Kiprah Tirto Adhi Soerjo, Sang Pelopor Pers di Indonesia

ADVERTISEMENT

Kiprah Tirto Adhi Soerjo, Sang Pelopor Pers di Indonesia

Luthfi Zian Nasifah - detikEdu
Selasa, 30 Jul 2024 09:30 WIB
Lapak Penjual Koran di daerah Pancoran, Jakarta Selatan. File/detikFoto.
Siapa Tirto Adhi Soerjo yang merupakan pelopor pers di Indonesia? Foto: detikcom
Jakarta -

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), pers merupakan usaha percetakan dan penerbitan. Pers juga diartikan sebagai usaha pengumpulan dan penyiaran suatu berita lewat surat kabar, majalah, radio, televisi.

Perkembangan pers di Indonesia tak lepas dari kiprah Tirto Adhi Soerjo.Pria keturunan bangsawan yang lahir di Blora, Jawa Tengah pada tahun 1880 dengan nama kecil RM Djokomono.

Status sebagai keturunan bangsawan, Tirto memperoleh hak istimewa yaitu mendapat kesempatan kesempatan untuk mengenyam pendidikan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Selepas menyelesaikan pendidikan kelas menengah atau HBS Tirto melanjutkan studi sebagai mahasiswa kedokteran di STOVIA (School tot Opleiding van Inlandsche Artsen), Batavia. Namun, karena lebih sibuk menulis di media massa, hingga ia akhirnya tidak menyelesaikan studinya.

Tirto tak hanya dikenal sebagai Bapak Pers Nasional atau Tokoh Perintis Pers, melainkan juga dikenal sebagai Tokoh Kebangkitan Nasional Indonesia.

ADVERTISEMENT

Ia merupakan orang pertama yang menggunakan surat kabar sebagai alat propaganda dan pembentuk pendapat umum. Tirto juga dikenal sebagai perintis persuratkabaran dan kewartawanan nasional Indonesia.

Setelah selesai masa pembuangannya di Halmahera, Tirto kembali ke Batavia, dan kemudian wafat pada 7 Desember 1918 di Bogor. Pada 1973, pemerintah mengukuhkannya sebagai Bapak Pers Nasional. Pada tanggal 3 November 2006, Tirto mendapat gelar sebagai Pahlawan Nasional.


Menelusuri Jejak Tirto Adhi Soerjo di Bidang Pers

Tirto Adhi Soerjo memulai kariernya di dunia jurnalistik saat ia menjadi penulis lepas di surat kabar Chabar Hindia Olanda, di Batavia yang terbit dalam kurun 1888-1897. Setelah Chabar Hindia Olanda mengalami kebangkrutan, Tirto pindah ke surat kabar terbitan berkala Pemberita Betawi yang juga terbit di Batavia.


Dalam saat yang bersamaan, Tirto Adhi Soerjo kemudian menjadi pembantu tetap di surat kabar Pewarta Priangan, yang terbit di Bandung. Namun tak lama kemudian, Pewarta Priangan akhirnya tutup. Lalu di tahun berikutnya, tepatnya di tahun 1902, ia dipercayakan posisi sebagai Pemimpin Redaksi Pembrita Betawi menggantikan F Wiggers.

Pada tanggal 7 Februari 1903, meluncurlah Soenda Berita yang menjadi tonggak sejarah pers nasional. Soenda Berita adalah koran pertama Indonesia yang dimodali dan diisi tenaga-tenaga bumiputra sendiri, tak lagi menjadi bawahan bangsa lain. Soenda Berita pertama kali terbit di Cianjur.

Melalui Soenda Berita, Tirto ingin mewujudkan cita-citanya memadukan perdagangan dan pers yang bertujuan memajukan bangsanya. Soenda Berita itu sendiri dibiayai oleh Tirto dan bantuan Bupati Cianjur.

Tirto Adhi Soerjo kemudian menerbitkan surat kabarnya yang kedua, Medan Prijaji pada tanggal 1 Januari 1907 dalam format mingguan. Melalui surat kabar inilah menjadikan Tirto sebagai orang Indonesia pertama yang menyuluh rasa kesadaran berbangsa bumiputra melalui kuasa media melalui melalui jurnalismenya lewat Medan Prijaji.

Medan Prijaji ini merupakan alat bagi Tirto Adhi Soerjo untuk melindungi serta membela kaum pribumi dari penindasan dan penghisapan, cita-cita ini bukanlah sesuatu yang main-main, Tirto Adhi Soerjo benar-benar menjadikan Medan Prijaji sebagai pers pembela kaum tertindas, atau yang dikenal sebagai jurnalisme advokasi.

Tirto Adhi Soerjo mendirikan Poetri Hindia yang sekaligus terbit perdana pada tanggal 1 Juni 1908 di Batavia. Poetri Hindia diterbitkan demi mengemban tugas mulia buat kaum wanita, dikelola wanita, dan untuk wanita.

Kesungguhan niat ini tercermin dari susunan redaksinya pada Poetri Hindia yang dipenuhi oleh para wanita terpandang di masanya.




(pal/pal)

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads