Semut tentara tak memakan nektar seperti jenis semut pada umumnya. Semut tentara memakan serangga lain seperti laba-laba, kadal, hingga bangkai. Namun, kenapa mereka tak menyerang tarantula?
Studi yang terbit di Journal of Natural History pada 6 Agustus 2024 mengungkapkan bagaimana kehidupan semut predator dengan kehidupan laba-laba dan tarantula. Peneliti menemukan bahwa semut tentara ternyata mengabaikan tarantula.
Menurut mereka, hubungan semut dan tarantula sebenarnya cukup tegang, tetapi ada interaksi yang lebih bersahabat di antara mereka yang telah ditemukan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Semut Predator Agresif kepada Laba-laba
Selama ini, kebanyakan laba-laba enggan berhadapan dengan semut karena serangga tersebut agresif. Bahkan beberapa jenis semut memiliki bisa,dan sebagian besar berbahaya karena alasan tertentu.
Padahal beberapa laba-laba ada yang menjadikan semut sebagai makanannya. Namun di sisi lain, sebagian semut juga memangsa laba-laba.
Biasanya, serangan semut bisa menarik laba-laba ke tempat yang sebelumnya tidak pernah mereka datangi, sehingga laba-laba perlu mewaspadai serangga tersebut. Terlebih, semut memiliki ratu yang dapat menghasilkan hingga 800 telur per hari yang akan menetas dan tumbuh dewasa dalam waktu sekitar 1-1,5 bulan.
Karena hubungan laba-laba dan semut seperti itu, maka menarik bagi peneliti untuk mengetahui lebih mendalam mengapa laba-laba, khususnya tarantula, tidak diserang oleh para semut.
Alasan Semut Tidak Menyerang Tarantula
Seorang ahli arachnologi di University of Turku, Finlandia dan penulis utama dalam penelitian, Alireza Zamani, mengeksplorasi hubungan yang kompleks antara tarantula dan hewan lainnya.
Mengutip Live Science, terdapat beberapa kasus yang jarang terjadi adalah ketika semut-semut menyeberang, lalu tarantula memberikan mereka perlindungan menggunakan bulu-bulunya yang kaku.
Mereka menemukan bahwa semut tentara membantu tarantula penggali yang hidup di liang untuk membuang makanan lama mereka dari liang. Namun, laba-laba tetap membutuhkan perlindungan jika semut menggigit.
Dengan begitu, hipotesis pertahanan rambut muncul didukung oleh penelitian sebelumnya yang menunjukkan bahwa tarantula penggali menutupi kantung telur mereka dengan rambut tersebut agar para semut tidak menyerang.
"Rambut tebal yang menyelimuti tarantula membuat semut sulit menggigit atau menyengat laba-laba," ujar Zamani.
"Oleh sebab itu, kami yakin bahwa bulu tersebut mungkin berevolusi sebagai mekanisme pertahanan," sambungnya.
Laba-laba Lain Memiliki Strategi Perlindungan Unik
Umumnya, laba-laba jaring bola memiliki senjata berupa sutra yang dihasilkan dengan kekuatan tinggi, elastisitas baik dan daya rekat tinggi.
Pada penelitian oleh Schichang Zhang dan rekan-rekannya, laba-laba Nephila antipodiana yang memiliki sutera jaring laba-laba dapat menjadi pertahanan terhadap semut karena bahan kimia yang terkandung dalam jaring tersebut.
Bahan kimia tersebut adalah alkaloid pirolidin yang memberikan perlindungan dari invasi semut, sehingga dapat mengancam musuh secara alami.
Zamani dan para peneliti lainnya juga menemukan bahwa tarantula arboreal yang tidak terlalu berbulu, seperti Avicularia hirschii di Peru, rentan diserang oleh semut. Sehingga tarantula ini mengembangkan strategi pertahanan yang berbeda terhadap semut.
Dalam suatu pengamatan, A.hirschii bergelantungan di ujung daun untuk menghindari semut saat berburu mangsa.
Hubungan antara laba-laba dan hewan lainnya seperti amfibi turut diteliti. Pada studi Zamani, lebih dari 60 kemitraan mengumpulkan tarantula dan amfibi dari 10 negara berbeda.
"Tampaknya, kodok dan katak yang hidup di tempat persembunyian tarantula memperoleh keuntungan, seperti tempat berteduh dan perlindungan dari predator," ungkap Zamani.
Sebagai balas budinya, kodok dan katak memakan serangga yang dapat membahayakan laba-laba, telur, dan anak-anaknya. Sehingga tarantula tidak seseram yang dibayangkan dan mengancam yang tergambar dari bentuk tubuhnya.
(faz/faz)