Hasil riset dari SDGs Center Universitas Padjadjaran (Unpad) memperkirakan lebih dari 600 juta orang di dunia masih ada dalam kemiskinan ekstrem pada tahun 2030.
Temuan tersebut dimuat dalam artikel ilmiah yang berjudul "Will the poverty-related UN Sustainable Development Goals be met? New Projections". Riset dari pusat unggulan Unpad ini baru saja dipublikasikan di jurnal Global Policy.
Melansir laman Unpad, SDGs Center memang fokus membahas isu-isu berskala global, bukan hanya daerah atau nasional. Temuan riset menjadi proyeksi beberapa indikator SDGs tingkatan global.
SDGs merupakan komitmen global dan nasional dalam upaya untuk menyejahterakan masyarakat. Dalam SDGs, ada 17 tujuan dan sasaran global tahun 2030 yang dideklarasikan baik oleh negara maju maupun negara berkembang di Sidang Umum PBB pada September 2015.
Jumlah Kekurangan Gizi Ikut Meningkat
Indikator yang dimaksud di atas terdiri dari kemiskinan ekstrem, malnutrisi, stunting, tingkat kematian bayi, angka kematian ibu, serta akses terhadap air bersih dan sanitasi. Dengan temuan baru ini, target-target dari SDGs diprediksi masih jauh melenceng.
Wilayah dengan kemiskinan ekstrem meningkat berdasarkan riset ini adalah negara sub-Sahara Africa. Selain itu, kasus kekurangan gizi juga disebut akan naik jumlahnya.
Penyebab dari kemiskinan ini disebabkan oleh kondisi ekonomi global yang tidak terlalu baik, harga pangan yang bergejolak, hingga kurangnya bantuan dari negara maju kepada negara berkembang.
Riset Dipakai oleh Kantor PM Inggris-United Nations University
Dalam memetakan riset ini, SDG Center Unpad menggandeng Department of International Development, King's College London. Sebelum dipublikasikan, hasil riset juga sempat ditampilkan dalam beberapa konferensi internasional.
Seperti pada konferensi Asosiasi Studi Pembangunan Eropa (EADI) di Lisbon Portugal dan Konferensi tahunan UK Development Studies Association (DSA) di Reading, Inggris. Tak hanya itu, riset kini sudah dipublikasikan di United Nations University, di Helsinki, Finlandia sebagai working papers.
Direktur SDGs Center, Prof Zuzy Anna sebelumnya telah mempresentasikan hasilnya pada pertemuan Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD). Hasil riset juga jadi referensi utama dalam OECD Development Cooperation Report 2024 yang baru saja dirilis oleh OECD di Paris
Naskah akademik ini kemudian dijadikan sebagai referensi oleh Kantor Perdana Menteri Inggris. Hasil riset dijadikan pedoman dalam menyusun arah kebijakan pemerintah Inggris.
(cyu/nah)