Tragedi Pencurian Hajar Aswad yang Berujung Sia-sia

ADVERTISEMENT

Tragedi Pencurian Hajar Aswad yang Berujung Sia-sia

Nikita Rosa - detikEdu
Jumat, 07 Jun 2024 17:00 WIB
This picture taken on July 19, 2021 on the night before the start of the annual hajj pilgrimage, shows a view of the Hajar al-Aswad or the
Hajar Aswad di Depan Ka'bah. (Foto: AFP/-)
Jakarta -

Umat Islam meyakini jika hajar Aswad merupakan batu mulia yang berasal dari surga. Dalam sejarahnya, hajar Aswad pernah dicuri selama 20 tahun.

Bagi muslim yang pernah melaksanakan ibadah ke Tanah Suci pasti tidak asing dengan batu mulia ini. Hajar Aswad diletakkan di salah satu sudut Ka'bah dan merupakan sunnah untuk menciumnya.

Namun, tak banyak yang tahu jika pada abad ke-10 hajar Aswad pernah dicuri untuk menarik jemaat. Pelakunya bahkan datang dari sesama muslim.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Siapa Pencuri Hajar Aswad?

Menurut buku Kudeta Mekkah: Sejarah yang Terkuak oleh Yaroslav Trofimov, pencurian hajar Aswad dilakukan oleh kelompok bernama Karmatian.

Karmatian merupakan kelompok Islam pinggiran yang kemudian mencuri hajar Aswad untuk kepentingan pribadi. Adapun dalang pencurian ini adalah Abu Tahir Al Qarmuthi pemimpin Karmatian saat itu.

ADVERTISEMENT

Kronologi Pencurian Hajar Aswad

Dalam buku Jejak Sejarah di Dua Tanah Haram oleh Mansya Aji Putra, Karmatian menyerang umat Islam yang tengah melaksanakan haji hari pertama di tahun 929 M. Di tengah kericuhan itu, Abu Tahir memerintahkan Ja'far bin Ilaj untuk mencuri hajar Aswad.

Mereka juga mencuri sejumlah barang berharga di dalam Ka'bah, merobek kiswah atau penutupnya, melepas pintu, hingga mengambil talang emasnya.

Karmatian juga membantai jemaah haji di Ka'bah dan penduduk Makkah. Sebanyak 30 ribu jemaah yang sedang tawaf, iktikaf, dan salat dibunuh, lalu 3 ribu di antaranya dibuang ke sumur air zamzam.

Pencurian yang 'Gagal'

Karmatian berhasil mencuri hajar Aswad dan meletakkannya di wilayah suku mereka di Arab Timur, dekat Kota Qatif. Mereka yakin jika memiliki hajar Aswad dapat menarik jamaah yang berniat mengunjungi batu tersebut.

Skema turisme ini tidak pernah berjalan. Dua puluh tahun kemudian, orang-orang Karmatian kembali menyerahkan batu itu ke tempat yang menjadi haknya. Sebuah tindakan, yang menurut buku tersebut, 'sia-sia'.




(nir/nwk)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads