Pengin Ngemil Setelah Makan? Studi Ungkap Ini Sebabnya

ADVERTISEMENT

Pengin Ngemil Setelah Makan? Studi Ungkap Ini Sebabnya

Callan Rahmadyvi Triyunanto - detikEdu
Jumat, 26 Apr 2024 11:30 WIB
Ilustrasi Cemilan
Kenapa ada orang yang ingin ngemil setelah makan? Studi pikolog UCLA ungkap alasan orang mencari camilan meskipun tidak lapar. Foto: shutterstock
Jakarta -

Pernahkah detikers ingin ngemil, padahal sudah makan? Para peneliti asal University of California Los Angeles (UCLA) baru-baru ini mendapati penyebab orang ingin ngemil kendati tidak lapar.

Para peneliti mengidentifikasi adanya neuron di bagian otak tertentu yang mendorong keinginan makan dan mencari makan kendati tidak lapar. Hasil penelitian ini dipublikasikan di jurnal ilmiah Nature Communications.

Bagian Otak Ini Bikin Pengin Ngemil

Dilansir dari laman UCLA, para peneliti menguji tikus untuk melihat perilaku makannya. Ketika distimulasi, sekelompok sel saraf atau neuron di otaknya akan mendorong tikus untuk mencari makan dengan giat.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Uniknya, tikus tersebut lebih memilih makanan berlemak dan enak seperti coklat dibandingkan dengan makanan sehat seperti wortel. Menurut laporan peneliti, ini ada kaitannya dengan letak neuron di batang otak tikus yang biasanya berkaitan dengan perasaan panik.

"Wilayah yang kami pelajari ini disebut periaqueductal grey (PAG), dan berada di batang otak, yang sangat kuno dalam sejarah evolusi, dan karena itu secara fungsional mirip antara manusia dan tikus," kata peneliti Avishek Adhikari.

ADVERTISEMENT

"Aktivasi seluruh wilayah PAG menyebabkan respons panik yang dramatis baik pada tikus maupun manusia. Namun ketika kami secara selektif hanya menstimulasi kelompok neuron PAG spesifik yang disebut sel vgat PAG, mereka tidak mengubah rasa takut, dan malah menyebabkan mencari makan dan mencari makan," kata peneliti Avishek Adhikari.

Stimulasi Sel

Para peneliti menyuntikkan virus yang direkayasa secara genetik ke dalam otak tikus untuk membuat sel-sel otak menghasilkan protein peka cahaya. Ketika laser menyinari sel melalui implan serat optik, protein baru menerjemahkan cahaya tersebut menjadi aktivitas saraf listrik di dalam sel. Mikroskop mini dikembangkan di UCLA dan ditempelkan di kepala tikus.

Ketika distimulasi dengan sinar laser, sel vgat PAG, dapat mendorong tikus untuk mengejar makanan mangsa dan pemangsa. Tikus itu juga jadi terdorong mengikuti objek bergerak dan menjelajahi lingkungan sekitarnya.

Perilaku Makan Kompulsif

Peneliti Fernando Reis menjelaskan, manusia memiliki sel vgat PAG di batang otak yang dapat mempengaruhi perilaku mencari makanan. Jika sirkuit ini terlalu aktif, seseorang mungkin merasa lebih baik dengan makan atau mengidam makanan saat tidak lapar.

Sebaliknya, jika sirkuit ini tidak cukup aktif, kesenangan makan mereka akan berkurang sehingga berpotensi menyebabkan anoreksia. Untuk itu, memanfaatkan sirkuit pencarian makanan bisa menjadi target pengobatan untuk beberapa jenis gangguan makan.

"Ketika sirkuit ini aktif, tikus menunjukkan perilaku makan kompulsif ketika menghadapi konsekuensi langsung yang tidak menyenangkan. Sebaliknya, ketika sirkuit ini tidak aktif, tikus tidak secara aktif mencari makanan meskipun mereka lapar," pungkasnya.




(twu/twu)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads