Penyuka film franchise Hunger Games tentu tidak asing dengan arena laga yang berbentuk jam di laut. Pusat lingkarannya yang besar menjadi tujuan para victors saat berlari dari tiap tunggul yang mewakili angka jam untuk mengambil senjata.
Arena Hunger Games ke-75 tersebut rupanya punya kemiripan dengan situs di dunia nyata, Seahenge. Situs susunan tunggul kayu ini juga mirip jam dan terletak di perairan. Bedanya, sementara arena laga dibuat baru untuk pertarungan tersebut, Seahenge diperkirakan sudah berusia 4.000 tahun.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Situs Seahenge
Gugusan kayu Seahenge pertama kali ditemukan pada musim panas 1998. Saat itu, pergeseran pasir pantai Holme di pesisir Norfolk, Inggris menyingkap keberadaannya, dikutip dari Google Arts & Culture.
Kayu-kayu tersebut sudah ada dari Zaman Perunggu Awal. Lingkaran kayu itu semula dibuat di rawa air asin, agak jauh dari laut. Namun seiring waktu, kini lokasinya telah ada di area pantai seperti halnya arena Hunger Games.
Bukti Perubahan Lingkungan
Pusat lingkaran tersebut rupanya terbuat dari tunggul kayu pohon besar yang terbalik. Beratnya lebih dari 1 ton dan lebarnya 2,5 meter. Tunggul itu dipindahkan ke posisinya dengan lubang penarik dan tali. Permukaan kayu terbesar tersebut dibentuk dengan kapak perunggu.
Di sekelilingnya, 55 tiang kayu ek disusun rapat melingkar dengan diameter 6,6 meter. Tinggi tiap kayu semula 3 meter, seperti dikutip dari laman Lynn Museum, Norfolk, Inggris.
Namun, lapisan pelindung kayu perlahan terkikis pasang surut dan badai. Akibatnya, kayu tersebut jadi pendek.
Seahenge menjadi bukti pergeseran laut ke darat selama 3.000 tahun. Dalam prosesnya, situs tersebut akhirnya tertutup pasir. Tanaman dan pohon di sekitarnya jadi mati.
Mengapa Seahenge Dibuat?
Sekitar 50 orang diperkirakan urun tangan dalam pembuatan situs kayu tersebut. Mereka tinggal di rumah-rumbah bundar dari anyaman dan tanah liat, serta bertani di dekat rawa-rawa air asin tempat Seahenge tersebut pada Zaman Perunggu Awal.
Orang lokal pada zaman itu dikenal mengukir kayu, tulang, dan tanduk rusa untuk membuat peralatan dan perhiasan. Diperkirakan, situs tersebut dibuat oleh suku setempat sebagai penanda peristiwa khusus seperti kematian anggota penting masyarakat.
Sejumlah situs seremonial mirip Seahenge dari Zaman Perunggu Awal juga ditemukan di Inggris. Fungsinya berhubungan dengan penguburan dan upacara.
Peneliti belum tahu pasti apa sebab Seahenge dibangun. Namun, tunggul terbalik di pusat Seahenge diperkirakan jadi tempat berbaringnya jenazah rang penting sampai tulangnya dipindahkan ke tempat lain.
Perkiraan lainnya yaitu lingkaran Seahenge merupakan kalender astronomi sederhana. Dalam hal ini, Matahari ditandai akan terbenam di pertengahan musim dingin, kemudioan terbit di pertengahan musim panas.
Melestarikan Seahenge
Sejumlah warga menentang pemindahan Seahenge dari tempat aslinya. Namun, kayu-kayu tersebut mulai membusuk setelah tersingkap dari lapisan gambut tebal. Garam laut, moluska pemakan kayu, dan cacing turut mendorong pembusukannya.
Sementara itu, lokasi Seahenge membuatnya basah dan kering dua kali sehari akibat pasang surut. Area tersebut lazimnya tergenang air pasang dan hanya bisa diakses selama 2-4 jam per hari.
Alhasil, peneliti dan perintah setempat membuat keputusan kontroversial dengan membawa kayu-kayu Seahenge ke Pusat Zaman Perunggu di Flag Fen, dekat Peterborough, Inggris. Kayu tersebut lalu dimasukkan ke tangki air tawar dan dibersihkan dari lumpur dan garam.
Peneliti lalu merekam detail permukaan tiap kayu dengan laser. Berdasarkan hasil studi, tiang-tiang dan tunggul tersebut ditebang dengan kapak perunggu dari 15-20 pohon ek pada tahun 2049 sebelum Masehi (SM).
Pada 2003, kayu-kayu tersebut dikonservasi di Mary Rose Trust, Portsmouth. Tiang dan tunggul direndam dalam lilin khusus dan polietilen glikol (PEG) yang memperkuat struktur sel kayu secara bertahap. Kayu-kayu itu lalu dikeringkan sehingga tidak ada air yang tersisa dan berisiko membuatnya busuk.
Setelah dikonservasi, setengah dari Seahenge dapat dilihat di Lynn Museum, Inggris sejak 2008. Tunggul tengahnya yang besar dapat dilihat 2 tahun kemudian oleh pengunjung museum.
Sementara itu, lingkaran kedua mirip yang lebih besar dari Seahenge ditemukan pada 1999. Kendati diameternya lebih besar (13,2 meter) dan sama-sama dibuat pada 2049 SM, situs ini tidak digali untuk menjaga populasi cagar alam Pantai Holme, yaitu burung migran. Kini, tak ada sisa arkeologi yang dapat dilihat dari situs tersebut.
(twu/nah)