Pariwisata hiu paus di daerah Gorontalo beberapa waktu lalu tengah viral di media sosial. Salah satu sosok yang ikut andil dari viralnya peristiwa ini yakni artis Prilly Latuconsina.
Melalui media sosialnya, Prilly merekam video di atas sampan transparan bersama hiu paus ramah bernama Sherly. Sejak saat itu, banyak wisatawan yang datang ke Gorontalo untuk bertemu Sherly termasuk berenang, snorkeling atau bahkan melihat hiu paus dari kapal.
Menanggapi hal ini, Senior Vice President & Executive Chair Konservasi Indonesia, Meizani Irmadhiany menyebutkan pada dasarnya pariwisata hiu paus bukan baru-baru ini hadir di Indonesia. Perencanaan daerah ekowisata hiu paus sudah dimulai sekitar tahun 2017-2018.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Daerah pertama yang menjadi tujuan adalah Teluk Saleh, Sumbawa, Nusa Tenggara Barat. Wisata ini akhirnya menarik minat pengunjung pada 2019 tetapi kemudian tersendat karena pandemi COVID-19.
Setelah COVID-19 mereda, berbagai wisata hiu paus mulai menarik pengunjung lagi. Hingga akhirnya viral di Gorontalo melalui sosok Prilly.
"Sekarang sudah terkenal banget, Teluk Saleh jadi pusat wisata hiu paus. Tapi kalo 6 tahun lalu belum ada yang tahu," katanya dalam acara Perayaan Hari Hiu Paus Internasional dan Memperkenalkan Prilly Latuconsina sebagai Kawan Hiu Paus, Jumat (30/8/2024) di dia.lo.gue, Kemang, Jakarta Selatan.
Karakteristik Hiu Paus
Sebelum akhirnya detikers mencoba wisata hiu paus, Meiz mengingatkan agar publik atau karakteristik hewan yang sangat mengagumkan ini. Diketahui berbagai hiu paus yang tersebar di berbagai teluk-teluk perairan Indonesia adalah remaja jantan.
"Lebih banyak remaja jantan ya, sekitar 80 persen kalau ga salah," katanya.
Selayaknya remaja, hiu paus ini penuh dengan rasa keingintahuan yang tinggi. Mereka juga tertarik dengan kehadiran manusia di sekitar mereka.
"Kelakuannya kaya anak teenager gitu. Curious (penasaran) gitu kan, kadang suka iseng, tapi very gentle (sangat lembut). Jadi mungkin dia kelihatan besar dan menakutkan, padahal mereka tuh ingin bermain, sangat bersahabat, dan cenderung percaya sama manusia," tambah Meizani.
Meskipun karakteristiknya sangat menyenangkan, wisatawan diharapkan tidak berenang terlalu dekat dan memegang hiu paus. Alasannya lantaran proses makan hiu paus yang menyedot air di sekitarnya dan ketika makan akan ada makanan sisa yang keluar dari filter-filter tubuhnya.
"Mereka gak ada gigi sehingga gentle (lembut) banget. Jadi kalau lihat itu mereka makan, makanan bisa keluar dari filter-filter itu," jelasnya.
Melengkapi Meizani, Focal Species Conservation Senior Manager Konservasi Indonesia (KI), Iqbal Herwata menjelaskan wisata berenang bersama hiu paus tidak bisa sembarangan. Sudah ada berbagai peraturan yang menjelaskan petunjuk teknis proses wisatanya.
Salah satu hal yang diatur adalah terkait daya tampung wisatawan. Dijelaskan dalam satu jam interaksi, hanya diperbolehkan 8 orang yang hadir di wilayah hiu paus.
"Agar maksimal ada aspek daya dukung dan daya tampung dalam wisata hiu paus. Daya tampung misalnya dalam satu jam interaksi maksimal 8 orang pengunjung," kata Iqbal.
Pembatasan ini perlu dilakukan agar hiu paus tidak terganggu dan wisatawan tidak menghadapi ancaman bahaya. Tetapi aspek daya dukung dan daya tampung ini bisa berbeda di masing-masing tempat wisata bergantung dengan keadaan dan karakteristiknya.
(det/nah)