Perhatikan Hal Ini Sebelum Mendongeng ke Anak-anak

ADVERTISEMENT

Perhatikan Hal Ini Sebelum Mendongeng ke Anak-anak

Trisna Wulandari - detikEdu
Senin, 08 Jul 2024 08:00 WIB
Festival Kurikulum Merdeka
Apa yang perlu diperhatikan sebelum mendongeng? Begini sejumlah tipsnya. Foto: Trisna Wulandari/detikEdu
Jakarta -

Mendongeng dapat menjadi medium bagi anak-anak untuk mengembangkan imajinasinya. Kisah dan mendongeng bantu anak terinspirasi, termotivasi, dan mengenal hal-hal baik.

Nia Ramlan, Koordinator Bidang Aktivasi Kolaborasi Ayo Dongeng Indonesia, menuturkan ada sejumlah hal yang dapat diperhatikan agar tujuan mendongeng di atas bisa tercapai maksimal. Apa saja?

Hal yang Perlu Diketahui Sebelum Mendongeng

Lebih dari Membacakan Buku

Saat mendongeng, buku dapat digunakan sebagai pengenalan literasi membaca ke anak. Namun, pendongeng didorong mampu untuk dapat mendongeng tanpa buku atau alat bantu lain.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kita bisa pakai ekspresi wajah, bisa pakai gestur, bisa pakai intonasi suara," tutur Nia pada detikEdu di sela Festival Kurikulum Merdeka di Jakarta Conventional Center (JCC) Senayan, ditulis Senin (8/7/2024).

Media Mendongeng dan Berkreasi

Nia menuturkan, pendongeng juga dapat menggunakan boneka, wayang-wayangan sebagai media bercerita. Pada Festival Kurikulum Merdeka kali ini, anak-anak yang datang ke booth Ayo Dongeng Indonesia diajak membuat wayang-wayangannya sendiri.

ADVERTISEMENT

Memilah Cerita

Nia mengatakan, penceritaan yang seru, lucu, dan menarik perhatian anak-anak menjadi hal baik saat mendongeng. Namun, yang terpenting adalah cerita tersebut memberi nilai dan pesan moral bagi anak-anak yang mendengarnya tanpa menggurui.

Artinya, pesan moral dalam cerita tidak perlu disampaikan secara eksplisit. Sebab, dongeng juga merupakan medium untuk menggugah daya berpikir anak untuk menyimpulkan sendiri dan menginterpretasikan isi cerita. Dalam Kurikulum Merdeka, salah satu ciri utama Profil Pelajar Pancasila sendiri yaitu bernalar kritis.

Bacaan yang baik bisa dipilah sesuai jenjang usia anak. Pendongeng juga dapat memilih karakter cerita sesuai tema dan pesan yang hendak disampaikan.

"Kenapa kami senang sekali berkolaborasi dengan Festival Kurikulum Merdeka? Karena banyak buku-buku yang diterbitkan berkolaborasi dengan Badan Bahasa, sudah melalui proses kurasi juga. Karena itu, bisa kita pakai ceritanya," ucap Nia.

"Dan ceritanya sangat beragam, bahkan bisa mengangkat kearifan-kearifan lokal dari berbagai daerah di seluruh Indonesia. Jadi kita bisa memilah cerita, lalu kita kembangkan: bagaimana kalau cerita ini didongengkan?" imbuhnya.

Tidak Harus Ibu atau Ayah

Tidak harus ibu atau ayah yang mendongeng untuk anak. Semua orang yang berusia lebih tinggi dari anak yang didongengkan dapat belajar mendongeng.

"Di Ayo Dongeng Indonesia, kita ngajak semua usia untuk bisa mendongeng ke anak-anak yang lebih kecil. Jadi misalnya kita ngajak relawan, itu juga yang ada relawan dari Ayo Dongeng Indonesia yang masih usia sekolah," tuturnya.

"Itu juga kita ajak belajar mendongeng, supaya nanti mereka bisa bacain (buku cerita) ke adik-adik yang lebih kecil. Kalau misalnya nggak punya adik, bisa anak tetangganya, bisa juga misalnya dengan berkegiatan sosial ke suatu tempat," sambung Nia.

Nia menuturkan, relawan Ayo Dongeng Indonesia sendiri berasal dari usia dan gender beragam. Begitu pula dengan profesi, mulai dari guru, ibu rumah tangga, hingga karyawan kantoran di sektor yang tidak berhubungan dengan aktivitas dongeng. Ia berharap, pendongeng tidak terpaku pada usia dan profesi tertentu saja.

Belajar Mendongeng Bersama

Jika ingin mendongeng tetapi bingung seperti apa baiknya, Nia menyarankan untuk mencari contoh, perkumpulan, atau kelas yang tersedia secara daring maupun luring. Di kelas tersebut, ayah, ibu, kakak, atau calon pendongeng pada umumnya bisa belajar menginterpretasikan cerita dalam buku ke dalam bentuk mendongeng.

Ia mencontohkan, di Ayo Dongeng Indonesia, salah satu kegiatan yang digelar yakni belajar mendongeng dengan tema tertentu. Pembelajaran tersebut menjadi bekal para volunteer atau peserta untuk mendongeng di rumah hingga ke lokasi bencana.

Nia bercerita, saat gempa Lombok 2018, pihaknya diajak komunitas dongeng setempat agar mendongeng untuk anak-anak yang terdampak bencana. Nia menegaskan, kegiatan yang diampunya bukan trauma healing, tetapi mendukung anak-anak agar lebih happy dan berkegiatan.

Komunitas sosial ini juga kerap membagikan cerita-cerita pendek dan informasi kegiatan mendongeng di akun media sosialnya, @ayodongeng_ind Tertarik mendongeng, detikers?




(twu/nwk)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads