Mengulik Kehidupan Multietnis Lewat Kartun Upin & Ipin, Yuk Pelajari!

ADVERTISEMENT

Mengulik Kehidupan Multietnis Lewat Kartun Upin & Ipin, Yuk Pelajari!

Cicin Yulianti - detikEdu
Rabu, 03 Jul 2024 09:30 WIB
Cerita Upin dan Ipin, kata Les Copaque, merupakan tayangan yang digagas Hajah Ainon yang juga menjadi pengisi suara Opah, nenek Upin dan Ipin. Setiap cerita Upin dan Ipin ditulis bukan hanya untuk mudah dipahami tetapi juga penuh pesan bermanfaat.
Poster serial kartun Upin & Ipin. Foto: (dok. Les' Copaque Production via YouTube)
Jakarta -

Siapa yang tidak tahu Upin & Ipin? Serial kartun yang populer ini selain menghibur ternyata memiliki banyak makna dan nilai dalam setiap episodenya.

Di televisi Malaysia, serial Upin & Ipin mempunyai rating yang tinggi. Termasuk di Indonesia, tontonan ini masih tayang setiap hari di salah satu stasiun televisi swasta.

Tak hanya di Indonesia, popularitas Upin & Ipin juga terlihat di negara Singapura, Brunei, Thailand, Filipina, Vietnam, Kamboja, Hong Kong, hingga Korea Selatan. Menurut peneliti dari Universitas Gadjah Mada (UGM), M. Endy Saputro, kartun Upin & Ipin menggambarkan kehidupan multietnis yang bisa jadi bahan edukasi bagi penontonnya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dalam hasil penelitian Endy yang berjudul "Upin & Ipin: Melayu Islam, Politik Kultur, dan Dekomidifikasi" tahun 2011, ia menjabarkan bagaimana industri film Malaysia bisa menampilkan kehidupan multietnis warganya lewat sebuah kartun.

ADVERTISEMENT

Alasan Upin & Ipin Dirilis

Untuk menelisiknya, peneliti melakukan metode etnografi visual terhadap empat season serial Upin & Ipin. Analisisnya berisi tentang kelas sosial, karakter sosial, keragaman, poskolonial, dan angan modernitas.

Selanjutnya, peneliti juga menganalisis citra keragaman serial. Setelah melakukan pengkajian, peneliti menyimpulkan ada dua alasan serial Upin & Ipin dirilis.

Pertama, Upin & Ipin merupakan respons atas kegagalan animasi-animasi Malaysia sebelumnya yang tak bisa menghadirkan sajian animasi berkualitas tinggi. Kedua, faktor pasar animasi global yang berpengaruh di negara-negara Asia, termasuk Malaysia.

Multietnis dalam Serial Upin & Upin

Peneliti kemudian menjabarkan bagaimana Upin & Upin mampu menampilkan kehidupan multietnis kepada penonton. Hal tersebut bisa dilihat dari komposisi penduduk Kampung Durian Runtuh.

Kampung Durian Runtuh sendiri adalah daerah yang menjadi latar tempat serial Upin & Ipin. Kampung ini digambarkan sebagai kampung pelosok yang jauh dari kota.

Dari perspektif semiotika, nama Durian Runtuh merepresentasikan sebuah penantian atas rezeki. Dalam peribahasa Indonesia, menunggu durian runtuh artinya menunggu rezeki yang tak terduga.

Dijelaskan oleh peneliti, keragaman etnis di Kampung Durian Runtuh bisa dilihat dari kategori penduduknya yang terdiri atas etnis Melayu, India, dan Cina. Penggambarannya ditunjukkan lewat ciri mata dan kulit, busana, dialek bahasa, dan simbil identitas lainnya.

Orang-orang yang termasuk etnis Melayu antara lain Upin, Ipin, Opa, Kak Ros, Tok Dalang, Cik Gu Jasmin, Sally/Saleh, Zul, Ijat, Fizi, dan Mail. Sedangkan etnis Cina digambarkan oleh sosok Mei-Mei dan Ah Tong.

Kemudian, etnis India antara lain Raju, Jarjit, dan Muthu. Di luar etnis tersebut, peneliti juga menyebut ada tokoh yang menggambarkan campuran etnis misalnya Ehsan (Cina-Melayu).

Adapun pengenalan karakteristik etnis bisa dilihat juga dari profesi. Secara umum, etnik Melayu rata-rata bekerja sebagai pegawai, peternak, dan pedagang.

Dalam serial Upin & Ipin, kelompok tersebut diperankan oleh ayah Ehsan sebagai pegawai, Cik Gu Jasmin sebagai guru, Tok Dalang sebagai peternak dan petani buah, dan Kak Ros yang menjual ayam goreng.

Sementara itu, etnis Cina misalnya Ah Tong mempunyai pekerjaan membeli barang-barang bekas. Ia juga bekerja sama dengan Saleh sebagai penyelundup hewan terlarang.

Pada tokoh beretnis India, profesi yang digambarkan dalam Upin & Ipin adalah pengusaha seperti yang dilakukan Uncle Muthu.

Gambarkan Toleransi Antar Agama

Peneliti juga menunjukkan di samping keragaman etnis dan kultur, tokoh-tokoh dalam serial Upin & Ipin tetap saling toleransi. Nilai tersebut ditunjukkan pada Harmoni Raya atau Hari Raya Idul Fitri di Kampung Durian Runtuh.

Para tokoh yang menganut Islam memaknai puasa Ramadhan sebagai ibadah untuk mendapatkan pahala. Di sisi lain, Mei-Mei sebagai non-Muslim ikut merasakan kenikmatan Ramadhan lewat sajian kue-kue dan lainnya.

Nilai toleransi pun semakin terasa saat ada scene yang menampilkan Upin & Ipin dan kawan-kawan saling bersilaturahmi saat Hari Raya Idul Fitri. Termasuk Raju yang non-Muslim pun ikut berkeliling.




(cyu/nwk)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads