Studi Sebut Latihan Fisik yang Berat Dapat Merugikan Tubuh, Mengapa?

ADVERTISEMENT

Studi Sebut Latihan Fisik yang Berat Dapat Merugikan Tubuh, Mengapa?

Luthfi Zian Nasifah - detikEdu
Kamis, 20 Jun 2024 12:30 WIB
Fitness man stretching
Foto: iStockphoto/franckreporter/Ilustrasi latihan fisik terlalu berlebihan
Jakarta -

Olahraga dapat bermanfaat bagi kesehatan tubuh dan otak. Namun, sebuah studi menunjukkan bahwa olahraga yang dilakukan secara berlebihan atau terlalu berat, dapat merugikan tubuh. Kenapa ya?

Studi tahun 2023 menganalisis adanya dampak latihan berat,.yang dapat melemahkan sistem kekebalan tubuh. Studi ini menganalisis 4.700 molekul cairan pasca-latihan dari petugas pemadam kebakaran.

Penemuan ini menunjukkan adanya pertimbangan terhadap pekerjaan yang berat karena bisa jadi masalah. Terutama pekerjaan yang menuntut fisik dan memerlukan latihan kebugaran intensif, seperti pekerja darurat dan atlet.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Bagaimana Olahraga Berat Dapat Menurunkan Kekebalan Tubuh?

Sebenarnya tidak ada keraguan bahwa olahraga memberikan manfaat yang luar biasa bagi kesehatan, mulai dari meningkatkan kekuatan sistem kekebalan tubuh hingga memperbaiki suasana hati.

Namun, penelitian telah mendeteksi kemungkinan adanya tanda-tanda penurunan kekebalan tubuh pada petugas pemadam kebakaran yang bekerja keras secara fisik.

ADVERTISEMENT

"Orang yang terlalu bugar mungkin lebih rentan terhadap infeksi virus pernapasan segera setelah berolahraga berat," ungkap Ernesto Nakayasu, ilmuwan biomedis Pacific Northwest National Laboratory (PNNL), dikutip dari Science Alert.

"Salah satu penyebabnya adalah kurangnya aktivitas peradangan untuk melawan infeksi," lanjutnya.

Masih Menjadi Kontroversi

Meski demikian, hal yang terjadi pada sistem kekebalan tubuh secara langsung setelah olahraga berat masih menjadi kontroversi. Terdapat bukti kuat yang menunjukkan bahwa aktivitas fisik sedang di antara orang sehat, dapat meningkatkan sistem kekebalan tubuh dalam jangka panjang.

Meskipun beberapa penelitian sebelumnya telah mencatat infeksi saluran pernapasan pada atlet dibandingkan dengan kelompok kontrol setelah melakukan aktivitas berat, hanya sedikit bukti yang dapat untuk mendukung hipotesis bahwa olahraga yang intens dapat meningkatkan risiko infeksi oportunistik.

Pembuktian Melalui Penelitian terhadap Pemadam Kebakaran

Nakayasu dan rekan penelitinya menguji plasma darah, air liur, dan urin dari 11 petugas pemadam kebakaran sebelum dan sesudah 45 menit latihan intensif yang mengangkut 22 kg peralatan melintasi medan berbukit.

"Kami ingin melihat lebih lanjut apa yang terjadi dalam tubuh dan melihat apakah kami dapat mendeteksi bahaya kelelahan pada tahap paling awal," kata Kristin Burnum-Johnson, ahli kimia bioanalitik PNNL.

"Mungkin kita dapat mengurangi risiko olahraga berat bagi responden pertama, atlet, dan anggota militer," tambahnya.

Pada perubahan fisik, diharapkan membantu tubuh kita dalam mempertahankan tingkat cairan, energi, dan oksigen yang diperlukan saat olahraga. Namun, faktanya terjadi penurunan molekul yang terlibat dalam peradangan disertai peningkatan opiorphin, yaitu suatu dilator pembuluh darah perifer.

Dampak perubahan tubuh ini terhadap fungsi jangka pendek sistem kekebalan masih belum jelas, tetapi para peneliti mengutarakan pendapatnya.

Opiorphin dapat meningkatkan aliran darah ke otot selama latihan untuk meningkatkan pengiriman oksigen dan nutrisi.

Para peneliti mengamati penurunan molekul inflamasi dalam air liur setelah olahraga. Menurut mereka, itu mungkin mewakili mekanisme adaptif untuk meningkatkan pertukaran gas sebagai respons terhadap kebutuhan oksigen seluler yang lebih tinggi.

Ada pula perubahan pada mikrobioma mulut partisipan. Para ilmuwan berspekulasi bahwa hal ini disebabkan oleh peningkatan peptida antimikroba yang ditemukan di mulut petugas pemadam kebakaran untuk mengimbangi penurunan kekebalan setelah aktivitas intens mereka.

"Meski demikian, peningkatan peptida antimikroba ini tidak berpengaruh pada penghambatan pertumbuhan E.coli. Ada keterbatasan kapasitas peptida antimikroba dalam rongga mulut yang dapat melindungi dari infeksi inang," jelas Nakayasu dan rekan penelitinya.

Hipotesis Lainnya

Terdapat pandangan lain dari para ilmuwan yang menyatakan bahwa perubahan yang diamati mungkin tidak selalu menandakan penurunan langsung sistem kekebalan tubuh, tetapi hasil pengawasan dan regulasi yang lebih baik terhadap kekebalan tubuh.

Meskipun perbandingan kelompok subjek telah dilakukan untuk mengurangi dampak ukuran sampel yang kecil, petugas pemadam kebakaran sering terpapar polutan unik selama kebakaran yang dapat mengubah reaksi kekebalan tubuh mereka.

Penelitian ini juga hanya melibatkan laki-laki yang sehat dan aktif. Para peneliti mengingatkan bahwa penelitian yang melibatkan kelompok populasi yang lebih luas akan diperlukan untuk mengonfirmasi hasil temuan mereka.

Meski demikian, Nakayasu dan rekan-rekannya menyimpulkan bahwa terdapat bukti yang mendukung korelasi antara tuntutan fisik dan peningkatan insiden infeksi saluran pernapasan.




(faz/faz)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads