Dari Mana Asal Planet yang Bebas Mengambang di Ruang Angkasa?

ADVERTISEMENT

Dari Mana Asal Planet yang Bebas Mengambang di Ruang Angkasa?

Luthfi Zian Nasifah - detikEdu
Kamis, 25 Apr 2024 08:00 WIB
Proxima is the nearest star to the Sun. It is a dim red dwarf, smaller than our Sun and many thousands of times fainter. Here we see it seen with an orbiting rocky planet, recently discovered. To the right you can also make out Alpha Centauri, which is a binary star with two Sun-like components. The Alpha Centauri pair orbit each other quite closely, while Proxima orbits this pair much further out, forming a triple star system
Foto: (Getty Images)/Ilustrasi planet misterius
Jakarta -

Ada sekelompok planet yang mengapung di ruang angkasa tanpa terikat pada bintang tertentu, yang dikenal sebagai planet bebas mengambang (FFPs). Sebagian dari FFP ini eksis sendiri, tanpa pernah terikat pada bintang manapun. Namun, sebagian besar di antaranya dikeluarkan dari tata surya.

FFP disebut sebagai objek bermassa planet terisolasi (iPMOs) dalam literatur ilmiah. Planet-planet ini berjalan sendiri melalui ruang antar bintang, terpisah dari hubungan apapun dengan bintang atau planet lain.

Planet yang Cukup Misterius

Sangat sulit mendeteksi FFP karena planet ini cukup misterius. Meski begitu, para astronom semakin mahir dalam mendeteksi dan mendapatkan peralatan yang lebih baik.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pada 2021, para astronom berupaya keras untuk mendeteksi di Upper Scorpius dan Ophiuchus, serta mendeteksi 70 planet atau lebih banyak lagi.

Umumnya ada dua cara pembentukan FFP. Pertama, terbentuk dalam piringan protoplanet yang mengelilingi bintang-bintang muda dan terbentuk karena pertambahan debu dan gas.

ADVERTISEMENT

Kedua, terbentuk seperti bintang dengan runtuh menjadi awan gas dan debu yang tidak berhubungan sama sekali dengan bintang.

Selain itu, terdapat mekanisme ejeksi yang berbeda untuk planet yang terbentuk di sekitar bintang dan kemudian dikeluarkan. Mereka keluar melalui interaksi dengan bintangnya dalam sistem bintang biner, dapat dikeluarkan melalui lintas bintang atau hamburan planet-planet.

Penelitian terhadap Planet Bebas Mengambang

Seorang peneliti melakukan studi dengan mensimulasikan planet bebas yang dihasilkan dari interaksi antara planet-planet serta yang berasal dari sistem bintang biner.

Ialah Gavin Coleman dari Departemen Fisika dan Astronomi di Queen Mary University of London, yang menunjukkan eksplorasi terbentuknya planet bebas mengambang ini.

Coleman berfokus pada bintang yang terpental dibanding bintang yang terbentuk sebagai 'penyamun'. Ia menghindari FFP yang merupakan hasil interaksi dengan planet lain karena hamburan planet-planet tidak memiliki kepentingan yang sama dengan jenis lontaran lain.

"Perlu dicatat bahwa planet-planet yang berserakan di sekitar bintang tunggal tidak dapat menjelaskan banyaknya FFP yang terlihat melalui pengamatan," ujar Coleman dikutip dari Universe Today.

Hasil Penelitian Coleman Berhubungan dengan Dispersi Kecepatan

Dari penelitiannya, Coleman menemukan bahwa sistem sirkum biner menghasilkan FFP secara efisien. Dalam simulasi, setiap sistem biner mengeluarkan rata-rata sekitar 2-7 planet dengan massa lebih dari satu Bumi.

Untuk planet raksasa dengan massa lebih dari 100 massa Bumi, jumlah planet yang terlontar turun menjadi 0,6 planet yang terlontar per sistem.

Simulasi menunjukkan bahwa sebagian besar planet dikeluarkan dari piringan sirkum binernya antara 0,4-4 juta tahun setelah simulasi dimulai. Di usia ini, piringan sirkum biner belum hilang dan terhempas.

Hasil yang paling penting mungkin berhubungan dengan dispersi kecepatan FFP. Dispersi kecepatan memberikan peluang lain untuk mengetahui populasi FFP. Hal ini karena dispersi kecepatan FFP dapat dijadikan pembanding FFP yang terlontar dan yang menyendiri.

"Ketika planet-planet dikeluarkan dari sistem, mereka mempertahankan kecepatan berlebih yang signifikan. Dispersi kecepatannya lebih besar dari bintang yang diamati di daerah pembentuk bintang lokal," papar Coleman.

Ia juga menemukan bahwa tingkat turbulensi pada piringan mempengaruhi ejeksi planet. Semakin lemah turbulensinya, semakin banyak planet yang terlontar. Turbulensi juga memengaruhi massa planet yang terlontar.

Lemahnya turbulensi mengeluarkan planet-planet yang kurang masif, sehingga sekitar 96% planet yang terpental memiliki massa kurang dari 100 massa Bumi.

Secara keseluruhan, simulasi menjadi cara mengamati populasi FFP dan menentukan asal usul mereka.

"Perbedaan dalam distribusi massa FFP, frekuensinya, dan kecepatan berlebih semuanya dapat mengindikasikan apakah FFP berasal dari bintang tunggal atau sistem biner yang mengelilinginya," tutur Coleman.




(faz/faz)

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads