Bermain game merupakan salah satu kegiatan populer di berbagai kalangan usia untuk menghabiskan waktu. Di sisi lain, tak jarang orang tua menjadi geram jika anak lebih banyak menghabiskan waktu untuk bermain game dibandingkan belajar.
Namun, apakah benar game hanya berfungsi untuk menghabiskan waktu dan mencari kesenangan? Pertanyaan ini dapat terjawab melalui hasil penelitian yang dilakukan oleh tim Pusat Anak-anak Johns Hopkins yang diterbitkan dalam JAMA Pediatrics.
Hasil studi menunjukkan ternyata video game yang dirancang khusus dapat bermanfaat dalam memberikan dukungan mental bagi anak-anak dan remaja. Beberapa permainan video yang dirancang sebagai penanganan kesehatan mental dapat meningkatkan kesejahteraan mental anak-anak dan remaja yang mengalami kecemasan, depresi, dan gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas (ADHD).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Setelah mengumpulkan hasil riset terkait manfaat video games, kami khususnya terinspirasi dengan potensi kemampuan games sebagai intervensi yang mendorong kesehatan mental, termasuk pencegahan dan penyembuhan masalah kesehatan mental pada remaja," tulis peneliti.
"Sayangnya, masih sedikit (video games) yang didesain dengan tujuan tersebut. Mengingat bagaimana tertariknya kebanyakan anak dan remaja dengan video games, kami percaya tim lintas disiplin yang meliputi psikolog, profesional klinis, dan desainer game bisa bekerja sama untuk mengembangkan pendekatan yang inovatif untuk dijadikan intervensi kesehatan mental," sambungnya.
Masalah Kesehatan Mental Anak dan Remaja
Laporan Badan Riset dan Kualitas Kesehatan AS (AHRQ) menunjukkan sekitar 20% persen anak-anak dan remaja usia 3-17 tahun di AS memiliki gangguan mental, emosional, perkembangan, dan perilaku. Selain itu, perilaku bunuh diri di kalangan siswa sekolah menengah juga meningkat lebih dari 40% dalam kurun waktu 10 tahun sebelum 2019.
Dalam penelitian lain, ditemukan bahwa fenomena ini mengalami peningkatan selama pandemi COVID-19. Sebagai respons, orang tua dan pengasuh berupaya memberikan penanganan dengan mencarikan perawatan kesehatan mental anaknya lewat konsultasi psikolog atau psikiater.
Alhasil, waktu tunggu untuk dapat bertemu tenaga profesional jadi kian lama. Sedangkan berdasarkan penelitian lainnya, menambah jumlah layanan kesehatan mental jadi dua kali lipat tetap tidak akan cukup untuk memenuhi kebutuhan anak.
Peluang dan Cara Games Dukung Mental Anak
Salah satu solusi yang muncul adalah penanganan kesehatan mental lewat gamifikasi digital. Dalam hal ini, video games dirancang untuk merawat gangguan ADHD, depresi, dan kecemasan pada anak dan remaja.
Contohnya pada anak dengan ADHD, beberapa permainan melibatkan balapan atau mengelola perhatian. Saat memainkannya, anak dengan ADHD harus fokus pada lebih satu aktivitas agar berhasil.
Sementara itu, untuk depresi dan kecemasan, intervensi video game menggunakan konsep psikoterapi teknologi. Karena itu, games ini dimainkan dengan komputer, tablet, konsol game, dan ponsel pintar, serta dapat diakses secara daring.
Berdasarkan hasil 27 uji coba pada 2.911 peserta anak laki-laki dan perempuan usia 6-17 tahun oleh peneliti-peneliti di seluruh dunia, tim peneliti John Hopkins University (JHU) mendapati intervensi video games dapat sedikit menurunkan gejala terkait ADHD dan depresi, serta menaikkan kemampuan untuk mempertahankan perhatian dan menurunkan kesedihan. Hasil tersebut diperoleh dari umpan balik peserta maupun keluarga peserta uji coba intervensi.
Manfaat Game untuk Kesehatan Mental Anak
Melansir dari artikel ilmiah The Benefit of Playing Video Game, game memiliki potensi yang besar untuk membantu anak-anak dan remaja dengan masalah kesehatan mental. Sebab, game memberikan pengalaman interaktif dan emosi yang mendalam.
Pengalaman ini membantu anak dan remaja memahami konsep kognitif-perilaku dan menjembatani kesenjangan antara pengetahuan dan tindakan. Game juga lebih mudah diakses, mengurangi stigma, dan bisa menjadi solusi yang lebih terjangkau dibandingkan terapi tradisional.
Analisis dari tim penelitian menemukan bahwa video game yang dirancang untuk pasien ADHD dan depresi berhasil mengurangi gejala dengan ukuran efek sebesar 0,28, termasuk peningkatan fokus dan penurunan rasa sedih. Namun, ukuran efek ini masih lebih rendah dibandingkan dengan penanganan langsung yang dapat mencapai 0,50 hingga 0,80. Sedangkan untuk penderita kecemasan, intervensi video game tidak menunjukkan manfaat yang signifikan dengan ukuran efek hanya 0,07.
Para peneliti juga menyelidiki faktor-faktor yang dapat meningkatkan manfaat penanganan kesehatan mental digital. Mereka menemukan, aspek tertentu dari permainan video games, seperti penggunaan komputer, adanya batas waktu bermain, dan jenis kelamin laki-laki, menunjukkan peningkatan efek terapeutik pada anak. Temuan ini menunjukkan cara-cara untuk meningkatkan manfaat yang saat ini masih terbatas.
"Meskipun manfaatnya masih biasa, penelitian kami menunjukkan bahwa kami punya beberapa alat baru untuk meningkatkan kesehatan mental anak-anak, terutama untuk ADHD dan depresi, yang relatif dapat diakses oleh keluarga," kata Profesor Madya Bidang Psikiatri dan Ilmu Perilaku JHU Joseph McGuire, dikutip dari laman kampus.
McGuire juga menambahkan "Jika seorang dokter anak kesulitan membawa pasien ke perawatan kesehatan mental individu, penanganan berbasis game dapat menjadi langkah awal yang tepat sambil menunggu terapi lebih lanjut."
Namun, masih ditemukan beberapa kekurangan dalam penelitian ini. Di antaranya belum ada alasan yang jelas mengapa video game mereka lebih efektif dari yang lain. Studi-studi para peneliti juga tidak menggunakan faktor yang sama, dan beberapa game sulit diakses dan berbayar.
20-45 Menit, Tiga Kali Seminggu
Peneliti menekankan, manfaat bermain video game juga dapat dirasakan lebih baik pada anak yang memiliki batasan waktu nge-game ketimbang yang kecanduan game dan menonton.
"Anak-anak yang punya masalah (ketergantungan) video game biasanya bermain selama berjam-jam, sedangkan penanganan kesehatan mental digital biasanya berlangsung selama 20 hingga 45 menit, sebanyak tiga kali seminggu," kata Barry Bryant, penulis pertama studi dan residen Departemen Psikiatri dan Ilmu Perilaku, Sekolah Kedokteran JHU.
McGuire menyakini, peningkatan opsi intervensi kesehatan mental anak dapat membantu dalam menghadapi banyaknya permintaan pada perawatan.
"Saya percaya bahwa memiliki berbagai 'alat' dalam perawatan kesehatan mental anak dapat membantu menghadapi peningkatan permintaan perawatan kesehatan mental anak," pungkasnya.
(twu/twu)