Mirip Burung, Penelitian Ungkap Bagaimana Reptil Purba Ini Dapat Terbang

ADVERTISEMENT

Mirip Burung, Penelitian Ungkap Bagaimana Reptil Purba Ini Dapat Terbang

Luthfi Zian Nasifah - detikEdu
Senin, 22 Jul 2024 17:30 WIB
Reptil purba pterosaurus yang bisa terbang
Foto: Doc. Jagielska dkk via Science Alert/Reptil purba pterosaurus yang bisa terbang
Jakarta -

Sebelum burung dan kelelawar terbang, terdapat satu hewan purba yang dapat terbang. Namun, yang membuatnya dapat terbang bukan karena bulu atau tulang berongga yang dimilikinya. Lantas bagaimana cara terbangnya?

Hewan purba yang dimaksud adalah Pterosaurus, berusia sekitar lebih dari ratusan juta tahun lalu. Pada penelitian baru, hewan reptil ini diketahui memiliki fitur bulu dan tulang berongga, tetapi terdapat struktur lain yang membantu reptil ini terbang.

Pterosaurus memiliki struktur mirip kisi-kisi yang menghentikan ekornya yang berujung lebar berkibar-kibar seperti bendera tertiup angin. Setelah struktur menjadi kaku dapat membantu menerbangkan Pterosaurus.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Seperti Apa Pterosaurus Itu?

Pterosaurus adalah reptil yang berevolusi dari makhluk yang berjalan tegak yang mirip kelinci, yang berasal dari cabang keluarga reptil yang berbeda.

Hewan tersebut memiliki bulu sama seperti burung. Namun, ia masih merupakan sepupu dekat dinosaurus dan hidup-matinya bersamaan pula dengan dinosaurus.

ADVERTISEMENT

Meskipun dengan ukuran Pterosaurus yang kecil pada awalnya, ia hidup di antara kelompok dengan beberapa hewan terbang terbesar dalam sejarah Bumi.

Pterosaurus Terbang Dengan Cara Ini

Dikutip dari Science Alert, Pterosaurus adalah vertebrata pertama yang terbang dengan tenaga manusia sekitar 215 juta tahun yang lalu.

Dalam waktu yang lama, peneliti belum dapat menjawab evolusi penerbangan hewan ini. Kini, di studi terbaru terjawab kemungkinan penyebab terbangnya berasal dari bilah ekor Pterosaurus yang kaku dan berbentuk berlian.

Ahli paleontologi asal University of Edinburgh, Natalia Jagielska dan rekan-rekannya meneliti lebih dari 100 fosil Pterosaurus yang berada di berbagai koleksi museum.

Dalam catatan, fosil Pterosaurus memiliki tulang tipis dan berongga yang sangat bagus untuk terbang, namun rusak termakan waktu. Jejak jaringan lunaknya semakin langka, kulit, organ dan jaringan ikatnya pun hancur lebih cepat daripada tulangnya.

Jagielska dan rekan-rekannya menemukan empat 'spesimen luar biasa' yang memancarkan warna merah muda dan putih di bawah sinar ultraviolet, menunjukkan struktur jaringan lunak yang terawetkan.

Jaringan tersebut berasal dari segelintir fosil yang masih mempertahankan detail bilah ekor jaringan tipis dan lunak.

"Menjaga bilah ekor yang kaku sangat penting bagi penerbangan Pterosaurus awal. Namun, bagaimana terjadinya hal ini belum jelas, khususnya karena bilang tersebut hilang di Pterosaurus berikutnya dan tidak ada pada burung maupun kelelawar," kata Jagielska.

Bilah ekor seperti milik Pterosaurus itu terdapat ukuran yang bervariasi. Akan tetapi, penelitian Jagielska dan rekan-rekannya hanya meneliti empat fosil Pterosaurus Rhamphorhynchus berekor panjang.

Mereka berpikir bahwa spesimen tersebut dapat mengungkap beberapa detail mengenai cara berevolusinya struktur kisi-kisi itu.

"Informasi jaringan lunak baru ini dapat menunjukkan asal usul evolusi bilah ekor itu sendiri," tulis Jagielska dan rekan-rekannya.

Akan tetapi, tak hanya ekor yang memiliki peran penting bagi terbangnya Pterosaurus. Terdapat tendon yang disebut propatagium yang menjadi bagian tubuh lain yang penting untuk Pterosaurus dapat terbang.

Tendon ini membentang di sepanjang tepi depan sayap, menghubungkan sendi yang setara dengan sendi pergelangan tangan dan bahu. Bagian ini bermanfaat untuk mengendalikan lepas landas dan pendaratan dengan mengubah aliran udara di permukaan atas setiap sayap.

Detail Ekor yang Menerbangkan Pterosaurus

Anatomi tersembunyi dalam bilah ekor Pterosaurus pun terungkap dari pengambilan gambar keempat spesimen melalui teknik fluoresensi terstimulasi laser. Hal yang terungkap adalah batang vertikal tebal dan menonjol keluar dari tulang ekor bagian tengah yang dipilin dengan serta yang lebih tipis.

Kemudian batang tersebut menciptakan kisi-kisi berikatan silang yang mencegah bilah ekor membengkok keluar dari bentuknya. Hal itu bisa mengurangi hambatan dan menstabilkan penerbangan burung.

Kisi-kisi yang saling berikatan silang itu, ternyata menunjukkan bahwa bilah ekor Pterosaurus awal berkembang dari satu struktur yang bersebelahan dan bukan dari gabungan struktur sisik atau integumen seperti bulu.




(faz/faz)

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads