Benarkah Hewan Memiliki Insting? Begini Studinya

ADVERTISEMENT

Benarkah Hewan Memiliki Insting? Begini Studinya

Luthfi Zian Nasifah - detikEdu
Senin, 15 Apr 2024 07:00 WIB
A small flock of grey pigeons sit on the grey roof of a house on a sunny afternoon
Penelitian mengungkapkan bagaimana hewan memiliki insting. Disebut sebagai naluri, seperti ini cara kerjanya terhadap hewan. Foto: Getty Images/iStockphoto/RobertAxn
Jakarta -

Di seluruh dunia hewan, berbagai spesies tampak memiliki cara naluriah untuk menemukan jalan hidup mereka. Seperti penyu yang baru menetas tahu bagaimana mencapai laut di bawah sinar Bulan, burung bermigrasi ribuan mil seiring perubahan musim, dan lain-lain.

Namun, benarkah hewan dapat bertahan hidup hanya dengan mengandalkan insting?

Apa Itu Naluri?

Ahli psikologi perkembangan di Florida International University, Robert Lickliter mengatakan, "Membicarakan naluri benar-benar tidak mungkin kecuali berbicara tentang sisi lain dari mata uang, yaitu (perilaku) yang diperoleh atau dipelajari."

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Melansir Live Science, dalam artian lain, naluri adalah perilaku yang dipengaruhi oleh faktor-faktor yang tidak terlihat secara langsung. Para ilmuwan sudah lama berpikir bahwa suatu perilaku yang dilakukan unggas, entah bagaimana mengidentifikasi dan mengikuti induknya, adalah sebuah naluri.

Jika diartikan, naluri adalah suatu kecenderungan bawaan yang telah ditentukan sebelumnya, yang terbentuk secara genetik dan tampaknya tidak dapat dideskripsikan.

ADVERTISEMENT

Pada 1963, psikologi perkembangan Gilbert Gottlieb menghasilkan temuan revolusioner mengenai anak bebek yang tertarik pada vokalisasi induknya. Sebab, ia membuat vokalisasi sendiri di dalam telur sebagai embrio, menyiapkan sistem pendengarannya bahkan sebelum dilahirkan.

Anak bebek ini menjadi eksperimen Gottlieb untuk mendeskripsikan naluri dan apakah perilaku yang sudah tertanam itu memang ada.

"Yang dimaksud orang ketika mereka mengatakan naluri adalah perilaku yang dihasilkan secara andal," kata peneliti psikobiologi perkembangan dan neurosains perilaku Mark Blumberg.

Tidak Sekadar Naluri

Tentangan terhadap perspektif perkembangan ini menyoroti keberadaan serangkaian perilaku spesifik pada spesies tertentu. Di samping itu, organisme mungkin punya pengalaman sebelum lahir yang mempengaruhi perilaku mereka, seperti yang terlihat dalam vokalisasi anak bebek.

Lebih lanjut, banyak perilaku yang sebelumnya dianggap sebagai naluri ternyata punya penjelasan ilmiah lebih kompleks setelah diungkap oleh penelitian ilmiah.

Penyu dapat menavigasi lautan karena mereka mungkin memiliki semacam 'kompas magnetik' yang membantu penyu mengikuti jalur migrasi yang rumit. Itu bukanlah naluri yang tertanam karena pengaruh medan magnet Bumi.

Hal serupa terjadi pada seekor kucing yang tidak akan tahu cara berdiri dalam masa kehamilan dan dilahirkan di luar angkasa. Ini menunjukkan bahwa perilaku seperti itu tidak hanya dikodekan dalam gen kita.

Contoh lain pada burung parasit yang mengelabui spesies lain dengan menyelundupkan telurnya ke sarang burung lain agar mereka membesarkan anak-anaknya. Jika seekor burung inang mengenali burung parasit tersebut ternyata bukan miliknya, ia akan menyerangnya.

Blumberg menjelaskan bahwa yang mungkin terjadi adalah bagaimana burung parasit dapat mengenali spesiesnya sendiri.

"Saya rasa kita belum melakukan banyak hal untuk mencari isyarat dan pola tersebut," ujar Licklister. "Kami belum memberikan pertanyaan yang tepat."

Gen juga tidak lantas menentukan perilaku yang diperkirakan muncul karena naluri. Blumberg mengatakan bahwa hubungan antara gen dan perilaku terjadi secara tidak langsung.

"Ketika Anda memiliki jenis perilaku baru yang berbeda, neuron mengubah pola kerjanya. Inilah yang menyebabkan perubahan dalam ekspresi gen, ini adalah pengaruh dua arah," jelasnya.

Blumberg menjelaskan, gen tidak menentukan perilaku seperti tombol hidup-mati, atau seperti pengalaman hidup yang kemudian akan mempengaruhi gen kita. Ia menjelaskan, perilaku dasar juga punya pengaruh.

Ia mencontohkan, semua hewan perlu minum air untuk bertahan hidup. Namun, percobaan menunjukkan bahwa hanya tikus yang dibesarkan dengan makanan kering yang cenderung mencari minum untuk agar tidak kehausan ketimbang tikus dengan makanan basah.

"Bahkan untuk minum air, pengalaman penting untuk mengajarimu bertahan hidup," pungkasnya.




(twu/twu)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads