Pada 2020 lalu, foto seseorang sedang di toilet tersebar ke media sosial. Sosoknya terfoto oleh kamera pada robot pel dan penyedot debu.
Korban tidak sadar bahwa robot pelnya masuk ke toilet. Foto korban lalu terkirim ke server awan milik perusahaan robot tersebut. Foto-foto itu lalu diakses, lalu disebar ke grup-grup media sosial, seperti disimpulkan dalam penyelidikan oleh Massachusetts Institute of Technology (MIT) Technology Review.
Profesor madya ilmu komputer dan teknik University of Michigan (UM) dan peneliti Alanson Sample mengatakan, memang kebanyakan audio, gambar, dan video mentah yang ditangkap kamera-kamera alat elektronik rumah pintar dikirim ke server awan milik produsennya, terlepas dari diperlukan atau tidak pada akhirnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Sebagian besar konsumen tidak tidak memikirkan apa yang terjadi pada data yang dikumpulkan oleh perangkat rumah pintar favorit mereka itu," tuturnya, dikutip dari laman UM.
Inovasi Kamera Privasi
![]() |
Berangkat dari masalah tersebut, peneliti menilai manusia butuh perangkat pintar yang lebih aman. Dalam hal ini, perangkat rumah itu harus bisa menghapus informasi identitas pribadi sebelum data sensitif itu dikirim ke server.
Untuk itu, peneliti merancang kamera inovatif dua lensa bernama PrivacyLens yang bantu menjaga privasi pengguna. Lensa bundar menangkap video digital standar. Sedangkan lensa persegi mendeteksi panas, bantu kamera mengidentifikasi manusia dan menghilangkannya dari video.
Sosok manusia yang dihilangkan dari video lalu diganti dengan visual animasi gambar orang lidi (stickman figure). Bentuknya mirip gambar kita semasa kecil.
Visual gambar orang lidi di kamera itu menurut peneliti bantu menjaga tingkat anonimitas identitas pengguna perangkat elektronik rumah. Di sisi lain, hasil animasi akurat tetap memungkinkan perangkat yang mengandalkan kamera untuk beroperasi itu untuk berfungsi maksimal.
Penerapan di Rumah
Yasha Iravantchi, mahasiswa doktoral ilmu komputer dan teknik UM, mengembangkan kamera ini bersama rekan-rekan dan dosennya, Sample. Mereka coba menerapkannya pada alat pemantauan kondisi kesehatan kronis dan kebugaran di rumah.
Ia menjelaskan, perangkat pemantauan tersebut pada dasarnya bantu pengguna melacak kebiasaan olahraga dan aktivitas sehari-hari, hingga bantu pengguna lansia untuk meminta pertolongan saat terjatuh. Namun, keberadaan kamera biasa pada perangkat membuat mereka harus mengorbankan privasi demi kesehatan.
Kamera PrivacyLens yang dipasang ke perangkat itu kemudian mengganti visual pasien dengan gambar orang lidi. Berdasarkan hasil survei awal pada 15 peserta, fitur ini bantu mereka merasa lebih nyaman dengan keberadaan kamera di bagian rumah yang paling privat sekalipun, seperti toilet dan kamar.
"Perangkat ini memungkinkan kami memperoleh data medis yang berharga, sekaligus menjaga privasi pasien," paparnya pada Privacy Enhancing Technologies Symposium, Bristol, UK, Kamis (18/7/2024) lalu, dikutip dari laman UM.
Skala Privasi Bisa Diatur
Peneliti juga menyediakan fitur skala privasi pada perangkat. Pengguna bisa mengatur seberapa banyak wajah dan badan mereka yang disensor.
"Survei kami menunjukkan bahwa orang mungkin merasa nyaman hanya mengaburkan wajah mereka saat berada di dapur, tetapi di bagian lain rumah, mereka mungkin ingin seluruh tubuh mereka dihapus dari gambar," kata Sample.
"Kami ingin memberi orang kendali atas informasi pribadi mereka dan siapa yang memiliki akses ke informasi tersebut," imbuhnya.
Peneliti menilai, perangkat ini juga berpotensi digunakan di tempat umum untuk melindungi privasi. Contohnya, produsen kendaraan otonom berpotensi menggunakan PrivacyLens untuk mencegah produk mereka digunakan sebagai drone pengintai.
Kamera ini juga dinilai bisa digunakan perusahaan dengan produk berkamera untuk memenuhi undang-undang privasi. Khususnya yakni bagi perusahaan dengan produk pengumpul data luar ruangan.
"Ada berbagai pekerjaan di mana kita ingin mengetahui kapa orang ada, dan apa yang mereka lakukan saat berada di tempat tertentu. Tetapi kan kita tidak perlu identitas mereka untuk bisa menyelesaikan kerja tersebut. Jadi kenapa harus mengambil risiko (melanggar privasi)?" kata Iravantchi.
Penelitian ini didanai oleh Sekolah Pascasarjana Rackham dan hibah penelitian fakultas Meta.
Sample telah mengajukan paten sementara untuk perangkat tersebut, dengan bantuan UM Innovation Partnerships. Ia berharap kamera privasi ini dapat dipasarkan.
(twu/faz)