Contoh Akulturasi Budaya di Indonesia: Dari Musik hingga Kuliner

ADVERTISEMENT

Contoh Akulturasi Budaya di Indonesia: Dari Musik hingga Kuliner

Hani Muthmainnah - detikEdu
Kamis, 19 Sep 2024 07:00 WIB
Wayang Potehi merupakan salah satu produk akulturasi budaya Indonesia dengan China. Seperti apa kesenian Wayang Potehi? Yuk, lihat.
Wayang Potehi merupakan salah satu produk akulturasi budaya Indonesia dengan China. Foto: Antara Foto/Putra Haryo Kurniawan
Jakarta -

Indonesia adalah negara yang kaya akan akulturasi. Tahukah kalian apa itu akulturasi? Akulturasi adalah proses dua kebudayaan yang berbeda saling bertemu dan mempengaruhi satu sama lain, tanpa menghilangkan ciri khas dari masing-masing budaya tersebut. Perpaduan ini bisa terjadi karena berbagai faktor, seperti perdagangan, peperangan, atau interaksi lainnya.

Akulturasi ini bisa terlihat dalam berbagai aspek kehidupan, mulai dari makanan, musik, bahasa, hingga bangunan. Kalian mungkin tidak sadar, terdapat banyak perpaduan budaya di sekitar kita, seperti kata "gocap" dan "gope," serta makanan seperti bakso dan bakpao.

Artikel ini akan membahas apa itu akulturasi, berbagai jenisnya, dan contoh-contohnya. Jadi simak terus artikel ini untuk memahami lebih dalam tentang perpaduan budaya ini di Indonesia.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pengertian Akulturasi

Apa itu akulturasi? Berikut pengertiannya dari berbagai sumber.

  • Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) : Akulturasi adalah percampuran dua kebudayaan atau lebih yang saling mempengaruhi.
  • Pengantar Ilmu Antropologi oleh Koentjaraningrat (1985) : Akulturasi adalah proses pertemuan dua kebudayaan atau lebih yang saling mempengaruhi atau proses pencampuran dua atau lebih kebudayaan tanpa menyebabkan hilangnya sifat-sifat asli dan unsur kebudayaan tersebut.


Jenis-Jenis Akulturasi

Sosiolog Amerika Serikat, Emory S. Bogardus membagi jenis akulturasi ke dalam tiga jenis yaitu blind acculturation, imposed acculturation, dan democratic acculturation. Berikut penjelasan selengkapnya.

ADVERTISEMENT

1. Blind Acculturation

Kebudayaan yang terjadi karena ada orang-orang dengan kebudayaan berbeda tinggal berdekatan dan tidak sengaja mempelajari nilai-nilai budaya, baik nilai dan norma lingkungan

2. Imposed Acculturation

Imposed acculturation terjadi pada saat adanya pemaksaan pada suatu budaya oleh kelompok budaya lainnya.

3. Democratic Acculturation

Kebudayaan yang terjadi karena adanya toleransi dan menghormati budaya lain.

Contoh Akulturasi


Berdasarkan dari beberapa sumber yang telah dirangkum seperti detikedu, jurnal Akulturasi Budaya Jawa Sebagai Strategi Dakwah, Slametan: Perkembangan dalam Masyarakat Islam-Jawa di Era Milenial, Foto Masakan Indonesia Hasil Akulturasi Budaya, Akulturasi Budaya dalam Musik Keroncong di Indonesia, Campursari: Suatu Bentuk Akulturasi Budaya dalam Musik berikut contoh-contoh akulturasi di Indonesia.

1. Selametan

Menurut jurnal Slametan: Perkembangan dalam Masyarakat Islam-Jawa di Era Milenial, slametan merupakan sebuah upacara tradisional masyarakat Jawa yang bertujuan untuk memohon keselamatan bagi kehidupan dunia dan akhirat. Esensi dari slametan adalah sebagai mediator untuk keselamatan yang diwakili oleh simbol tumpeng.

Bagi orang Jawa, slametan merupakan cara antisipatif dan proaktif untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan. Ritual ini merupakan hasil perpaduan dari budaya Islam, Jawa, serta Hindu-Budha.


2. Ruwatan

Mengutip dari jurnal yang berjudul Tradisi Ruwatan bagi Masyarakat Dieng, ritual ruwatan merupakan suatu budaya potong rambut gembel, yang melibatkan doa-doa yang bertujuan untuk membebaskan seseorang dari hal-hal yang dianggap buruk dan jahat. Ritual ini merupakan hasil perpaduan dari budaya Islam, Jawa, serta Hindu-Budha.


3. Upacara Ngalle Allo

Upacara Ngalle Allo merupakan sebuah kebudayaan di Kelurahan Malakaji, Kabupaten Tompobulu, Kabupaten Gowa. Ritual ini sudah ada sejak lama, bahkan sebelum masa pemerintahan Gowa mendapatkan pengaruh dari Islam.

Ngalle Allo adalah sebuah upacara yang menjadi simbol keselamatan bagi orang yang telah meninggal dan juga keluarga yang ditinggalkan. Hingga kini, upacara ini masih dilakukan oleh beberapa kelompok masyarakat.


4. Menara Kudus

Menurut jurnal yang berjudul Akulturasi Budaya Jawa Sebagai Strategi Dakwah disebutkan bahwa menara kudus merupakan bangunan bersejarah yang terletak di Kudus, Jawa Tengah dan memiliki desain yang unik. Bangunan ini memadukan budaya Islam dengan Hindu-Budha.

Menara kudus dibangun pada abad ke-15 oleh Sunan Kudus, salah satu wali Songo yang menyebarkan ajaran agama Islam di Jawa. Arsitektur menara ini perpaduan dari bentuk dan ornamen Hindu-Budha yang bertujuan untuk Islam. Hal ini dilakukan untuk strategi dakwah, yang memadukan elemen-elemen budaya lokal dengan ajaran islam untuk mempermudah penerimaan dan adaptasi masyarakat lokal.


5. Barongsai

Barongsai berasal dari kata barong dan sai yang merupakan bahasa Indonesia dan Hokkian, kesenian yang berasal dari Tionghoa dan berakulturasi dengan kesenian lokal. Barong dan sai memiliki arti yang sama yaitu singa, arti dari lambang keberanian, kekuatan, kebijakan, dan unggul.

Di negara asalnya kesenian ini dikenal dengan nama wi shi atau lion dance. tariannya dipercaya dapat mengusir roh jahat, memberikan kemakmuran, dan keunggulan. kesenian ini berisi gerakan yang diiringi dengan musik yang meriah.


6. Kaligrafi

Kaligrafi merupakan seni menulis yang berkaitan dengan islam. Bentuk seni ini merupakan huruf arab yang ditulis sangat indah atau dirangkai menjadi siluet. Seringkali isi dari Al-Qur'an menjadi tema yang digunakan dalam menulis kaligrafi. Media yang digunakan bisa berupa dinding masjid, mihrab, batu nisan, kain tenun, kayu, dan kertas.


7. Selat Solo

Berdasarkan jurnal Foto Masakan Indonesia Hasil Akulturasi Budaya, makanan ini merupakan makanan khas dari Kota Solo yang mirip dengan makanan bistik yang berada di Eropa. Makanan ini juga dikenal sebagai makanan kaum ningrat Kota Solo.


8. Nasi Kebuli

Nasi Kebuli merupakan makanan yang memiliki perpaduan budaya antara Indonesia dengan Arab yang masuk melalui perdagangan. Makanan ini memiliki rasa yang mirip dengan nasi goreng, namun yang membedakan adalah rempah-rempah yang digunakan serta nasi yang dicampur dengan kismis, daging kambing dan acar sebagai pelengkap.

Beras yang digunakan juga berbeda yaitu beras basmati dengan ciri khas butiran beras yang lebih panjang. Dengan cita rasa yang unik dari rempah-rempahnya yang menjadi poin utama dalam makanan ini, yaitu terdiri dari jinten, cengkeh,ketumbar, pala, dan kayu manis.


7. Martabak Telur

Makanan ini merupakan makanan perpaduan dengan budaya India dengan Indonesia. Di india martabak menggunakan isian daging, sedangkan orang indonesia lebih suka menggunakan isian sayur-sayuran.


8. Keroncong

Mengutip dari jurnal Akulturasi Budaya dalam Musik Keroncong di Indonesia disebutkan bahwa Musik keroncong pertama kali masuk di Indonesia dibawa oleh orang-orang Portugis pada abad XVI, diantaranya di Batavia daerah Penjaringan, Kampung Bondan, Roca Malaka, dengan meninggalkan keturunan Indo Portugis atau Portugis hitam dikenal dengan sebutan "mardykers".

Asal mula kata keroncong diterjemahkan dari bunyi alat musik semacam gitar kecil dari Polynesia (ukulele) menurut para peneliti itulah paling tepat. Musik Keroncong kemudian menyebar di beberapa kepulauan Indonesia yang didatangi bangsa asing, mulailah mereka memperluas kekuasaannya sebagai kaum bangsa Portugis menjajah kepulauan Indonesia pada tahun 1522.


9. Musik Campursari

Mengutip dari jurnal Campursari: Suatu Bentuk Akulturasi Budaya dalam Musik disebutkan jika musik campursari merupakan musik yang menggabungkan dangdut, gending, dan langgam keroncong.

Sebelum tahun 90-an menggunakan instrumen tradisional berupa keyboard, bass elektrik, drum set, cuk-cak, saron barung, demung, gender barung, siter, gong, kendang ciblon dan kendang jaipong. Selanjutnya dapat dijelaskan jika musik-musik yang berakulturasi membentuk campursari tersebut adalah, langgam keroncong, gamelan Jawa beserta ragam garap yang bersifat kedaerahan, jaipongan dan dangdut.


10. Rumah Panggung Ulu Palembang

Mengutip dari jurnal Akulturasi Budaya Pada Rumah Panggung Cina di 10 Ulu Palembang disebutkan jika arsitektur rumah panggung ini menggabungkan elemen tradisional dengan budaya Tionghoa.

Struktur panggung menjadi ciri khas rumah ini, merupakan adaptasi kondisi lingkungan lokal, seperti risiko banjir dan perlunya ventilasi yang baik. Namun, atap yang melengkung dan ornamen dekoratif yang digunakan menunjukkan pengaruh Tionghoa yang terinspirasi dari arsitektur Tionghoa Klasik.


11. Lumpia Semarang

Lumpia, yang dalam bahasa Mandarin disebut chun juan dan sering dieja sebagai lun pia dalam kebudayaan Tionghoa, dikenal di Indonesia dengan sebutan lumpia. Perubahan pengucapan nama ini adalah hal yang biasa terjadi, terutama karena perbedaan cara pengucapan antara kedua kelompok budaya tersebut.

Pada abad ke-19, seorang pria bernama Tjoa Thay Joe memutuskan untuk pindah dan menetap di Semarang. Di sana, Tjoa Thay memulai bisnis dengan menjual makanan yang berisi daging babi dan rebung. Suatu hari, ia bertemu dengan seorang perempuan Jawa bernama Wasih. Wasih juga menjual makanan, tetapi dengan sentuhan manis dan menggunakan bahan-bahan seperti kentang dan udang, yang sesuai dengan selera makanan manis khas Jawa Tengah.

Kemudian, isi makanan tersebut dimodifikasi menjadi ayam atau udang yang dicampur dengan rebung, dan dibungkus dengan kulit lumpia.


12. Kata Serapan Bahasa Indonesia dari Bahasa Arab

  • Adil
  • Hadiah
  • Barakah
  • Kalimat
  • Hijrah
  • Jurnal


13. Kata Serapan Bahasa Indonesia dari Bahasa Portugis

  • Algojo
  • Bendera
  • Biola
  • Celana
  • Dipan


14. Kata Serapan Bahasa Indonesia dari Bahasa Belanda

  • Absen
  • Porselen
  • Toilet
  • Permak
  • Sadel
  • Sabotase


15. Kata Serapan Bahasa Indonesia dari Bahasa Sansekerta

  • Agama
  • Utama
  • Antara
  • Isteri
  • Karunia
  • Kencana
  • Duka


16. Kata Serapan Bahasa Indonesia dari Bahasa Inggris

  • abstrak
  • Akun
  • Mal
  • Televisi
  • Unik


17. Kata Serapan Bahasa Indonesia dari Bahasa Tamil

  • Badai
  • Basi
  • Jala
  • Pawai
  • Cukai


18. Kata Serapan Bahasa Indonesia dari Bahasa Latin

  • Audio
  • Kaos
  • Doktrin
  • Talenta
  • Vena

19. Wayang Potehi

Kesenian tradisional Tionghoa turut memberi warna dalam kekayaan budaya Nusantara, salah satunya adalah seni pertunjukan wayang orang Potehi.

Wayang Potehi adalah seni pertunjukan boneka tradisional yang berasal dari Fujian, China Selatan. Kata "Potehi" berasal dari tiga kata dalam bahasa China, yaitu "pou" yang berarti kain, "te" yang berarti kantong, dan "hi" yang berarti wayang. Secara harfiah, Potehi dapat diartikan sebagai wayang yang terbuat dari kantong kain, meskipun beberapa bagian dari bonekanya terbuat dari kayu.

Seni pertunjukan ini dibawa oleh para imigran dari daratan China ke Nusantara sekitar abad ke-16 dan kemudian menyebar di beberapa kota di Pulau Jawa. Selain sebagai hiburan, wayang Potehi juga memiliki fungsi ritual yang penting dalam budaya Tionghoa.

Akulturasi dengan budaya Jawa pun tidak terhindarkan. Pengaruh budaya lokal terlihat tidak hanya pada bahasa dan dialek yang digunakan, tetapi juga pada penggunaan instrumen musik Jawa seperti bonang, saron, kendang, dan gong dalam pertunjukannya.




(pal/pal)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads