Tahun 2024 disebut sebagai waktu terbaik untuk melihat fenomena langit yang indah yakni Aurora Borealis. Namun siapa sangka dibalik keindahan ini, ada sebuah badai geomagnetik yang terjadi. Apakah berbahaya bagi Bumi?
Mengutip detikNews, aurora adalah fenomena alam dengan kemunculan cahaya, seperti merah, hijau, putih, atau perpaduan ketiganya di ketinggian atmosfer Bumi. Aurora borealis terlihat di lingkar kutub utara karena gaya magnet listrik di sekitar kutub utara.
Di balik keindahan aurora ini, Observatorium Bosscha melalui Instagram resminya @bosschaobservatory menyatakan adanya badai geomagnetik yang tengah menyerang Bumi. Badai ini terjadi akibat lontaran massa korona yang massif (Corona Mass Ejection-CME) dari Matahari ke arah Bumi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lontaran ini dikategorikan dalam kelas G4-G5 atau bisa disebut ekstrem. Lalu apakah ini mengancam kehidupan di Bumi?
Siklus 10-11 Tahunan Matahari
Menjawab hal ini, peneliti Fisika Bintang dari Observatorium Bosscha sekaligus alumnus S2 Astronomi Institut Teknologi Bandung (ITB), Agus Triono Puri Jatmiko, mengatakan penduduk Bumi tidak perlu khawatir.
Menurutnya, hanya diperlukan berbagai langkah mitigasi agar dampak dari badai geomagnetik bisa diminimalisir. Badan geomagnetik atau badai Matahari ini merupakan siklus yang alami. Umumnya terjadi 10-11 tahunan sekali sehingga wajar terjadi.
Satu hal yang perlu diperhatikan pada fenomena tahun ini adalah tingkatan levelnya. Bisanya badai ini terjadi di level lebih rendah yakni G1 (minor) hingga G3 (strong).
"Pada tahun ini diprediksikan terjadi badai Matahari di level G4 (Severe)-G5 (Extreme)," ucapnya dikutip dari rilis di laman resmi ITB, Minggu (16/6/2024).
Karena peristiwa 10-11 tahunan sekali, fenomena yang sama pernah terjadi di Swedia dan Afrika Selatan pada tahun 2023. Karena badai geomagnetik, pembangkit listrik di Swedia dan Afrika Selatan sempat mengalami gangguan sehingga pemadaman listrik dilakukan. Meskipun begitu, gangguan dapat teratasi.
"Yang terjadi di Swedia waktu itu, pembangkit listriknya jebol, overcharge, ada pemadaman listrik kurang lebih 1 jam, sehingga sekitar 50.000 orang tidak bisa menggunakan listrik selama 1 jam itu," ujar Agus Triono.
Dampak Badai Geomagnetik
Dengan level yang lebih tinggi, badai geomagnetik dapat menyebabkan perubahan densitas atmosfer terutama di lapisan ionosfer. Sehingga bisa mengganggu komunikasi radio dan satelit, bila keduanya memiliki frekuensi yang tinggi.
Jika mencapai tingkatan ekstrem atau G5 badai geomagnetik bisa menghasilkan arus listrik di atmosfer. Arus listrik yang cukup besar dapat mengganggu gerak orbit satelit buatan sehingga satelit keluar dari orbitnya atau yang mengerikan bisa jatuh ke Bumi.
Gangguan terparah akan terjadi di wilayah lintang tinggi atau wilayah dekat kutub. Karena partikel energi cenderung diarahkan ke kutub magnet Bumi.
Karena radio dan satelit bisa bermasalah, para pilot, astronot atau binatang yang membutuhkan sistem navigasi akan menerima dampak buruk paling besar. Sementara yang lain kemungkinan akan mengalami gangguan internet atau paling parah peneliti menyebutnya dengan kiamat internet.
Dampak selanjutnya yang mungkin terjadi adalah pemadaman listrik di wilayah tertentu. Seperti yang terjadi di Swedia dan Afrika Selatan pada tahun 2003.
Meski begitu, dampak ini tetap bisa diminimalisir. Agus menganalogikan langkah mitigasi ini seperti saat terjadi hujan besar.
"Biasanya kita akan mencabut kabel yang tersambung dengan saklar listrik, karena takutnya terjadi sambaran petir yang akan membuat barang elektronik kita korslet," tuturnya.
Cara Melindungi Satelit, Jaringan Listrik, dan Sistem Komunikasi
Diperlukan upaya untuk melindungi seluruh infrastruktur vital seperti satelit, jaringan listrik dan sistem komunikasi, seperti:
1. Mematikan Satelit
Mematikan satelit yang berhadapan langsung dengan badai sementara. Karena dimatikan, perlu ada dukungan redundansi dari satelit lain agar tidak ada gangguan lain yang ditimbulkan.
2. Shielding
Langkah shielding dijelaskan dalam Journal of Materials Chemistry C. Shielding bekerja dengan cara memblokir atau mengalihkan radiasi elektromagnetik dari infrastruktur vital.
Dengan shielding, berbagai sistem kritis bisa dilindungi. Baik itu satelit, jaringan listrik, dan sistem komunikasi lainnya.
"Dengan langkah mitigasi yang dilakukan diharapkan dampak badai geomagnetik ini dapat terminimalisir, sehingga masyarakat dapat menikmati pemandangan fenomena aurora yang indah," tutup Agus Triono.
(det/faz)