Ini Wilayah Indonesia yang 'Mendidih' Selama 30 Tahun Terakhir, Ada Kotamu?

ADVERTISEMENT

Ini Wilayah Indonesia yang 'Mendidih' Selama 30 Tahun Terakhir, Ada Kotamu?

Nikita Rosa - detikEdu
Sabtu, 29 Jun 2024 13:00 WIB
Suhu di Jakarta panas menyengat hari ini. Tercatat suhu di Ibu Kota mencapai 34 derajat Celcius pada pukul 14.30 WIB.
Potret Suhu Tinggi di Jakarta, Salah Satu Kota Terpanas dalam 30 Tahun Terakhir. (Foto: Ari Saputra)
Jakarta -

Fenomena UHI menyebabkan beberapa wilayah di Indonesia 'mendidih' selama 30 tahun terakhir. Apa itu dan di wilayah mana saja?

Urban Heat Island atau UHI adalah fenomena alam berupa tingginya temperatur daerah perkotaan dibandingkan pedesaan. Terdapat beragam faktor yang mendorong fenomena UHI. Salah satunya perubahan tutupan lahan di perkotaan bisa memperparah terjadinya UHI.

UHI juga dipicu oleh struktur geometris kota yang rumit, minimnya vegetasi, hingga efek rumah kaca.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Daftar Wilayah di Indonesia yang 'Terbakar' Selama 30 Tahun Terakhir

Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita menyebut dalam kurun waktu 30 tahun terakhir, efek UHI relatif cukup kuat dirasakan. Sejumlah kota besar di Indonesia bahkan termasuk dalam 20% kota dengan nilai Land Surface Temperature (LST) terbesar.

Wilayah Indonesia yang dinilai 'terbakar' selama 30 tahun terakhir, termasuk:

ADVERTISEMENT
  • Jakarta
  • Bogor
  • Depok
  • Tangerang
  • Bekasi
  • Medan
  • Surabaya
  • Makassar
  • Bandung

Pada Mei 2024 lalu, BMKG mencatat suhu harian Surabaya menembus 38,4 derajat Celcius. Tingginya suhu ini disusul dengan Tangerang pada 36 derajat Celcius dan Jakarta dengan 35 derajat Celcius pada periode yang sama.

2023 Jadi Tahun Terpanas

Dwikorita menerangkan jika Badan Meteorologi Dunia (WMO) menetapkan 2023 sebagai tahun terpanas sepanjang pengamatan instrumental. Anomali suhu rata-rata global mencapai 1,45 derajat Celcius di atas zaman pra industri.

Angka ini nyaris menyentuh batas yang disepakati dalam Paris Agreement tahun 2015 bahwa dunia harus menahan laju pemanasan global pada angka 1,5 derajat Celcius. Tahun 2023 justru memecahkan rekor suhu global harian baru dan terjadi bencana heat wave ekstrem yang melanda berbagai kawasan di Asia dan Eropa.

"Rekor iklim yang terjadi di tahun 2023 bukanlah kejadian acak atau kebetulan, melainkan tanda-tanda jelas dari pola yang lebih besar dan lebih mengkhawatirkan yaitu perubahan iklim yang semakin nyata. Maka dari itu, perlu langkah atau gerak bersama seluruh komponen masyarakat, tidak hanya pemerintah, namun juga sektor swasta, akademisi, media, LSM, dan lain sebagainya termasuk anak-anak muda," ujar Dwikorita dalam laman BMKG, dikutip Sabtu (29/6/2024).




(nir/faz)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads