Penting! Ini Langkah Mitigasi Bencana bagi Warga yang Tinggal di Zona Sesar Aktif

ADVERTISEMENT

Penting! Ini Langkah Mitigasi Bencana bagi Warga yang Tinggal di Zona Sesar Aktif

Cicin Yulianti - detikEdu
Rabu, 03 Apr 2024 19:30 WIB
Tim sar gabungan melakukan pencarian korban longsor di Kampung Cigintung, Desa Cibenda, Kecamatan Cipongkor, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat, Senin (25/3/2024). Data dari BPBD mencatat sebanyak 30 rumah hancur serta 10 orang masih dalam pencarian akibat longsor yang terjadi Minggu (24/3/2024) malam. (ANTARA FOTO/Raisan Al Farisi)
Bencana longsor di Kabupaten Bandung Barat. Foto: ANTARA FOTO/RAISAN AL FARISI
Jakarta -

Peneliti Pusat Riset Kebencian Geologi Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Nuraini Rahma Hanifa menyebut masyarakat Indonesia perlu memahami langkah mitigasi bencana. Hal ini dikarenakan Indonesia mempunyai 295 patahan aktif.

Banyaknya patahan atau sesar aktif dapat menimbulkan gempa bumi baik skala kecil maupun besar. Nuraini mengatakan gempa bumi menjadi bencana paling banyak memakan korban jiwa.

"Bencana geologi ini menyebabkan korban jiwa yang lebih banyak ketimbang bencana-bencana lainnya. Di Indonesia korban terbesar itu diakibatkan oleh gempa bumi," katanya dalam acara 'Talk to Scientist' Pemetaan Sesar Pulau Jawa serta Mitigasi Resiko Bencana Geologi dalam siaran Live Youtube BRIN, dikutip Rabu (3/4/2024).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Lebih lanjut, ia menyebut telah ada 2.000 gempa bumi yang terjadi sepanjang tahun 2023. Adapun gempa yang menimbulkan banyak korban jiwa adalah gempa Palu dan gempa Lombok.

"Sekitar 200 juta penduduk di Indonesia itu bisa mengalami goncangan gempa dengan intensitas 6 ke atas atau sekitar 77% dengan empat juta jiwa yang tinggal di atas patahan," jelasnya.

ADVERTISEMENT

Langkah Mitigasi Bencana bagi Warga di Zona Sesar Aktif

Nuraini menjelaskan ada dua ancaman yang bisa timbul akibat gempa yakni ancaman primer dan sekunder. Kedua ancaman tersebut bisa menimbulkan kerusakan hingga korban jiwa.

"Ancaman primernya adalah tentunya kita merasakan guncangan gempa yang sangat kuat, kemudian bisa juga terjadi surface rupture (gerakan permukaan)," kata Nuraini.

"Nah kemudian bahaya lainnya adalah bahaya sekunder. Jadi kalau kita berada di wilayah pesisir dan ada gempa yang terjadi di laut, maka gempa tersebut memicu terjadinya tsunami," sambungnya.

Untuk lebih memahami langkah mitigasi, berikut adalah alur mitigasi bencana yang perlu dipahami masyarakat:

Pra Bencana

  • Melakukan kajian risiko tingkat kawasan pariwisata.
  • Menyusun dokumen perencanaan.
  • Membangun infrastruktur sesuai standar minimum yang tahan bencana.
  • Menyiapkan asuransi kebencanaan.
  • Menyiapkan upaya kesiapsiagaan seperti menyusun SOP tanggap darurat, melakukan edukasi dan latihan, serta menyediakan fasilitas kritis seperti sistem peringatan dini, tempat evakuasi sementara, damkar, dan lainnya.

Saat Bencana

  • Sistem komando atau kepala unit mengendalikan kegiatan operasional penanggulangan bencana dan bertanggung jawab kepada kepala kawasan.
  • Pelaksanaan SOP tanggap darurat.
  • Menyebarkan informasi melalui surat pengendalian krisis dan komunikasi (sistem peringatan dini).
  • Memanfaatkan peralatan tanggap darurat bencana.

Pasca Gempa

  • Mendata dan mengkaji dampak bencana.
  • Mendata tenant dan pengunjung (khusus area pariwisata).
  • Meninjau sarana dan prasarana sekitar.
  • Merencanakan perbaikan dan pembangunan kembali.
  • Melakukan koordinasi dan kerja sama dengan pihak terkait untuk melakukan rehabilitasi dan rekonstruksi.

Evaluasi

  • Melakukan upaya mitigasi bencana dalam rangka pemulihan.
  • Melakukan review dokumen perencanaan.
  • Melakukan monitoring pemulihan fisik dan non fisik secara berkala.
  • Menyiapkan rencana kedaruratan dan pertemuan keluarga.
  • Menyiapkan rencana untuk membangun kehidupan.



(cyu/nwk)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads