Ilmuwan Menemukan Virus Raksasa di Greenland, Ternyata Menginfeksi Tumbuhan Ini

ADVERTISEMENT

Ilmuwan Menemukan Virus Raksasa di Greenland, Ternyata Menginfeksi Tumbuhan Ini

Callan Rahmadyvi Triyunanto - detikEdu
Senin, 08 Jul 2024 09:30 WIB
ILULISSAT, GREENLAND - JULY 30: An iceberg floats in Disko Bay behind houses during unseasonably warm weather on July 30, 2019 in Ilulissat, Greenland. The Sahara heat wave that recently sent temperatures to record levels in parts of Europe is arriving in Greenland. Climate change is having a profound effect in Greenland, where over the last several decades summers have become longer and the rate that glaciers and the Greenland ice cap are retreating has accelerated.   (Photo by Sean Gallup/Getty Images)
Foto: Getty Images/Sean Gallup/Lapisan Es Greenland yang mencair
Jakarta -

Ternyata virus tak selamanya membahayakan. Penemuan terbaru oleh ilmuwan, virus raksasa pertama yang ada di lapisan es Greenland disebut bisa membantu mengatasi ancaman lingkungan. Kenapa?

Untuk pertama kalinya, dalam sebuah penelitian baru yang diterbitkan pada 17 Mei di jurnal Microbiome, para ilmuwan berhasil mengidentifikasi tanda-tanda adanya virus raksasa yang hidup di es dan salju.

Menariknya, ilmuwan mengungkapkan bahwa virus tersebut mengandung banyak ganggang berwarna dan menunjukkan adanya hubungan antara keduanya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ukurannya Bisa 1.500 Kali Lebih Besar dari Virus Biasa

Dikutip dari Live Science, virus di Greenland ini disebut raksasa karena ukurannya bisa mencapai 1.500 kali lebih besar dari virus biasa.

Saat diteliti, diketahui bahwa virus menginfeksi alga yang menyebabkan pencairan es di Greenland. Virus-virus ini dapat membantu membunuh pertumbuhan alga yang merusak, sehingga membantu mengurangi beberapa dampak perubahan iklim.

ADVERTISEMENT

Virus raksasa ini menyerang ganggang mikroskopis yang mengubah warna es Greenland menjadi lebih gelap dan menyebabkannya mencair lebih cepat.

Tim berharap bahwa menemukan dan memahami virus-virus ini dapat membuka cara untuk mengendalikan pertumbuhan alga secara alami dan, oleh karena itu, mengurangi pencairan es.

"Kami tidak tahu banyak tentang virus ini, tapi saya pikir virus ini bisa berguna sebagai cara untuk mengurangi pencairan es yang disebabkan oleh pertumbuhan alga," kata penulis utama studi Laura Perini, seorang peneliti pascadoktoral di Universitas Aarhus di Denmark.

"Seberapa spesifiknya dan seberapa efisiennya, kami belum tahu. Namun dengan mengeksplorasinya lebih jauh, kami berharap dapat menjawab beberapa pertanyaan tersebut," tambahnya.

Virus Raksasa yang Masih Aktif

Diketahui bahwa alga tidak aktif di es Greenland dan mekar di musim semi, tapi menggelapkan bagian lanskap yang biasanya berwarna putih. Warna yang lebih gelap memantulkan lebih sedikit sinar Matahari dibandingkan salju putih dan es, sehingga mempercepat pencairan, menurut pernyataan tersebut.

Dalam penemuannya, para peneliti mengumpulkan sampel dari es gelap, salju merah, dan lubang leleh di berbagai lokasi di lapisan es Greenland pada 2019 dan 2020.

Mereka kemudian menganalisis DNA yang ditemukan dalam sampel tersebut untuk mengidentifikasi rangkaian gen yang memiliki kemiripan tinggi dengan virus raksasa, yang termasuk dalam virus. Filum Nukleositovirikota

"Baik di es gelap maupun salju merah, kami menemukan tanda-tanda virus raksasa yang aktif. Dan ini adalah pertama kalinya virus tersebut ditemukan di permukaan es dan salju yang mengandung mikroalga berpigmen dalam jumlah besar," ujar Perini.

Perini dan timnya akan melakukan penelitian lebih lanjut dalam upaya untuk lebih memahami ekosistem secara keseluruhan, sehingga mereka dapat menentukan inang virus mana yang menginfeksi dan memastikan virus tersebut menyerang alga.

"Kami [akan] terus mempelajari virus-virus raksasa ini untuk mempelajari lebih lanjut tentang interaksi mereka dan apa sebenarnya peran mereka dalam ekosistem," pungkasnya.




(faz/faz)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads