Terungkap fakta baru: gigi komodo ternyata berlapis besi! Lapisan besi pada gigi komodo ini setajam silet, membantunya membunuh mangsanya secara efektif.
Sebuah penelitian yang dipimpin oleh para peneliti dari King's College London, melakukan penelitian gigi komodo (Varanus komodoensis) dengan pencitraan kimia dan struktural tingkat lanjut. Hasil penelitian ini mengungkap lapisan besi pelindung dalam pigmen oranye yang ditemukan di ujung dan gerigi gigi komodo.
"Ciri ini belum pernah dilaporkan sebelumnya pada reptil karnivora," tulis para peneliti.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Penelitian tersebut menemukan bahwa gigi komodo memiliki lapisan kaya zat besi, terutama yang menonjol pada gigi komodo. Para peneliti juga menemukan lapisan serupa pada gigi reptil lain, seperti biawak, buaya, dan aligator.
![]() |
Penelitian tersebut menemukan bahwa kadar zat besi yang tinggi sangat penting untuk mengembangkan gigi bergerigi pada kadal raksasa ini untuk membunuh mangsanya. Komodo memburu banyak hewan yang berbeda, seperti tikus hingga kerbau air. Mereka membunuh mangsanya dengan gigi tajam dan gigitan berbisa, double kill!
Para peneliti percaya lapisan besi tersebut mungkin ada pada dinosaurus karnivora yang hidup di masa lalu. Namun para ilmuwan tidak dapat menemukan buktinya pada fosil gigi reptil dan dinosaurus yang berkerabat dekat dengan komodo.
Menurut Persatuan Internasional untuk Konservasi Alam, hanya 3.458 komodo dewasa dan bayi yang tersisa di alam liar. Naga-naga ini hanya ditemukan di Taman Nasional Komodo, di Pulau Komodo, Nusa Tenggara Timur, Indonesia.
Setiap tahun, ribuan wisatawan mengunjungi pulau habitat asli komodo ini. Komodo diketahui dapat tumbuh sampai sepanjang tiga meter (10 kaki) dan berat hingga 90 kilogram (200 pon), menghadapi ancaman dari aktivitas manusia dan perubahan iklim yang menyebabkan menghancurkan habitat alami mereka.
Laporan penelitian yang diberi judul "Iron-coated Komodo dragon teeth and the complex dental enamel of carnivorous reptiles" yang ditulis peneliti Aaron RH LeBlanc dkk sudah terbit di jurnal Nature Ecology & Evolution pada 24 Juli 2024 lalu.
(nwk/nwk)