan. Karena itu, bukti keberadaannya sering bersifat tidak langsung, seperti kerangka tulang, gambar cadas, minyak anjing laut, perkakas Neolitikum, dan sisa-sisa fauna.

Agar kuat, perahu kulit tidak hanya terbuat dari kulit anjing laut saja. Kerangka perahu dibuat dari tulang-tulang hewan yang dapat bertahan lama, termasuk ranggah atau tanduk karibu (rusa kutub).

Kerangka pertama perahu ditemukan pada daerah Jerman Utara yang merupakan tanduk rusa kutub yang dimodifikasi dan berasal dari masa Mesolitikum. Temuan ini menunjukkan bahwa pengetahuan tentang pembuatan perahu kulit mungkin sudah ada di Eropa Utara dan digunakan oleh orang PWC.

Perahu kulit orang-orang Kingikmiut pemburu paus di Tanjung Prince Wales, Selat Bering, sekitar 1901-1906.Perahu kulit orang-orang Kingikmiut pemburu paus di Tanjung Prince Wales, Selat Bering, sekitar 1901-1906. Foto: Susan R Bernardi/Wikimedia Commons

Di masa modern tahun 1900-an, penggunaan perahu kulit sudah menyebar ke Grenland, Alaska, SIberia, dan Kanada. Perahu klasik orang suku asli Inuit Umiak di wilayah Arktik, contohnya, dibuat dari kulit anjing laut yang dijahitkan ke kerangka tulang atau kayu.

Perahu orang Inuit Umiak diminyaki dengan minyak anjing laut agar kedap air. Perahu mereka bisa berlayar sejauh 160 km dalam 3-5 hari sebelum perlu dikeringkan agar bisa dipakai lagi.

Perahu ringan ini relatif ringan untuk ditarik ke daratan dan es maupun diturunkan ke laut, tetapi bisa mengangkut sekitar 9 orang. Kekuatan perahu memungkinkan para orang PWC untuk melintasi Laut Baltik sejauh 490 km dengan aman.

Seni Cadas dan Representasi Perahu

Gambar seni di cadas Skandinavia mungkin menunjukkan bahwa orang PWC menggunakan perahu kulit. Beberapa seni cadas menggambarkan aktivitas seperti memancing dan berburu anjing laut, menggunakan perahu yang mirip dengan perahu kulit milik orang Inuit Umiak.

Menariknya, perahu-perahu ini sering digambarkan seolah-olah bagian bawah orang di dalamnya masih terlihat. Penggambaran ini mirip dengan bagaimana perahu kulit Umiak terlihat semi transparan dari luar. Maka, kemungkinan besar, perahu masa Neolitikum yang digambarkan dalam seni cadas juga perahu yang dibuat dari kulit.

Bukti Fauna dan Peralatan

Beberapa seni cadas setempat menunjukkan gambar perahu dengan busur yang mirip kepala binatang, mungkin karena tombak bercabang yang dipakai oleh orang Umiak. Berdasarkan gambar, perahu-perahu kulit PWC mungkin dilengkapi dengan fitur serupa.

Bukti tidak langsung penggunaan perahu kulit oleh PWC antara lain dengan ditemukannya sisa-sisa anjing laut dan ikan, seperti ikan kod Atlantik dan Greater Weever. Orang PWC butuh perahu yang seperti perahu kulit yang kuat untuk dpaat menangkap anjing laut dan ikan di laut lepas ini.

Kerap Mengolah Anjing Laut

Minyak anjing laut sendiri umum digunakan selama Zaman Neolitikum untuk melapisi perahu dari papan yang dijahit agar kedap air. Baru pada Zaman Perunggu, penggunaan minyak anjing laut digantikan oleh ter.

Peneliti memperkirakan, dengan banyaknya anjing laut yang diburu, diproses kulitnya, dan dipakai minyaknya, maka produk kulit anjing laut juga memainkan peran penting dalam membangun perahu.




(twu/twu)

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads