7 Sastrawan Indonesia yang Lahir pada Bulan Juni, Pernah Baca Karyanya?

ADVERTISEMENT

7 Sastrawan Indonesia yang Lahir pada Bulan Juni, Pernah Baca Karyanya?

Callan Rahmadyvi Triyunanto - detikEdu
Rabu, 12 Jun 2024 12:30 WIB
Manipulasi Kenyataan ala Seno Gumira Ajidarma
Foto: 20detik/Seno Gumira Ajidarma
Jakarta -

Tahukah detikers, bahwa membaca karya sastra juga akan dapat memperluas wawasan, membangun perspektif, dan meningkatkan daya imajinasi. Nah, di Indonesia, ada banyak jenis buku karya sastra yang patut untuk dibaca. Namun, sebelum mengenal buku sastra Indonesia, yuk coba mengenal para sastrawannya.

Di bulan Juni ini, ada beberapa sastrawan yang lahir. Mayoritas dari mereka adalah pengarang buku-buku sastra Indonesia yang terkenal.

Lantas, siapa saja sastrawan yang dimaksud itu? Simak ulasannya di bawah ini, yang dikutip dari laman Kemdikbud RI.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

7 Sastrawan Indonesia yang Lahir pada Bulan Juni

1. Afrizal Malna

Salah satu sastrawan terkemuka di Indonesia adalah Afrizal Malna. Ia adalah penulis buku dan penyair yang lahir di Jakarta, 7 Juni 1957.

Latar belakang pendidikan Afrizal Malna yakni di Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara, meskipun tidak sampai selesai.

ADVERTISEMENT

Selain menulis buku, ia juga memiliki penghargaan Kincir Perunggu untuk naskah monolog dari Radio Nederland Wereldomroep, Republika Award untuk esai dalam Senimania Republika Harian Republika, dan esai untuk 30 tahun majalah sastra Horison.

Beberapa karya Afrizal Malna antara lain:

- Abad yang Berlari (1984) mendapat penghargaan Hadiah Buku Sastra dari Dewan Kesenian Jakarta tahun 1984
- Arsitektur Hujan (1995) mendapat penghargaan dari Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Republik Indonesia (1996)
- Museum Penghancur Dokumen
- Teman-temanku dari Atap Bahasa
- Lubang dari separuh langit
- Berlin Proposal: Kumpulan Puisi

2. Marianne Katoppo

Indonesia memiliki seorang pengarang perempuan bernama Marianne Katoppo. Ia adalah penulis novel yang lahir tanggal 9 Juni 1943 di Tomohon, Minahasa, Sulawesi Utara.

Selain menulis buku, ia juga menerjemahkan karya sastra asing. Beberapa karyanya yang terkenal dan karya terjemahannya antara lain:

- Novel Raumanen (1977)
- Novel Dunia Tak Bermusim
- Anggrek Tak Pernah Berdusta
- Terbangnya Punai
- Rumah di Atas Jembatan.
- Matinya Sang Penguasa karya El-Sadaawi (terjemahan)
- Lapar (1993) dari karya Kunt Hamsun
- Gelang Warna Warni (1990) dari karya Saloni Narang
- Fajar (1991) dari karya Elie Wiesel.

3. Ahmad Tohari

Sastrawan dari Banyumas ini dikenal sebagai pengarang trilogi novel Ronggeng Dukuh Paruk (1982), Lintang Kemukus Dinihari (1985), dan Jantera Bianglala (1986). Ia lahir 13 Juni 1948 di Tinggarjaya, Kecamatan Jatilawang, Banyumas, Jawa Tengah.

Buku-bukunya begitu banyak yang terkenal dan bahkan diterjemahkan ke dalam bahasa asing. Misalnya, novel Ronggeng Dukuh Paruk dan Kubah yang diterbitkan dalam bahasa Jepang atas biaya Toyota Ford Foundation oleh Imura Cultural Co. Ltd. Tokyo, Jepang.

Kemudian, trilogi novelnya, yaitu Ronggeng Dukuh Paruk, Lintang Kemukus Dini Hari, dan Jentera Bianglala juga telah diterjemahkan ke dalam bahasa Belanda dan Jerman.

Buku-buku Ahmad Tohari lainnya yakni:

- Lingkar Tanah Lingkar Air (1995)
- Kumpulan cerpen berjudul Senyum Karyamin.
- Cerpen Tanah Gantungan, Mata yang Enak Dipandang, Zaman Nalar Sungsang, Sekuntum Bunga telah Gugur, Di Bawah Langit Dini Hari, Pencuri, Orang-Orang Seberang Kali, Ah, Jakarta, Penipu yang Keempat, dan Warung Panajem.

4. Seno Gumira Ajidarma

Tak hanya penulis novel, Seno Gumira Ajidarma dikenal sebagai sastrawan yang menulis cerpen, esai, juga dikenal sebagai wartawan, dan pekerja teater.

Uniknya, Seno memiliki nama samaran yakni Mira Sato, yang digunakan untuk menulis puisi sampai tahun 1981. Dia lahir di Boston, Amerika Serikat pada tanggal 19 Juni 1958, akan tetapi dibesarkan di Yogyakarta.

Beberapa karya-karya Seno antara lain:

1. Kumpulan puisi: Mati Mati Mati, Bayi Mati, Catatan-catatan Mira Sato.
2. Kumpulan cerpen: Manusia Kamar, Matinya Seorang Penari Telanjang, Penembak Misterius, Saksi Mata, Dilarang Menyanyi di Kamar mandi, Sebuah Pertanyaan untuk Cinta, Negeri Kabut, Iblis Tak Pernah Mati, Dunia Sukab, hingga Sepotong Senja untuk Pacarku.

5. Sutardji Calzoum Bachri

Ada sastrawan Indonesia yang dijuluki dengan presiden penyair. Ia adalah Sutardji Calzoum Bachri, salah satu pelopor penyair angkatan 1970-an.

Penyair kelahiran 24 Juni 1941 di Rengat, Indragiri Hulu, Riau ini menulis buku berbentuk puisi, cerpen, dan esai. Kumpulan puisinya yang pertama berjudul O dan kumpulan puisi berikutnya Amuk.

Kumpulan puisinya yang lain Atau Ngit Cari Agar, Kucing, Aku Datang Padamu, Perjalanan Kubur David Copperfield, dan Realities Tanah Air.

Puisi-puisi karya Sutardi juga mendunia dan dimuat dalam berbagai antologi, antara lain:
- Arjuna in Meditation
- Writing from the World (USA)
- Westerly Review (Australia)
- Dichters in Rotterdam (Rotterdamse Kunststichting)
- Ik Wil nog dulzendjaar leven, negen moderne Indonesische dichter, dst.

6. Taufiq Ismail

Nama Taufiq Ismail mungkin paling banyak terdengar sebagai penyair. Ia mrupakan tokoh sastrawan Angkatan '66 yang lahir di Bukittinggi, 25 Juni 1935 dan dibesarkan di Pekalongan.

Pada 1966, ia mulai menulis puisi-puisi dan dimuat dalam "Tirani dan Benteng'. Taufiq Ismail dikenal sebagai penyair partisan dalam aksi demonstrasi mahasiswa tahun 1966, yang sekaligus dalam kapasitasnya sebagai wartawan harian kala itu.

Selain itu, ia juga aktif dalam bidang penerjemahan. Bersama Ali Audah dan Goenawan Mohamad, ia menerjemahkan karya Iqbal The Reconstruction of Religius Thought in Islam yang diterbitkan Tintamas tahun 1964.

7. Danarto

Sastrawan satu ini lahir pada 27 Juni 1940 di Sragen, Jawa Tengah. Ia dikenal sebagai penulis cerpen tahun 1970-an.

Danarto kerap disebut oleh berbagai kalangan sebagai pembaharu dan karya-karyanya menampilkan berbagai eksperimen.

Karya-karya Danarto yang terkanal antara lain:

- Godlob (kumpulan cerpen, 1975)
- Adam Makrifat (kumpulan cerpen, 1982)
- Berhala (kumpulan cerpen, 1987)
- Orang Jawa Naik Haji (1984),
- Obrok Owok-Owok, Ebrek Ewek-Ewek (drama, 1976)
- Bel Geduwel Beh (drama, 1976)
- Gerak-Gerak Allah (kumpulan esai, 1996)
- Asmaraloka (novel, 1999)
- Setangkai Melati di Sayap Jibril (kumpulan cerpen, 2001).

Nah, itulah 7 sastrawan Indonesia yang lahir pada bulan Juni. Apakah detikers pernah membaca karyanya?




(faz/faz)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads