Curah Hujan: Pengertian, Alat Ukur, dan Jenis-jenisnya

ADVERTISEMENT

Curah Hujan: Pengertian, Alat Ukur, dan Jenis-jenisnya

Nur Wasilatus Sholeha - detikEdu
Sabtu, 16 Mar 2024 06:00 WIB
Ilustrasi hujan lebat
Ilustrasi curah hujan yang tinggi Foto: iStock/Willowpix
Jakarta -

Hujan di Indonesia cukup sering terjadi akibat dari beberapa faktor seperti posisi lintang, ketinggian tempat, pola angin, sebaran bintang darat dan perairan, serta pegunungan dan gunung-gunung yang tinggi, sehingga penting melakukan pengukuran curah hujan.

Tujuan perhitungan curah hujan adalah untuk penyusunan suatu rancangan pemanfaatan air dan rancangan pengendalian banjir. Selain itu, menentukan efisien pembangunan dalam suatu wilayah, bermanfaat di bidang meteorologi, hidrologi, dan pertanian.

Pengertian Curah Hujan

Mengutip dari Balai Besar Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Wilayah III yang menyatakan bahwa curah hujan adalah ketinggian air yang terkumpul dalam tempat yang datar, tidak menyerap, tidak meresap, dan tidak mengalir.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Di Indonesia, satuan curah hujan dinyatakan dengan satuan milimeter (mm). 1 milimeter dalam curah hujan memiliki arti yaitu dalam luasan satu meter persegi pada tempat yang datar tertampung air hujan setinggi satu milimeter, atau tertampung air sebanyak satu liter.

Sedangkan jumlah curah hujan dalam satuan waktu tertentu, dinyatakan dalam mm/jam, mm/hari, mm/tahun, dan sebagainya.

ADVERTISEMENT

Terdapat beberapa faktor fisis yang ikut berperan terhadap proses terjadinya hujan di Indonesia, yaitu posisi lintang, ketinggian tempat, pola angin, sebaran bentang darat dan perairan, serta pegunungan dan gunung-gunung yang tinggi.

Faktor-faktor tersebut mempengaruhi variasi dan tipe curah hujan, baik gabungan antara dua faktor maupun lebih.

Alat Ukur Curah Hujan

Curah hujan dapat diukur menggunakan pengukur curah hujan biasa (ombrometer/observatorium) dan pengukur curah hujan otomatis. Berikut penjelasan tentang alat ukur tersebut:

1. Pengukur Curah Hujan Biasa (Ombrometer/Observatorium)

Pengukuran curah hujan ombrometer/observatorium dilakukan dengan cara mengukur curah hujan yang jatuh setiap hari dalam kurun waktu 24 jam.

Alat ukur yang digunakan biasanya penggaris milimeter ataupun mistar biasa. Pada alat ini, curah hujan dapat diukur dalam satuan tahunan, bulanan, dan harian

2. Pengukuran Curah Hujan Otomatis

Jenis pengukuran curah hujan ini dilakukan dengan mengukur curah hujan selama 24 jam dengan merekam jejak hujan menggunakan pias yang terpasang dalam jam alat otomatis, serta dilakukan pergantian pias setiap hari pada pukul 00.00 GMT.

Adapun alatnya yaitu Hellman, Automatic Weather Station (AWS), dan Water Drop Rain Sensor. Alat ukur Hellman adalah alat yang digunakan untuk mengukur curah hujan yang digunakan di stasiun pengamatan udara darat. Hellman termasuk pengukur hujan yang mampu merekam secara otomatis.

Automatic Weather Station (AWS) adalah alat yang menggunakan sensor pada ember jungkit yang terintegrasi ke dalam AWS. Alat tersebut mampu mengukur nilai curah hujan dengan akurasi sebesar 0,2 mm dan dapat mencatat dengan akurasi waktu per-10 menit.

Water Drop Rain Sensor atau alat sensor curah hujan dengan menggunakan instrumen sensor yang dapat menghasilkan nilai curah hujan secara digital.

Agar memperoleh hasil pengukuran yang tepat, beberapa syarat harus dipenuhi untuk pemasangan alat ukur hujan, yaitu:

Β· Tidak dipasang di tempat yang selalu terbuka, seperti di puncak bangunan dan di puncak bukit.

Β· Tidak dipasang di tempat yang selalu tertutup, seperti di antara dua bangunan gedung yang tinggi.

Β· Paling dekat berjarak 4x tinggi bangunan/rintangan yang terdekat

Β· Mudah memperoleh tenaga pengamat

Jenis-Jenis Curah Hujan

Mengutip dari buku Geografi, jenis curah hujan dibedakan menjadi 3 yakni pola ekuatorial, monsun, dan lokal. Adapun penjelasannya yaitu:

1. Pola Ekuatorial

Pola ekuatorial berhubungan dengan pergerakan zona konvergensi ke arah utara dan selatan mengikuti pergerakan semu Matahari.

Hal tersebut dapat dicirikan oleh dua kali maksimum curah hujan bulanan dalam waktu satu tahun. Di Indonesia sendiri, pola ekuatorial adalah sebagian besar Sumatera dan Kalimantan

2. Pola Monsun

Pola ini dipengaruhi oleh angin laut dan angin darat dalam skala yang sangat luas. Dapat dicirikan dengan adanya perbedaan yang jelas antara periode musim hujan dan musim kemarau dalam satu tahun.

Wilayah yang mengikuti pola curah hujan monsun adalah Pulau Jawa, Pulau Bali, dan Kepulauan Nusa Tenggara.

3. Pola Lokal

Pola ini sangat dipengaruhi oleh kondisi atmosfer dan fisiografis daerah tersebut. Faktor pembentuk terjadinya pola curah hujan lokal, yaitu naiknya udara ke dataran tinggi atau pegunungan serta pemanasan lokal yang tidak seimbang.

Jenis pola hujan ini biasanya di Indonesia terjadi di pada Kepulauan Maluku Pulau Papua, dan sebagian Pulau Sulawesi.




(pal/pal)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads