Kampus di Lebanon Tutup-Jadi Shelter Saat Serangan Israel, Nasib Mahasiswa RI?

ADVERTISEMENT

Kampus di Lebanon Tutup-Jadi Shelter Saat Serangan Israel, Nasib Mahasiswa RI?

Cicin Yulianti - detikEdu
Kamis, 26 Sep 2024 11:30 WIB
Emergency workers search for survivors at the scene of an Israeli airstrike in the town of Maisara, north of Beirut, Wednesday, Sept. 25, 2024. (AP Photo/Bilal Hussein)
Potret Kerusakan di Lebanon Imbas Serangan Israel, Bak di Gaza. Foto: AP/Bilal Hussein
Jakarta -

Kementerian Pendidikan Lebanon meliburkan seluruh sekolah dan universitas selama satu minggu sejak Selasa (24/9/2024). Hal itu diakibatkan serangan roket dari Israel ke wilayah pemukiman Hezbollah di Selatan Lebanon pada Senin (23/9/2024).

Sebagaimana laporan dari Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) Dunia Kawasan Timur Tengah dan Afrika (Timtengka), serangan tersebut menargetkan pemukiman Hezbollah. Kini, semua sekolah dan kampus yang diliburkan di Lebanon dijadikan sebagai penampungan (shelter) warga yang terlantar.

"Kondisi Warga Negara Indonesia (WNI) di Lebanon, khususnya di Beirut dan Tripoli, saat ini aman. Serangan roket hanya menyasar wilayah Selatan Lebanon, yang mayoritas dihuni oleh kelompok Hezbollah," ujar Ariq Fadhlur Cahyanto, Presiden PPI Lebanon 2023-2024 dalam rilis PPI Dunia Timtengka, ditulis Kamis (26/9/2024).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Wilayah pusat Kota Beirut, imbuh Ariq, cenderung aman.

ADVERTISEMENT

Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Beirut dan Kementerian Luar Negeri mengimbau WNI di sana untuk membatasi aktivitas ke luar kota. Tujuannya, guna menghindari daerah pemukiman Syiah.

Dampak Serangan Israel di Lebanon

Selain berdampak pada kondisi belajar dan mengajar yang diberhentikan, dampak lain dari serangan mengakibatkan pembatalan penerbangan. Seluruh penerbangan dari dan ke Beirut dibatalkan.

Sebanyak 30 penerbangan dalam satu hari semuanya diberhentikan. Pihak bandara sendiri belum memberikan informasi pembukaan kembali bandara.

Kemudian dampak lainnya terjadi pada sektor ekonomi. Terjadi lonjakan biaya transportasi.

Penduduk Lebanon di wilayah selatan yang akan pindah ke wilayah utara jadi harus membayar biaya transportasi hingga tiga kali lipat. Biasanya tarif yang berlaku sekitar 3 dolar AS, sekarang menjadi 10 dolar AS.

Begitu pun dengan akses perbankan yang jadi semakin ketat. Bank menerapkan kebijakan penarikan uang tunai di ATM maksimal 200 dolar AS per bulan.

Hingga kini, KBRI dan Kemlu terus melakukan sosialisasi cara evakuasi kepada warga. Selain itu, WNI juga diimbau untuk selalu waspada dan mengikuti arahan otoritas setempat.

PPI Dunia Kecam Serangan Israel ke Lebanon

Pihak PPI Lebanon pun terus bekerja sama untuk memastikan keselamatan WNI di tengah situasi tersebut. WNI di Lebanon diimbau untuk terus memantau informasi dari pihak KBRI.

Koordinator PPI Dunia, Marhadi menyampaikan keprihatinannya kepada WNI di sana terutama pelajar dan diaspora. Menurutnya, serangan menimbulkan ketidakstabilan di kawasan Timur Tengah.

"PPI Dunia mengecam keras agresi Israel terhadap Lebanon. Kami mendukung penuh perjuangan rakyat Lebanon dan Palestina dalam menghadapi tindakan yang tidak bisa dinormalisasi ini," ujar Marhadi dalam pernyataan yang diterbitkan.

PPI Dunia menyatakan solidaritasnya kepada pihak yang terdampak. PPI Dunia juga mengimbau kepada WNI di sana untuk mempertimbangkan opsi evakuasi yang telah disediakan.

"PPI Dunia berharap situasi segera membaik, dan semua pihak yang berada di wilayah konflik senantiasa dalam keadaan aman. Sekaligus juga mengecam keras atas serangan yang dilakukan oleh Israel ke wilayah Lebanon yang mengakibatkan ketidakstabilan kawasan semakin memburuk.," tambahnya.




(cyu/cyu)

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads