Kisah Rosemary Fowler, Fisikawan yang Dapat Gelar Doktor di Usia 98 Tahun

ADVERTISEMENT

Kisah Rosemary Fowler, Fisikawan yang Dapat Gelar Doktor di Usia 98 Tahun

Devita Savitri - detikEdu
Sabtu, 03 Agu 2024 16:00 WIB
Rosemary Fowler fisikawan yang terima gelar doktor di usia 98 tahun.
Rosemary Fowler fisikawan yang terima gelar doktor di usia 98 tahun. Foto: David Johnson, davidjohnsonphotographic.co.uk/Darwin College, Cambridge via MentalFloss
Jakarta -

Universitas Bristol, Inggris baru saja, Juli 2024 menganugerahkan gelar doktor kehormatan di bidang sains kepada Rosemary Fowler. Ada dua keistimewaan dari gelar yang diterima Fowler.

Keistimewaan pertama, gelar doktor diterima Fowler pada usia 98 tahun. Sedangkan yang kedua, gelar ini diberikan 75 tahun setelah ia membuat penemuan yang membantu merevolusi bidang fisika partikel.

Dikutip dari laman Mental Floss, begini kisah selengkapnya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Penemuan di Bidang Fisika Partikel

Pada tahun 1948, Fowler yang saat itu bernama Rosemary Brown adalah mahasiswa doktoral di Universitas Bristol. Ia melakukan penelitian di laboratorium CF Powell yang dipimpin oleh Profesor Cecil Powell.

Bersama-sama, tim fisika ini tengah memburu partikel fundamental baru. Di masa itu tentu proses penelitian tidak semaju saat ini.

ADVERTISEMENT

Cara terbaik untuk melihat sekilas beberapa partikel yang sulit dipahami adalah dengan menaruh koloid pada plat/lempengan fotografi dengan kualitas baik.

Saat Fowler meninjau salah satu piringan itu, ia melihat jejak partikel tidak biasa dalam emulsi fotografi yang telah terpapar sinar kosmik tingkat tinggi.

Ia menemukan bila satu partikel telah meluruh menjadi tiga partikel subatomik yang disebut dengan "pion". Penemuan ini ternyata menentang apa yang ada saat itu.

"Saya langsung tahu bahwa ini hal baru dan akan sangat penting. Kami belum pernah melihat hal ini sebelumnya dalam penelitian fisika partikel. Itu sangat menarik," kata Fowler dikutip dari rilis di laman Universitas Bristol.

Orang yang pertama kali ia beri tahu adalah reannya Peter Fowler yang akhirnya menjadi suami Rosemary.

Penemuan itu akhirnya diberi label 'k' yang sekarang dikenal sebagai kaon atau meson K. Kala itu konsep fisika yang diterima secara luas dikenal dengan paritas.

Paritas adalah proses fisika yang dialami partikel harus simetri seperti cermin. Sehingga tidak mungkin ada partikel berakhir ganjil.

Sebelumnya, rekan Fowler di Manchester juga menemukan lintasan k. Namun lintasan yang dilihat tim Manchester meluruh menjadi dua pion, bukan tiga.

Rosemary Fowler telah berhasil 'memecahkan cermin' dan akhirnya mencoba memahami bagaimana bayangan cermin ini membantu menghasilkan revolusi dalam teori fisika partikel. Sebagai peneliti dan penulis utama pada studi itu, ia mendokumentasikan fenomena tersebut.

Penemuan ini juga telah diterbitkan dalam tiga makalah akademis 'Brown et al' dan dua di jurnal Nature bersama tim Powell.

Kaon milik Fowler berimbas dalam memicu serangkaian teori dan persamaan baru. Teori ini akhirnya dituntaskan oleh Boson Higgs pada tahun 2012.

Higgs mengamati kaon di laboratorium energi di Jenewa, Swiss. Ia juga bertanggung jawab untuk memberikan massa partikel lain hingga akhirnya menyusun pemahaman modern tentang fisika partikel.

Tentang Rosemary Fowler nee Brown

Setahun setelah menerbitkan karya revolusionernya, Rosemary meninggalkan universitas. Rosemary lahir di Suffolk, Inggris pada tahun 1926.

Ayahnya seorang insinyur Angkatan Laut Kerajaan Inggris. Baginya matematika dan sains adalah hal yang mudah tetapi menulis esai itu sulit.

Ia adalah wanita satu-satunya di sekolahnya yang berhasil kuliah di universitas. Tidak hanya itu, ia juga menjadi salah satu wanita pertama yang meraih gelar Sarjana Fisika.

Usai meninggalkan universitas, Rosemary menikahi teman sekelasnya yakni Peter Fowler. Peter meninggal pada tahun 1996 dan digambarkan dalam sebuah obituari oleh Independent sebagai "salah satu fisikawan luar biasa di generasinya".

Sejak tahun 1949, ia fokus membesarkan tiga orang anak yang juga melanjutkan studi sains. Alasan mengapa ia tidak melanjutkan studi karena ada sebuah pernyataan dari Universitas Bristol.

Keadaan Inggris pasca perang bisa terbilang kacau. Untuk itu, universitas menyatakan pasangan tidak bekerja di bidang yang sama atau kehidupan mereka akan sulit. Sehingga ia memilih untuk mengalah dan menjadi ibu rumah tangga.

Kini, Fowler telah menerima penghargaan atas karyanya. Penghargaan itu diberikan dalam sebuah upacara di Darwin College, Cambridge disaksikan oleh anak-anak, cucu, bahkan cicitnya.

Ia mengaku sangat tersanjung, meskipun Fowler merasa penghargaan ini tak pantas untuknya.

"Sangat tersanjung, tetapi saya belum melakukan apapun sejak itu yang pantas mendapatkan rasa hormat khusus," katanya.

Namun, Rektor Universitas Bristol, Sir Paul Nurse memuji ketelitian intelektual dan keingintahuan Rosemary.

"(Rosemary) membuka jalan bagi penemuan-penemuan penting yang terus membentuk karya fisikawan masa kini dan pemahaman kita tentang alam semester," tutupnya.




(det/nwk)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads