Kenapa Belanda Tidak Mengakui Kemerdekaan Indonesia pada 1945?

ADVERTISEMENT

Kenapa Belanda Tidak Mengakui Kemerdekaan Indonesia pada 1945?

Fahri Zulfikar - detikEdu
Senin, 19 Agu 2024 14:00 WIB
Agresi Militer Belanda I
Foto: Nationaal Museum van Wereldculturen/C.J. Taillie via Wikimedia Commons (CC BY-SA 3.0)/Agresi Militer Belanda I
Jakarta -

Tahukah kamu bahwa Belanda baru mengakui kemerdekaan Indonesia sepenuhnya pada Desember 1949 bukan Agustus 1945?

Jadi, pada 17 Agustus 1945, Belanda belum sepenuhnya mengakui kemerdekaan Indonesia. Kala itu, yang diakui hanya sebatas moral dan politik, tetapi tanpa konsekuensi hukum.

Belanda baru mengakui kemerdekaan Republik Indonesia pada 27 Desember 1949 seiring penyerahan kedaulatan berdasarkan hasil Konferensi Meja Bundar.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Lantas kenapa Belanda tidak mengakui sepenuhnya kemerdekaan RI pada 17 Agustus 1945?


Alasan Belanda Tidak Mengakui Kemerdekaan Indonesia pada 1945

Seperti yang diketahui, Indonesia mendapatkan kemerdekaannya setelah perjuangan panjang selama kependudukan Belanda dan dilanjutkan oleh Jepang. Baru kemudian, pada 17 Agustus 1945, proklamasi kemerdekaan dikumandangkan oleh Soekarno di sebuah rumah yang berlokasi di Jalan Pegangsaan Timur No. 56, Jakarta Pusat.

ADVERTISEMENT

Namun, ternyata kemerdekaan itu belum sepenuhnya diakui oleh Belanda. Hal ini menyangkut peristiwa agresi militer yang dilakukan oleh Belanda dalam kurun waktu 1945-1949.

Melansir CNN Indonesia, Belanda enggan mengakui sepenuhnya kemerdekaan RI pada 1945 karena diduga khawatir harus membayar kompensasi besar atas peristiwa 'agresi' dalam kurun waktu 1945-1949.

Kemudian, pengakuan kemerdekaan ke Indonesia pada 1945 juga membuat posisi Belanda secara otomatis mengakui bahwa pihak mereka telah menyerang negara yang berdaulat.

Maka dari itu, Belanda akhirnya memilih mengakui kemerdekaan RI pada 1949. Ini membuat posisi Belanda bisa berdalih atas aksi yang dilakukannya sebagai bentuk aksi polisionil, dalam rangka mengamankan negara Hindia Belanda dari pemberontakan sipil.

Belanda Masih Menyerang Indonesia Dalam Kurun Waktu 1945-1949

Mengutip situs University of Central Arkansas, setelah Indonesia merdeka, tepatnya pada 13 Oktober 1945 terjadi pertempuran antara Indonesia dengan Pasukan Sekutu yang dibawahi Inggris dan pasukan NICA (Netherlands Indies Civil Administration).

Pertempuran tersebut terjadi di Jawa dan Sumatra, yang berlanjut hingga Februari 1946, dan mengakibatkan ratusan korban jiwa. Pada Oktober 1946, pihak-pihak yang terlibat pertempuran menyetujui penghentian permusuhan militer.

Melalui Penjanjian Linggarjati pada 15 November 1946, pasukan Inggris kemudian menarik diri dari Hindia Belanda. Namun, pasukan Belanda justru masih meneruskan permusuhan militer dengan Indonesia pada 30 Desember 1946. Belanda menyerang bagian Sulawesi Selatan (Sulsel) hingga Februari 1947 dan menewaskan puluhan ribu korban jiwa.

Aksi ini dilakukan oleh Belanda karena ingin menguasai wilayah Sulawesi dan membentuk Negara Indonesia Timur (NIT).

Setelah itu, Indonesia masih melawan dan Belanda menawarkan berbagai perundingan. Pada akhirnya, permusuhan militer berlanjut di Jawa Tengah, Jawa Barat, Jawa Timur, dan Sumatra yakni pada 20 Juli 1947. Momen ini yang kemudian dikenal dengan Agresi Militer Belanda I (pertama). Tujuan agresi ini adalah untuk merebut daerah-daerah perkebunan Indonesia yang kaya dan memiliki sumber daya alam melimpah seperti minyak.

Kala itu, pemerintah Indonesia melaporkan Belanda atas aksi tersebut kepada Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) karena dinilai melanggar perjanjian Internasional yakni "Persetujuan Linggarjati". Merespons hal ini, PBB mengeluarkan resolusi per 1 Agustus 1947 agar konflik bersenjata Belanda terhadap Indonesia dihentikan. Namun, tercatat Agustus 1947, Belanda masih terus melakukan agresi militernya.

Sampai akhirnya, Dewan Keamanan PBB meminta gencatan senjata pada 1 November 1947. Komite PBB memfasilitasi penandatanganan Perjanjian Renville oleh Belanda dan kaum nasionalis Indonesia pada 17 Januari 1948, yang mengatur penghentian permusuhan militer.

Selama konflik, pertempuran tersebut menewaskan sekitar 2.000 orang.

Sayangnya, Belanda masih belum berhenti. Pasukan pemerintah Belanda kembali melanjutkan permusuhan militer pada 18-19 Desember 1948. Serangan ini disebut juga dengan Agresi Militer II (kedua).

Kala itu, Dewan Keamanan PBB bertindak cepat meminta Belanda untuk melakukan gencatan senjata pada 24 Desember 1948. Namun, Belanda mengabaikan seruan gencatan senjata dan ingin menguasai Pulau Jawa.

Pertempuran ini menewaskan sekitar 3.000 warga Indonesia. Akhirnya, Belanda baru menyetujui gencatan senjata sejak 10 Agustus 1949.

Perwakilan Belanda dan Indonesia kemudian menandatangani perjanjian pada 2 November 1949 yang memberikan kemerdekaan bagi Indonesia. Belanda secara resmi mengakui sepenuhnya kemerdekaan Indonesia pada tanggal 27 Desember 1949.

Belanda Akhirnya Mengakui Kemerdekaan Indonesia 1945

Pengakuan terkait kemerdekaan Indonesia pernah disampaikan pemerintah Belanda pada 2005. Kala itu, Menteri Luar Negeri Belanda, Ben Bot, mengatakan bahwa kemerdekaan Indonesia secara "de facto" sudah dimulai pada 1945.

Namun, Belanda secara resmi masih menggunakan tanggal 27 Desember 1949, yakni waktu ketika Belanda mengakui kedaulatan Indonesia sebagai hasil Konferensi Meja Bundar di Den Haag, seperti dikutip dari detikNews.

Kemudian pada Juni 2023 lalu, Pemerintah Belanda melalui Perdana Menteri Mark Rutte akhirnya resmi mengakui kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945 tanpa syarat.

"Belanda mengakui 'sepenuhnya dan tanpa syarat' bahwa Indonesia merdeka pada 17 Agustus 1945," kata Mark Rutte dalam AD.nl, yang dikutip dari CNN Indonesia, Senin (19/8/2024).




(faz/faz)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads