Perang menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) VI Daring Kemdikbud memiliki empat arti. Salah satunya adalah pertempuran besar bersenjata antara dua pasukan (tentara, laskar, pemberontak, dan sebagainya) atau lebih.
Seperti yang diketahui, dunia internasional saat ini sedang tidak baik-baik saja dengan berbagai perang yang tengah berlangsung. Misalnya Rusia-Ukraina, Israel-Gaza, hingga yang terbaru Iran-Israel.
Perang biasanya terjadi karena perselisihan antara dua pihak terhadap suatu kepentingan. Durasinya beragam dengan dampak yang mengerikan termasuk korban jiwa.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tapi tahukah kamu, ada perang dengan predikat terpendek sepanjang sejarah? Ya, keseluruhan konflik berlangsung kurang dari satu jam dan kemenangannya terjadi secara sepihak.
Begini kisah Perang Inggris-Zanzibar, perang terpendek yang pernah tercatat dikutip dari History How Stuff Works.
Praktik Perdagangan Manusia
Zanzibar saat ini diketahui sebagai negara kepulauan semi-otonom di lepas pantai Tanzania, Samudra Hindia. Berada di jalur perlautan, pada abad ke-19 Kesultanan Zanzibar adalah kerajaan perdagangan yang kuat di Afrika Timur.
Dari pelabuhan negara ini, kapal akan berangkat dengan gading dan rempah-rempah dari daratan Afrika dan kembali bersama tekstil-senjata. Tidak hanya itu, Zanzibar punya catatan hitam dengan perdagangan manusia yang disebut paling menguntungkan.
Diperkirakan 25-30 ribu budak orang Afrika dijual dan dikirim keluar Zanzibar pada akhir tahun 1880-an. Karena hal ini Sultan Zanzibar yang memerintah menjadi orang paling kaya di negara tersebut.
Inggris mengetahui hal ini dan mencoba mengakhiri praktik tersebut dengan menyerbu kapal-kapal yang dicurigai membawa budak. Penyerbuan itu berakhir dengan perjanjian Inggris dan Jerman yang membentuk "zones of Influence" pada tahun 1890.
Perjanjian itu memisahkan dua negara kekaisaran di Afrika dan Zanzibar. Keduanya menjadi negara protektorat (negara di bawah perlindungan negara lain) pemerintahan dan militer Inggris.
Perang Berdurasi 38 Menit
Setelah mengklaim Zanzibar sebagai protektorat penduduk setempat tidak memiliki pendapatan, Inggris ingin melantik seorang sultan untuk mengakhiri perdagangan budak di Zanzibar.
Sultan yang terpilih diketahui Hamad bin Thuwaini, Sultan Zanzibar kelima di tahun 1893 yang dikenal pro-Inggris. Thuwaini memerintah selama tiga tahun dan meninggal secara tiba-tiba pada Agustus 1896.
Rumor mengatakan, ia diracun oleh keponakannya Khalid bin Barghash. Karena Thuwaini meninggal, Barghash menjadi Sultan Zanzibar ke-6.
Berbeda dengan pamannya, Barghash tidak disukai Inggris dan tidak menuruti negara tersebut. Oleh karena itu, Inggris melakukan 'diplomasi kapal perang'.
Mereka mengarahkan tembakan tiga kapal perang angkatan laut ke istana dan dengan sopan meminta Barghash meninggalkan kediamannya pada jam 9 pagi keesokan harinya. Tapi, Barghash bergeming dan tidak kemana-mana.
Ia melawan dengan meluncurkan senjata artileri berat serta menempatkan ribuan pembela yang kebanyakan warga sipil dan budak di sekitar tembok istana. Pada jam 8 pagi, satu jam sebelum tenggat waktu, Barghash harusnya pergi dan ia memberi pesan kepada Basil Cave, konsulat Inggris.
"Kami tidak berniat menurunkan bendera kami dan kami tidak yakin Anda akan menembaki kami," bunyi pesan itu.
Cave dengan sopan menjawab Inggris tidak akan menyerang bila Barghash melakukan apa yang diperintahkan. Ketika pukul 9 pagi, Inggris melepaskan tembakan tanpa henti ke istana.
Diketahui durasi waktu selama proses tersebut adalah 38 menit (sumber lainnya 42-45 menit) hingga akhirnya pertahanan sultan hancur total. Barghash diketahui benar-benar pergi dua menit setelah dimulainya pemboman.
Ia meninggalkan rakyat dan melarikan diri dari istana mencari perlindungan di konsulat Jerman. Diketahui Barghash kemudian diselundupkan oleh angkatan laut Jerman dan dibawa ke tempat yang sekarang bernama Tanzania.
Perang singkat tersebut memakan 500 korban jiwa dan 1 pelaut Inggria terluka. Kepergian Barghash membuat Inggris mengangkat sultan baru yang segera melarang perdagangan budak di Zanzibar pada tahun 1897.
Kini kota pelabuhan Zanzibar dikenal sebagai Stone Town (Kota Batu) dengan istana sultan yang masih berdiri dan menjadi situs Warisan Dunia UNESCO.
(det/nwy)