Pernah Mengurangi Kegiatan yang Menyenangkan? Ini Manfaat Dopamine Detox

ADVERTISEMENT

Pernah Mengurangi Kegiatan yang Menyenangkan? Ini Manfaat Dopamine Detox

Luthfi Zian Nasifah - detikEdu
Selasa, 21 Mei 2024 20:30 WIB
Kecanduan Game
Foto: Istimewa/Ilustrasi kecanduan game
Jakarta -

Pernah mendengar 'dopamin detox'? Istilah ini mengacu pada gaya hidup untuk mengurangi atau 'berpuasa' dari aktivitas yang bisa meningkatkan rangsangan dopamin.

Dalam aktivitas sehari-hari, hormon dopamin sering meningkat ketika seseorang mengalami sensasi yang menyenangkan. Misalnya ketika mengonsumsi makanan lezat, olahraga teratur, berbelanja, bermain game atau media sosial, hingga aktivitas seksual.

Beberapa temuan mengatakan bahwa puasa aktivitas yang menyenangkan ini, dapat mengubah kebiasaan impulsif dan menggantikan gaya hidup tersebut dengan yang lebih seimbang.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Apa Itu Dopamin?

Dopamin adalah sejenis neurotransmitter atau zat kimia di otak yang secara alami diproduksi oleh tubuh untuk membawa pesan kimiawi dan memengaruhi banyak fungsi perilaku dan fisik, seperti sedang belajar, motivasi, tidur, suasana hati, perhatian.

Kelebihan atau kekurangan produksi dopamin ini diketahui dapat mempengaruhi kondisi kesehatan mental. Paparan rangsangan dalam jumlah besar dapat memicu gangguan yang menyebabkan ketergantungan pada zat atau aktivitas tertentu.

ADVERTISEMENT

Artinya, dopamin yang berlebih bisa mengakibatkan seseorang kecanduan zat kimia tanpa disadari.

Apa Itu Dopamine Detox?

Secara ilmiah, dopamine detox atau detoksifikasi dopamin tidak cukup meyakinkan. Manfaat detoksifikasi dopamin yang dilaporkan sebagian besar bersifat anekdotal, dengan kebanyakan hasil positif berasal dari penghindaran aktivitas yang berpotensi membuat kecanduan.

Namun hal tersebut tidak berkaitan dengan detoksifikasi dopamin. Secara ilmiah, seluruh konsep 'detoksifikasi dopamin' hanya mereduksi otak ke tingkat yang sederhana. Faktanya, hal ini jauh lebih kompleks dari tren 'detoksifikasi dopamin' ini.

Dr Cameron Sepah, menjadi salah satu pakar yang menciptakan 'puasa dopamin' atau detoksifikasi. Biasanya, dia menggunakan teknik ini untuk menghilangkan ketergantungan kliennya pada rangsangan tertentu.

Menurutnya, konsep umum di balik 'detoks' adalah agar orang membiarkan diri mereka kesepian atau bosan, atau mencoba aktivitas yang lebih sederhana daripada mencari stimulasi dopamin dengan cepat.

Idealnya, orang akan mulai memperhatikan bagaimana rangsangan tertentu dapat mengalihkan perhatian mereka.

Dr Sepah mengidentifikasi enam perilaku kompulsif (gangguan kecemasan) yang harus melakukan detoks dopamin, yakni:

1. Makan yang mengikuti emosional
2. Penggunaan internet dan permainan yang berlebihan
3. Berbelanja yang menjadi adiksi
4. Aktivitas seksual
5. Pencari sensasi
6. Narkoba.

Berhasilkah Detoks Dopamin Dilakukan?

Selama melakukan detoks dopamin, individu menghindari pemicu dopamin atau segala jenis gairah. Khususnya yang memicu kesenangan, dalam jangka waktu tertentu, mulai dari satu jam hingga beberapa hari.

Apapun yang merangsang produksi dopamin dilarang selama detoksifikasi. Idealnya, pada akhir detoks, individu akan merasa lebih merasa berpikiran, seimbang, dan tidak terlalu terpengaruh oleh pemicu dopamin yang biasa mereka alami.

Akan tetapi yang perlu dicatat bahwa detoksifikasi dopamin yang sebenarnya, ketika seseorang berhasil berhenti dari seluruh aktivitas dopamin di otak, yang mana tidak mungkin dilakukan.

Tubuh kita memproduksi dopamin secara alami meski tidak mendapat rangsangan tertentu. Akan tetapi, praktik detoksifikasi dopamin dapat memberikan pengaruh positif dari waktu ke waktu.

"Pada dasarnya, istilah 'detoks dopamin' bermasalah dan tidak benar secara ilmiah sama sekali. Nama tersebut dimaksudkan untuk diartikan secara harfiah," ucap Dr Sepah.

Manfaat Detoks Dopamin Sebenarnya

Secara sederhana, menghindari berbagai kesenangan itu tidak mudah. Bahkan para peneliti mengklarifikasi bahwa detoks dopamin tidak mungkin dilakukan.

Akan tetapi, melepaskan diri dari perilaku impulsif tertentu dapat memberi manfaat bagi kesehatan, salah satunya potensi peningkatan fokus dan kejernihan mental yang lebih baik.

Dopamin sering mengganggu dan menghalangi seseorang untuk mencapai tujuannya. Hal tersebut yang menjadi pendorong perilaku impulsif tertentu yang menyenangkan.

Dorongan tersebut yang perlu dikurangi agar individu memiliki waktu lebih produktif untuk bekerja, mencapai tujuan kesehatan, menata rumah, dan lain sebagainya. Jika berhasil, maka akan ada banyak hal penting yang bisa dilakukan dengan menghindari gangguan dari dopamin.




(faz/faz)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads