Sejarah Kelam Bom Hiroshima dan Nagasaki: Ini Jumlah Korban dan Cara Jepang Bangkit

ADVERTISEMENT

Sejarah Kelam Bom Hiroshima dan Nagasaki: Ini Jumlah Korban dan Cara Jepang Bangkit

Devita Savitri - detikEdu
Jumat, 02 Agu 2024 12:30 WIB
Penyintas bom atom Hiroshima Jepang
Sejarah kelam pengeboman Hiroshima dan Nagasaki. Foto: BBC
Jakarta -

Peristiwa pemboman kota Hiroshima dan Nagasaki di Jepang menjadi dua kejadian penting di akhir Perang Dunia II. Seperti yang diketahui, kota Hiroshima menjadi target bom "Little Boy" pada 6 Agustus 1945.

Tiga hari kemudian, kota Nagasaki menjadi korban bom nuklir "Fat Man" pada 9 Agustus 1945. Kedua bom ini diciptakan melalui Proyek Manhattan oleh Kantor Penelitian dan Pengembangan Ilmiah serta Departemen Perang Amerika Serikat.

Mengutip laman Hiroshima for Global Peace, Hiroshima merupakan salah satu dari beberapa kota kastil besar di zaman Edo Jepang. Sejak tahun 1589, kota ini menjadi rumah bagi Pemerintah Prefektur Hiroshima dan Markas Besar Garnisun Hiroshima milik Tentara Kekaisaran Jepang.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dengan perannya yang besar, Hiroshima di masa lalu terkenal sebagai pusat administrasi, ibu kota militer, dan pusat pembelajaran. Julukan pusat pembelajaran juga disematkan pada Hiroshima lantaran sekolah SMA terbaik juga dibangun di wilayah ini.

Berfungsi sebagai pusat militer, banyak bahan ledakan aktif yang ada di kota ini. Sehingga ketika bom "Little Boy" meledak sekitar 600 meter di atas Rumah Sakit Shima, ledakan itu menyebar dengan cepat dan menyapu seluruh kota dalam waktu sekitar 10 detik.

ADVERTISEMENT

Meskipun pengeboman pertama ini telah menghancurkan Hiroshima, Amerika masih gagal membuat Jepang menyerah. Sampai akhirnya bom plutonium kedua bernama "Fat Man" mendarat di Nagasaki.

Dinilai lebih kuat dibandingkan sebelumnya, laman Sky History menjelaskan Nagasaki bernasib lebih baik. Karena tidak banyaknya sumber ledakan seperti Hiroshima.

Akhirnya, pengeboman kedua ini membuat Jepang mengumumkan menyerah pada 15 Agustus 1945 melalui siaran radio. Namun, secara resmi, Jepang melakukan penyerahan diri pada 2 September di atas kapal perang Amerika Missouri.

Jumlah Korban Capai Puluhan Ribu

Saat bom jatuh pada pukul 8.15 pagi, secara seketika diperkirakan 80 ribu orang tewas dari 420 ribu penduduk Hiroshima akibat panas yang hebat dari ledakan itu. Mengutip laman The Guardian, sekitar 90% dari 76 ribu bangunan di kota itu seluruhnya terbakar atau menjadi puing-puing.

Pada akhir tahun, jumlah korban tewas meningkat menjadi 141 ribu. Karena penyintas yang dikenal sebagai hibakusha meninggal karena cedera atau penyakit yang terkait dengan paparan radiasi.

Sementara ketika bom pertama kali jatuh di Nagasaki, sekitar 35-40 ribu orang tewas seketika dan sekitar 60 ribu terluka. Jumlah korban tewas terus meningkat karena penyintas juga meninggal karena keracunan radiasi dan luka bakar.

Secara keseluruhan diperkirakan 70 ribu orang tewas akibat serangan dan dampaknya. Bila sekitar 90 % banguanan di Hiroshima rusak, di Nagasaki kerusakan diperkirakan sebesar 22,7% bangunan yang mengalami kehancuran. Hal ini memungkinkan Nagasaki pulih lebih cepat dibandingkan Hiroshima.

Secara angka, kerugian total mencapai 884.100.000 yen atau bila dihitung dengan kurs per 1 Agustus 2024 (Rp 108,55) yakni sebesar Rp 95.973.210.270.

Cara Hiroshima dan Nagasaki Bangkit setelah Dibom

1. Bidang Kesehatan

Salah satu bidang utama yang terkena dampak pengeboman adalah kesehatan. Mereka yang selamat dalam serangan itu setelahnya berkeliaran di jalan-jalan yang terkena radiasi dalam keadaan menyedihkan.

Beberapa diantaranya terkubur di bawah tumpukan puing-puing, tergeletak di tanah, atau terlalu terluka untuk berjalan. Sungai-sungai kota itu juga tersumbat oleh mayat-mayat.

Sebanyak 26 rumah sakit hancur dari 28 yang ada di kota itu. Dua rumah sakit tersisa merawat warga yang terluka parah dengan keadaan yang mengerikan. Salah satunya warga dengan bola mata yang terbakat dan keluar dari tengkorak mereka.

Mereka yang selamat dari penyakit radiasi diganggu oleh serangan penyakit yang berulang dan berujung pada kematian. Tak sedikit juga yang terserang penyakit kanker Leukimia, masalah jantung, dan hati, serta katarak.

Jika Hibakusha sempat terbakar, bekas luka mereka timbul keloid yang membuat kesakitan seumur hidup. Hibakusha yang selamat, tentu mengalami banyak kerugian terutama dalam hal keuangan karena dijauhi oleh masyarkaat.

Hingga akhirnya pada tahun 1950-an pemerintah Jepang secara resmi mengakui penderitaan Hibakusha dan memberikan tunjangan bulanan serta akses ke perawatan medis gratis. Bahkan hingga kini, Hibakusha yang masih hidup masih menerima bantuan dan dukungan dari pemerintah.

2. Infrastruktur

Namun, bila berbicara dengan proses bangkit di bidang infrastruktur dan tata kelola terbilang cukup cepat. Ini berbagai hal yang telah dibangun di Hiroshima pasca pengeboman:

  • Tanggal 7 Agustus: Listrik kembali menyala di daerah Ujina, Hiroshima. Listrik kembali menyala di 30% rumah pada akhir November 1945.
  • Tanggal 8 Agustus: Jalur kereta di stasiun Hiroshima-Yokogawa kembali beroperasi. Bank kembali beroperasi meski dilakukan di lapangan terbuka.
  • Tanggal 9 Agustus: Layanan trem di Hiroshima kembali beroperasi.
  • Tanggal 10 Agustus: Pompa air berhasil diperbaiki dan mulai mengalirkan air bersih. Tak hanya itu jaringan telepon yang hancur juga berhasil diperbaiki.
  • Kantor polisi Higashi diambil alih oleh pemerintah prefektur dan diubah menjadi pusat operasi pencarian, penyelamatan dan bantuan.
  • Tahun 1949: Undang-Undang Pembangunan Kota Peringatan Perdamaian Internasional di Hiroshima ditetapkan. Nagasaki disahkan Undang-Undang Pembangunan Kota Budaya Internasional.
  • Tahun 1958: Pembangunan kota Hiroshima gencar dibangunkan.
  • Tahun 1996: Dibangun Museum Bom Atom di Nagasaki
  • Tahun 2003: Gedung Peringatan Perdamaian Nasional Nagasaki untuk Korban Bom Atom selesai dibangun.

3. Bidang Pendidikan

Hancurnya kota Hiroshima juga membuat 78 sekolah rusak akibat bom atom. Jumlah ini terdiri dari 39 sekolah nasional, 30 SMP, dan 9 SMA-Universitas.

Tindakan pertama untuk memulai kembali belajar mengajar dilakukan pada 21 Agustus 1945. Pada hari itu seluruh kepala sekolah bertemu dan membahas cara memulihkan sekolah dan memulai kembali kegiatan belajar mengajar.

Hasilnya, sekolah kembali dibuka mulai tanggal 15 September secara bertahap. Dengan kata lain, dalam waktu sekitar dua minggu setelah pengeboman atom (dan kurang dari seminggu setelah perang berakhir), berbagai upaya telah dilakukan di Hiroshima untuk memulihkan sekolah dan memulai kembali kegiatan belajar mengajar.




(det/faz)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads