7 Fakta Selat Hormuz dan Risiko Terimbas Konflik Iran-Israel

ADVERTISEMENT

7 Fakta Selat Hormuz dan Risiko Terimbas Konflik Iran-Israel

Trisna Wulandari - detikEdu
Jumat, 19 Apr 2024 15:00 WIB
In this photo released Monday, Jan. 4, 2021, by Tasnim News Agency, the MT Hankuk Chemi, a South Korean-flagged tanker is escorted by Iranian Revolutionary Guard boats on the Persian Gulf. Iranian state television acknowledged that Tehran seized the oil tanker in the Strait of Hormuz. The report on Monday alleged the MT Hankuk Chemi had been stopped by Iranian authorities over alleged β€œoil pollution” in the Persian Gulf and the strait. (Tasnim News Agency via AP)
Kapal tanker Korsel di Selat Hormuz, Iran. Foto: Tasnim News Agency via AP)
Jakarta -

Pelayaran di Selat Hormuz, Iran terimbas akibat konflik Iran-Israel. Peningkatan ketegangan di Timur Tengah ini diperkirakan akan mengganggu pasokan minyak dunia.

Mengapa Selat Hormuz penting? Mengapa terpengaruh konflik Iran-Israel? Apa dampaknya bagi Indonesia?

Fakta Selat Hormuz di Iran

Titik Transit Minyak Terpenting di Dunia

Selat Hormuz memisahkan Oman dengan Iran. Selat ini menghubungkan barat Teluk Persia, Teluk Oman, dan tenggara Laut Arab.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dikutip dari Encyclopaedia Britannica, berbagai kapal tanker minyak yang dikumpulkan dari pelabuhan-pelabuhan Teluk Persia harus lewat selat ini. Setidaknya per 2010, seperlima pasokan minyak dunia melewati Selat Hormuz.

Jumlah tersebut meliputi sepertiga dari total perdagangan minyak jalur laut (maritim) sedunia pada 2017. Dikutip dari laman World Economic Forum (WEF), aktivitas tinggi ini menjadikan Selat Hormuz sebagai titik transit minyak terpenting di dunia.

ADVERTISEMENT

Jalur Penting Pasokan Gas Alam Cair

Selat Hormuz juga punya peran penting bagi pasokan gas alam cair (liquefied natural gas/LNG). Pada 2018 kawasan ini berperan atas hampir sepertiga total perdagangan gas alam cair dunia.

Mengapa Minyak Dunia Lewat Selat Hormuz?

Dikutip dari WEF, tidak banyak jalur alternatif pelayaran minyak dunia. Ada dua jaringan pipa yang melewati selat tersebut.

Pipa Habshan-Fujairah di Uni Emirat Arab dapat mengalirkan sekitar 1,5 juta barel minyak dunia per hari. Sedangkan pipa Petroline di Arab Saudi dapat mengalirkan hingga 5 juta barel per hari.

Dengan begitu, satu kapal kontainer saja beserta muatan minyaknya yang melintasi Selat Hormuz bisa dengan mudah bernilai lebih dari USD 100 juta atau Rp 1,6 triliun.

Berisiko Terdampak Konflik Iran-Israel

Serangan pada kapal kargo di Selat Hormuz berisiko menimbulkan gangguan pada perdagangan minyak dunia. Melansir Reuters Graphic, selat ini pada 2019 lalu terdampak konflik Iran-Amerika Serikat.

Pada 2019, serangan terjadi di dekat Selat Hormuz sekaligus menargetkan rute alternatif minyak yang lewat selat ini. Pada 19 Juni 2019, militer Iran membantah tuduhan AS sebagai dalang di balik serangan pada kapal tanker di Teluk Oman. Mereka juga menyatakan akan terbuka jika melakukan penutupan Selat Hormuz.

Mengapa Selat Hormuz Penting bagi Amerika?

Selat Hormuz penting bagi Amerika Serikat secara geostrategis. Sebab, kesehatan perekonomian dunia bergantung pada aliran minyak.

Strauss Center menyatakan, sejumlah pakar dan analis menilai penutupan Selat Hormuz oleh Iran berisiko mengancam perekonomian global.

Para pakar dan analis menilai, Iran dapat menghentikan transit sejumlah besar minyak melalui Selat Hormuz untuk wkatu yang lama. Di sisi lain, hal ini pada dasarnya sulit terjadi karena juga ada berbagai kekuatan ekonomi, politik, dan militer di wilayah tersebut.

Selat Hormuz Penting bagi Indonesia

Melansir laman Strauss Center, Selat Hormuz adalah satu-satunya jalur maritim dari teluk kaya minyak ke Samudra Hindia. Sedangkan saluran keluar lainnya seperti jaringan pipa untuk ekspor minyak dari kawasan tersebut lebih terbatas.

Sekitar 88 persen dari total pasokan minyak yang meninggalkan Teluk Persia berlayar lewat Selat Hormuz. Kapal-kapal tanker minyak itu mengangkut sekitar 17 juta barel minyak per hari lewat Selat Hormuz, yang meliputi sekitar 20-30 persen total konsumsi dunia.

Pengamat ekonomi energi Universitas Gadjah Mada (UGM) Dr Fahmy Radhi MBA mengatakan, Indonesia sendiri merupakan negara net-importer. Negara net-importer adalah negara yang membeli minyak dari negara-negara lain lebih banyak daripada jumlah yang dijualnya ke negara-negara tersebut.

Selat Hormuz Terdampak, Harga BBM RI Berisiko Naik

Dikutip dari laman UGM, Fahmy menjelaskan Indonesia berisiko mengalami kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) jika terjadi konflik di sekitar Selat Hormuz. Sebab, gangguan di selat ini dapat menghambat pasokan minyak dan menaikkan biaya distribusi.

Harga minyak dunia berisiko melambung jika eskalasi konflik Iran-Israil meluas. Fahmy menjelaskan, jika harga BBM subsidi tidak naik, di satu sisi dapat berdampak pada beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) membengkak, devisa terkuras untuk impor BBM, dan kurs rupiah terhadap dolar AS melemah.

Sementara itu, kenaikan harga BBM subsidi berisiko pada munculnya inflasi sehingga harga-harga kebutuhan pokok naik dan daya beli masyarakat menurun.




(twu/nwy)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads