Smartphone atau ponsel pintar semakin umum digunakan pada semua kalangan masyarakat termasuk pada anak-anak. Namun, ini bisa menjadi bahaya jika anak terpapar konten yang belum semestinya.
Sebenarnya, penggunaan teknologi pada anak-anak memang memiliki peranan yang baik dalam belajar. Terlebih semua informasi mengenai ilmu pengetahuan dapat dengan mudah diakses.
Meskipun begitu, pada dasarnya anak-anak dengan rasa penasaran yang tinggi, termasuk dalam penggunaan platform seperti media sosial. Ini kemudian menjadi ancaman tersendiri bagi anak-anak.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sebuah studi yang dilaporkan di jurnal pernapasan Thorax, menemukan bahwa penggunaan media sosial pada anak terkait dengan peningkatan konsumsi rokok dan vape.
Data Mengerikan Anak yang Mengaku Merokok dan Vaping
Banyak studi telah membuktikan bahwa merokok dan vaping (menghisap rokok elektrik) dapat memengaruhi kesehatan jangka panjang.
Mirisnya, ada kenaikan data anak-anak yang merokok, vaping, dan keduanya ternyata berhubungan dengan waktu berselancar di sosial media.
Dikutip dari EurekAlert, analisis data yang dilakukan pada 10.808 peserta anak-anak dengan rentang usia 10 hingga 25 tahun, menunjukkan bahwa 8.5% anak mengaku sedang merokok dan 2,5% menggunakan vaping, dan lebih dari 1% yang mangku melakukan keduanya.
Penelitian ini kemudian melibatkan penggunaan sosial media peserta yang merokok, 16% yang merokok melaporkan telah menghabiskan waktunya berselancar di sosial media selama 7 jam atau lebih. Sementara hanya 2% peserta yang merokok tidak menggunakan sosial media.
Kemudian, terdapat 2,5% yang vaping menghabiskan waktunya berselancar di sosial media selama 7 jam atau lebih pada hari kerja, dan hanya 1% yang tidak menggunakan sosial media.
Peserta yang hanya mengaku menghabiskan waktu mereka kurang dari 1 jam/hari memungkinkan 92% lebih besar menjadi perokok aktif dibandingkan yang tidak.
Sementara yang menghabiskan 7 jam atau lebih memungkinkan 3,5% lebih besar menjadi perokok aktif.
Anak-anak yang melakukan vaping, mereka memiliki kemungkinan 92% untuk melakukannya ketika menghabiskan waktu di sosial media sebanyak 1-3 jam sehari.
Di sisi lain, anak-anak yang melakukan vaping, besar kemungkinan hampir 3 kali melakukannya ketika menghabiskan waktu di media sosial sebanyak 7 jam atau lebih di sosial media.
Sementara anak-anak yang melakukan keduanya yaitu merokok dan vaping, memungkinkan 3 kali lebih besar menjadi perokok dan vaping aktif ketika menghabiskan waktu mereka di sosial media dibanding yang tidak.
Lalu, anak-anak yang hanya menghabiskan 7 jam atau lebih di media sosial, justru hampir 5 kali lebih mungkin melakukan keduanya.
Bagaimana Sosial Media Memengaruhi Kenaikan Perokok dan Vaping?
Data penggunaan rokok dan vape pada anak terhadap waktu yang dihabiskan untuk bermain sosial media dijelaskan oleh peneliti,
"Pertama, dan yang paling jelas, terdapat bukti bahwa perusahaan di balik rokok dan vaping menggunakan media sosial untuk mengenalkan dan mempromosikan produk mereka," tulis para peneliti.
Iklan yang menampilkan merokok dan vaping kemudian ditargetkan ke pengguna media sosial secara algoritma dan influencer menjadi strategi marketing yang efektif.
Jadi semakin banyak waktu dihabiskan di media sosial maka semakin meningkatkan tingkat pengaruhnya
"Kedua, penggunaan media sosial terbukti memiliki kesamaan dengan perilaku kecanduan yang mencari imbalan. Penggunaan media sosial yang tinggi dapat meningkatkan kerentanan terhadap perilaku kecanduan lainnya seperti merokok," mereka menambahkan.
Mereka juga menyebutkan bahwa penyebab ketiga, anak-anak yang tidak diawasi orang tua dalam menggunakan sosial media menjadi celah sehingga anak-anak merokok dan vaping.
Produk Rokok Seharusnya Tidak Diiklankan pada Anak-anak
Peneliti menekankan dengan tegas akan kontrol orang tua atau sekitar sekaligus dari segi industrinya. Peneliti menyarankan agar algoritma tidak boleh mempromosikan produk terhadap anak-anak, dan undang-undang terkait hal ini juga harus ditegakkan.
Dr Kim Lavoie dari Universitas Montreal yaitu editorial laporan ini, menyatakan keprihatinan sebab rokok elektrik dan produk dari vaping populer di kalangan anak muda.
Karena meskipun mereka pada awalnya tidak berkeinginan untuk merokok, tetapi karena terdapat iklan rokok dan vape muncul di sosial media, menjadikan mereka berani merokok atau vaping.
(faz/faz)