Kritik Ilmuwan Asing soal Tes DNA Harimau Jawa: Tak Reliabel

ADVERTISEMENT

Kritik Ilmuwan Asing soal Tes DNA Harimau Jawa: Tak Reliabel

Novia Aisyah - detikEdu
Selasa, 16 Apr 2024 16:30 WIB
Ini Dia Penampakan Rambut Harimau Jawa Sukabumi Yang Diteliti BRIN
Penampakan rambut harimau Jawa yang diteliti BRIN. Foto: Istimewa
Jakarta - Sebuah publikasi ilmiah belum lama ini mengemukakan harimau Jawa yang telah punah, kemungkinan masih bertahan hidup di Pulau Jawa, Indonesia. Penelitian tersebut ditulis oleh Wirdateti dkk (2024) dan diterbitkan dalam jurnal Oryx.

Sebelumnya, belum ada konfirmasi penampakan harimau Jawa sejak 1970-an (Seidensticker, 1987). Subspesies ini secara resmi dikategorikan sebagai punah pada 2008 oleh Daftar Merah Spesies Terancam Punah IUCN pada 2008 (Jackson & Nowell, 2008).

Gagasan ditemukannya harimau Jawa mengemuka berdasarkan analisis mtDNA sehelai rambut yang dikumpulkan dari lokasi yang diklaim sebagai tempat munculnya harimau tersebut.Namun, sekelompok ahli dari luar negeri mengungkap bantahan melalui penelitian terbarunya.

Bantahan soal Penemuan Kembali Harimau Jawa

Zheng Yan Sui dkk menyimpulkan hanya sedikit bukti yang mendukung terhadap pernyataan Wirdateti dkk (2024).

"Kami menyimpulkan bahwa tidak ada bukti dukungan terhadap kesimpulan penulis karena tiga alasan utama berikut," ungkap Zheng Yan Sui dkk melalui riset terbaru mereka akan hal ini.

Menurut Zheng Yan Sui dkk, ada tiga alasan bantahan terhadap kemungkinan masih adanya harimau Jawa:

1. Urutan yang Didapat Wirdateti dkk Bukanlah Segmen DNA Mitokondria Harimau

Dalam Wirdateti dkk (2024), klade genetik termasuk dalam sampel rambut yang dimaksud dan spesimen harimau Jawa di museum dari 1930 merupakan kelompok luar dari klade mtDNA harimau dan secara filogenetik berjarak sama dari harimau dan macan tutul. Dijelaskan dalam situs Universitas Stekom, klade adalah suatu kelompok taksonomi yang mempunyai satu leluhur bersama dan seluruh keturunannya juga berasal dari nenek moyang tersebut.

Ini merupakan pola yang tidak teramati dari penelitian sebelumnya yang melibatkan harimau Jawa (Xue et al, 2015; Sun et al, 2023).

Untuk menganalisis masalah ini, para ilmuwan dalam penelitian terbaru melakukan analisis filogenetik pada dua rangkaian dugaan harimau Jawa yang dihasilkan oleh Wirdateti dkk. (2024), bersama dengan urutan mtDNA lain yang diterbitkan dari spesies Panthera (28 P. tigris, tiga P. pardus, tiga P. leo, tiga P. onca, dan tiga P. uncia).

Berdasarkan impresi awal, hasil Zheng Yan Sui dkk merekapitulasi pola yang didokumentasikan oleh Wirdateti dkk. (2024). Dalam hal ini, klade termasuk OQ601561.1 dan OQ601562.1 merupakan outgroup dari klade mtDNA harimau. Namun, klade ini menunjukkan panjang cabang yang sangat memanjang dibandingkan dengan subspesies harimau lainnya.

Pola ini tidak teramati dalam penelitian sebelumnya berdasarkan sekuens mtDNA parsial (Xue et al, 2015) atau lengkap (Sun et al, 2023) dari spesimen harimau Jawa yang diketahui asal-usulnya.

"Oleh karena itu, sangat menunjukkan bahwa kedua sekuens tersebut bukan berasal dari mtDNA harimau Jawa," kata Zheng dkk dalam penelitiannya melalui jurnal bioRxiv.

Para ahli juga menilai, baik dari sudut pandang pola filogenetik maupun jarak genetik, kedua rangkaian "harimau Jawa" yang dihasilkan oleh penelitian Wirdateti dkk menunjukkan perbedaan yang signifikan dari rangkaian mtDNA semua subspesies harimau, termasuk haplotipe mtDNA harimau Jawa yang telah dipublikasikan.

Haplotipe adalah sekelompok alel dalam suatu organisme yang diwariskan induknya. Alel dalam KBBI didefinisikan sebagai gen dalam suatu anggota badan dan mengakibatkan sifat yang sama.

Perbedaan tersebut dinilai mengakibatkan keraguan soal asal muasal mtDNA asli dari dua rangkaian harimau Jawa.

2. Urutan yang Diperoleh Penulis Kemungkinan Besar adalah Segmen DNA Inti Mitokondria

Segmen pseudogen DNA mitokondria inti (Numts) adalah hasil transfer salinan mtDNA sitoplasma (Cymt) ke dalam DNA inti. Skenario semacam ini umum ditemukan pada genom spesies harimau dan Panthera (Luo et al, 2004; Kim et al, 2006). Dikatakan dalam laman Universitas Stekom, pseudogen adalah salinan gen yang biasanya tidak memiliki intron dan urutan DNA.

Menurut Zheng dkk, dua rangkaian harimau Jawa yang dihasilkan oleh penulis Wirdateti dkk tidak berasal dari Cymt, melainkan lebih mungkin dari Numts.

3. Hanya Ada Sedikit Rincian Kendali Mutu (Quality Control) untuk Mengecualikan Kemungkinan Kontaminasi Silang

Zheng dkk menyebut, pihaknya tak dapat menemukan dalam artikel tersebut apakah dan bagaimana penelitian Wirdateti dkk mengecualikan kemungkinan kontaminasi. Terdapat beberapa pertanyaan yang mereka munculkan, di antaranya:

  • Bagaimana jika urutan tersebut berasal dari kontaminasi oleh spesimen kontrol lainnya?
  • Apakah ekstraksi DNA dan eksperimen hilir ditangani dengan sangat hati-hati seperti yang diperlukan untuk menangani materi genetik yang terdegradasi?
  • Apakah eksperimen tersebut direplikasi?

Tingkat varian yang sangat tinggi dalam data dinilai memicu kekhawatiran bahwa urutan tersebut mungkin berasal dari kontaminasi, bukan dari satu sampel rambut yang dikumpulkan di lokasi.

"Sayangnya, kesimpulan awal penulis berdasarkan analisis DNA dari salah satu sampel bulu harimau kemungkinan besar salah karena desain eksperimental yang cacat dan kurangnya ketelitian ilmiah dibandingkan dengan harimau yang masih ada," tegas Zheng Yan Sui dkk.

"Bukti visual, fisik, atau genetika yang jelas dan dapat diandalkan diperlukan untuk menunjukkan bahwa harimau Jawa masih bertahan hidup di Pulau Jawa hampir setengah abad sejak penampakan terakhir yang dikonfirmasi positif," imbuh mereka.


(nah/twu)

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads