Indonesia memang terkenal sebagai negara yang kaya akan budayanya. Baik dari tradisi lisan dan ekspresi, seni pertunjukan, adat istiadat masyarakat, hingga permainan tradisional.
Bukan sekedar hiburan, permainan tradisional ternyata kaya akan makna dan nilai kehidupan lo. Berbagai nilai-nilai ini nyatanya terus diajarkan dan diturunkan dari generasi ke generasi.
Dikutip dari postingan Instagram Pertukaran Mahasiswa Merdeka, Sabtu (31/8/2024) berikut filosofi dibalik permainan tradisional congklak hingga lompat tali. Yuk simak!
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Filosofi di Balik Permainan Tradisional
1. Congklak
Congklak ternyata menyimpan filosofi yang mendalam. Seperti yang diketahui congklak memiliki 7 lubang dan akan diisi oleh 7 biji di awal permainan.
Ketetapan angka 7 ini melambangkan 7 hari dalam seminggu sebagai waktu yang manusia miliki. Pelajaran dari fase ini adalah setiap hari yang kita jalani akan memengaruhi masa depan kita dan orang lain.
Perlu pemikiran dan perhitungan yang matang agar bisa menang permainan congklak. Begitupun dengan kehidupan, perlu adanya perhitungan yang matang agar masa depan kita bisa sangat bermakna bagi diri sendiri ataupun orang lain.
2. Egrang
Egrang adalah permainan tradisional yang mengharuskan pemainnya menaiki bambu panjang dan berjalan menggunakan pijakan kaki. Dibutuhkan keseimbangan dan fokus agar bisa berjalan dengan baik dan tidak terjatuh.
Untuk menambah keseruan, biasanya ada perlombaan untuk melihat siapa yang bisa berjalan paling jauh dengan egrang. Filosofi dalam hal ini adalah keyakinan dan percaya diri bisa membantu kita dalam mengatasi tantangan.
3. Lompat Tali
Lompat tali adalah permainan dengan tali dari rangkaian karet gelang. Pemain yang bisa melompati tali dari tingkat rendah hingga tinggi adalah pemenangnya.
Filosofi dalam hal ini adalah tantangan yang kita taklukan akan diikuti oleh tantangan lain yang lebih sulit. Sehingga kita harus terus berusaha dan tidak menyerah.
Permainan Tradisional Jadi Warisan Budaya Takbenda
Ketiga permainan tradisional di atas pada dasarnya telah tercatat sebagai Warisan Budaya Takbenda Indonesia oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek).
Warisan Budaya Takbenda adalah berbagai praktik, representasi, ekspresi, pengetahuan, keterampilan hingga ruang-ruang budaya yang dilakukan oleh masyarakat dan diwariskan dari generasi ke generasi secara terus menerus. Seperti namanya, warisan ini bersifat tak dapat dipegang.
Mengutip laman resminya, Warisan Budaya Takbenda dibagi atas lima domain yakni:
- Tradisi lisan dan ekspresi
- Seni pertunjukan
- Adat istiadat masyarakat, ritual, dan perayaan-perayaan
- Pengetahuan dan kebiasaan perilaku mengenai alam dan semesta
- Keterampilan dan kemahiran kerajinan tradisional.
Permainan tradisional sendiri masuk ke dalam kategori tradisi lisan dan ekspresi bersama bahasa, puisi, cerita rakyat, mantra, doa, dan lain-lainnya. Adapun permianann tradisional lain yang tercatat dalam Warisan Budaya Takbenda Indonesia Kemendikbudristek yakni:
- Monggonu: Papua Barat
- Asiah: Papua Barat
- Name Aret: Papua Barat
- Nukuk Ato: Papua Barat
- Tepatonggo: Gorontalo
- Tolode: Gorontalo
- Mogalasa: Sulawesi Tengah
- So-Riyo di Ponorogo: Jawa Timur
- Bekelan Bojonegoro: Jawa Timur
Itulah cerita di balik permainan tradisional yang penuh akan filosofi. Pernah bermain salah satunya detikers?
(det/nah)